by admin | Jan 6, 2025 | Information, News
Kursus Public Speaking di Talkinc sangat menarik bagi saya, dalam pembelajaran yang saya ikuti di Talkinc, diajarkan bagaimana urutan dari pembukaan sampai penutup dalam public speaking, serta hal-hal yang perlu diperhatikan dalam public speaking. Dengan sistem belajar yang banyak praktek, membuat lebih terlatih untuk berani berbicara di depan umum. Selain itu, dengan mendapatkan feedback dari para fasilitator yang sudah professional dibidangnya, menjadi pengalaman penting bagi saya untuk mengetahui kekurangan apa yang saya miliki dan bagaimana cara memperbaikinya.
Materi-materi yang disampaikan sangat bermanfaat dan penyampaian dari para fasilitator juga sangat jelas dan mudah dipahami. Suasana di kelas pun dibuat nyaman, lalu teman-teman sekelas yang saling mendukung, membuat saya yang mudah panik, gugup dan kurang percaya diri ini lama-lama bisa beradaptasi dan lebih berpikir terbuka.
Salah satu materi Public Speaking di Talkinc yang menarik bagi saya adalah body language. Dari materi ini saya mengetahui ternyata body language ini sangat berperan penting dalam komunikasi, baik dalam situasi formal maupun non formal. Body language dapat mendukung materi/topik yang disampaikan kepada audience, serta membantu audience tidak bosan dan bisa tetap fokus. Selain itu juga dapat memengaruhi penerimaan pesan yang disampaikan.
Dian Mara – Public Speaking Batch 97
by admin | Nov 22, 2024 | Information, News
Oleh Erwin Parengkuan-Founder, CEO, Strategic Communication Coach TALKINC
Public Speaking skills sangat dibutuhkan di era hyper-connected ini. Bayangkan jika seseorang memiliki keahlian yang luar biasa namun tidak memiliki kemampuan untuk mengartikulasikan dan menyampaikan apa yang ada di kepalanya kepada publik dengan menarik. Bagaimana ia dapat mengungkapkan keahlian tersebut? Selama dua puluh tahun saya menekuni profesi sebagai Professional Communication Coach, saya melihat banyak contoh dari para murid maupun peserta training memiliki kendala dalam menjadi Public Speaker yang menarik dan berbobot. Rendahnya rasa percaya diri dan mental block menjadi faktor utama terbesar mereka dengan kata-kata yang sering saya dengar, “Susah yaa bicara secara terstruktur,” “Susah ya menjadi menarik ketika tampil,” “Susah ya untuk jadi pede,” dan “susah-susah” lainnya. Ini merupakan contoh konkret ketika seseorang menolak perubahan karena tidak mau membayar harganya dengan usaha yang gigih dan konsisten. Ketika saya mengikuti pelatihan di London Business School, UK, 2 tahun yang lalu dengan materi Coaching and Leadership, saya sempat berbincang dengan seorang profesor yang membahas tentang Epigenetics (above genetic); bagaimana Nature dan Nurture akan memengaruhi hidup seseorang. Jujur, pada saat itu saya tidak paham apa yang dimaksud dan setelah selesai berbincang dengannya saya mencari tahu arti terminologi neuroscience yang mulai dibahas oleh para pakar neuroscientist dunia di awal tahun 2000-an. Intinya, bagaimana sebuah effort bila digabungkan dengan environment yang tepat akan membuat seseorang menjadi mahir di bidangnya. Hal ini menurut saya adalah jalan yang mutlak dipilih oleh setiap orang untuk menjadi sukses dan berdaya serta menonjol; termasuk kemampuan berbicara di depan publik. Sayangnya, tidak semua dari kita memiliki Mental Energy dan Mental Maps untuk mau mencintai sebuah proses yang merupakan satu-satunya kunci keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan hidup (purpose).
TALKINC mengajarkan kepada peserta untuk menjalankan 3 pilar utama dalam berkomunikasi; yang pertama adalah mengenal dirinya dengan baik yang terdapat dalam modul-modul Personal Development, dilanjutkan Communication Fundamentals yang akan saya jabarkan dalam artikel ini – setiap individu harus menguasai komponen-komponen komunikasi dengan tepat, dan diakhiri pilar Ketiga yaitu, Advancing in Public Speaking Skills. Ini adalah tahapan yang harus dilewati oleh para peserta, tidak mudah, tetapi bisa dijalankan dengan proses berkesinambungan. Ditambah lagi, kebanyakan orang memiliki kecenderungan maunya yang mudah saja. Pertanyaan berikutnya; apakah spirit shortcut juga sudah menjadi budaya masyarakat kita saat ini? Maunya serba cepat, maunya serba gampang. Aneh juga bila seseorang ingin menjadi Public Speaker yang andal tapi malas berlatih dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Di dalam kelas, saya juga mengamati kemampuan Public Speaking dari berbagai level peserta, baik itu entry level, professional, bahkan top level management. Dari data yang kami peroleh, hanya di bawah 20% yang menarik, sisanya mereka kesulitan untuk mengartikulasikan dan mengelola apa yang ada dalam pikiran dan perasaannya. Padahal, tugas seorang Public Speaker harus percaya diri, menjadi pribadi yang hangat, dapat diandalkan, serta menyenangkan. Kalau kita menelaah secara historis, bahwa bangsa kita dijajah sangat lama oleh V.O.C, ditambah
by admin | Aug 20, 2024 | Information, News
“Otomatis & Reflektif” 2 kata ini menunjukkan tentang respon seseorang — dalam segala hal, baik itu dalam sebuah tindakan, cara berpikir, dan tentu berkomunikasi. Saya jadi ingat buku yang dulu pernah saya baca dengan judul “Thinking Fast and Slow” dari Daniel Kahneman, penulis buku terkenal dunia yang memenangkan Nobel Memorial Prize: Economic Sciences. Dalam buku tersebut menceritakan tentang bagaimana cara kita otak kita dalam merespon ada dua system yakni sistem 1 yang cepat dan sistem 2 yang lambat. Proses berpikir otak saya mengembang dan mencari lebih lanjut maknanya setelah membaca buku tersebut.
