Seperti kita tahu millenials adalah generasi yang totally different than any other generations before, maka pelatihan yang dilakukan TALKINC khususnya kepada 1200 peserta Calon Pegawai Staff OJK pada Oktober-Desember 2016 adalah membekali mereka dengan mengetahuan tentang konsep diri, mengenali mereka tentang siapa mereka? Dan apa yang ingin dibangun berdasarkan konsep tersebut yang dikaitkan dengan potensi diri serta bagaimana mereka menilai diri (self image), berinteraksi dengan lingkungan (social image) dan menampilkan citra diri yang sesuai dengan pandangan lingkungan kepada mereka. Biasanya antara self image dan social image terkadang tidak sama pandangan. Misalnya seseorang menganggap dirinya sudah bersemangat ternyata dari pandangan social image dianggap moody. Kegiatan role play di dalam kelas, peserta maju dan menjelaskan siapa dirinya, menimbulkan kesan “first impression” apakah sama dengan yang ditampilkan vs dipandang orang lain.

Ini menjadi pelajaran penting bagaimana seseorang dapat “grow” dengan selalu mempunyai “self evaluation” yang dilakukan dari waktu ke waktu.

Adapun materi lainnya yang diperlukan adalah mempertajam personal branding mereka agar tepat sesuai tempat dimana mereka bekerja yang dikaitkan dengan core value perusahaan. Contoh Pribadi yang cuek tidak akan sesuai dengan budaya perusahaan yang peduli terhadap customernya. Disinilah fungsi pelatihan yang dilakukan untuk menyadarkan mereka akan pentingnya pengenalan diri dan secara konsisten membangunnya. Hal ini pernah kami bahas dalam buku kami Personal Brand-inc stategi taktis bertahan di karir yang kami buat pada tahun 2014.

Beberapa modul kami di kelas juga meningkatkan rasa percaya diri, dan berbicara dengan tepat dan terstuktur dalam pemilihan kata yang sesuai. Seperti kita tahu millenials mempunyai tendensi bicara pendek-pendek, seperti ok, ok ok..dalam setiap menjawab pertanyaan maupun dalam bahasa tulisan.

Kami mempertajam kelancaran verbal mereka dengan mengingatkan bahwa ada tujuan komunikasi dan pemilihan kata yang harus disampaikan dengan baik, sehingga komunikasi memenuhi aspek 3T : Terarah, Tuntas dan Tidak menimbulkan Tanda tanya.

Tantangan bagi sebagian Millenials yang minim bicara menjadi sulit dalam membangun hubungan dengan audience, sehingga diperlukan juga kemampuan untuk membangkitkan gairah dalam melakukan pembicaraan dengan audience tanpa sibuk dengan gadget dan belajar cara menghargai lawan bicara, khususnya dengan generasi Baby Boomers. Saran saya adalah: buang asumsi tentang generasi Boomers adalah generasi bapuk/jadul yang sulit diajak bicara. Justru mereka harus “Mapping” tentang siapa mereka, dan “Profiling” sehingga terjadi sinergi, mari mulai berkomunikasi dengan respect, membuang dokma-dokma negative dan mulai membangun hubungan yang horizontal, bahwa bicara dengan para senior khususnya baby boomers akan memperkaya pengetahuan dan mendapatkan nilai-nilai teguh yang dipegang mereka sehingga generasi millenials akan menjadi generasi digital yang mempunyai rasa empathy yang didapatkan dari boomers, di situlah mereka akan menonjol, manakala teman-teman mereka masih acuh, tapi mereka tidak!

Mari take Action!