Akhirnya saya menemukan maknanya bahwa Otomatis yaitu: tidak terkontrol, tidak perlu usaha, terasosiasi, cepat, tidak sadar dan ahli. Reflektif yaitu: terkendali, perlu usaha, deduktif, pelan, sadar penuh dan mengikuti aturan. Bagaimana kita bisa lebih baik dari waktu ke waktu, tidak otomatis tapi lebih reflektif. Contoh yang sering terjadi dalam 3 aspek kehidupan ini (berpikir, bertindak dan berkomunikasi). Kalau kita berpikir selalu secara otomatis, berdasarkan apa yang saat itu kita rasakan mungkin hasilnya selalu reaktif tanpa pertimbangan dan bisa jadi tanpa perencanaan. Misalnya pada situasi harus menjawab pertanyaan atau melemparkan pertanyaan, label yang muncul dari pihak lawan bicara kepada kita adalah kita dikenal sebagai orang yang ceplas-ceplos. Kebiasaan yang mungkin dianggap tidak memiliki pengaruh apa-apa ini justru nyatanya akan menjadi karakter seseorang yang akan semakin menebal. Sebut saja Rinta sosok yang terkenal sangat spontan, ekspresif dan menakutkan. Setiap input yang datang padanya, ia akan melawan, tanpa mencerna/reflektif terlebih dahulu. Akhirnya semua orang di sekelilingnya malas bertemu dan berbicara dengannya karena selalu merasa paling benar, paling tahu dan ngotot. Padahal usianya sudah matang tetapi sikap, pemikiran, dan cara bicaranya tidak merefleksikan usia kematangannya.
Saya dulu terkenal dengan orang yang ceplas-ceplos, mungkin sekarang masih ada kebiasaan itu yang terkadang lepas tanpa kendali. Beberapa teman dekat mengatakan saya adalah orang tidak mau dikalahkan. Sosok yang kompetitif. Saya lambat laun menyadari kekurangan itu, saya tentu tidak ingin dilabel sebagai orang yang tidak mau ngalah. Duh, sedih amat yaaa… Perlahan-lahan saya mulai mengendalikan diri saya, tidak terlalu dominan dan lebih banyak mendengar. Itu adalah saya yang memiliki kesadaran untuk merubah tabiat buruk saya. Bagaimana dengan orang-orang di luar sana yang masih terbelenggu atau bahkan tidak memiliki kesadaran akan hal tersebut? Sudalah kita kan tidak dapat merubah mereka semua. Lebih baik kita berfokus pada peningkatan diri agar jadi pribadi yang lebih baik dari waktu ke waktu.
Tentu dengan banyaknya pengetahuan yang kita miliki, akan membuat seseorang memiliki referensi yang beragam, kekayaan informasi yang dimiliki oleh seseorang akan membuat dirinya lebih reflektif dalam membawakan dirinya. Orang-orang yang terlihat cerdas, senang mengumbar pengetahuannya kapanpun dimanapun ia berada, adalah orang-orang yang masuk kategori mereka yang Otomatis. Karena ketika saya refleksikan kembali berdasarkan pengalaman berjumpa dengan orang-orang yang reflektif dengan kekayaan informasi yang mereka miliki, mereka itu tidak sok tahu, tidak menjadi “preacher” dan sangat tahu kapan perlu bertindak, dan berbicara kepada kita.
Mengasah kebiasaan reflektif menurut saya sangatlah penting. Seperti berpikir dulu sebelum bertindak, berpikir dulu ke dalam diri sebelum berkomunikasi adalah latihan terbaik agar seseorang dapat mengaktivasi fungsi otak kiri, otak kanan, dan otak tengahnya. Dengan demikian, dapat menjadi lebih responsif, lebih tenang, kapan tahu harus menekan tombol otomatis untuk hal-hal yang sudah kita ketahui dengan benar, tapi di sisi lain kita tidak reaktif. Sehingga kita menjadi pribadi yang menyenangkan.
Ditulis oleh Erwin Parengkuan
by admin | Jul 15, 2024 | Information, News
Komunikasi efektif identic dengan kata-kata yang kita ucapkan, padahal komunikasi efektif juga berkaitan dengan bagaimana cara kita menyampaikannya. Dalam kursus public speaking yang diberikan oleh TALKINC, berbagai mata pelajaran ditawarkan untuk mengasah keterampilan komunikasi individu. Salah satu materi favorit saya adalah tentang “Flow of Mind” yang diajarkan oleh Willy Priyoko. Bagi saya sebagai pribadi yang suka bercerita, menguasai alur berpikir sangatlah penting. Secara pribadi, saya sangat terhubung dengan mata pelajaran ini karena sering kali banyak cerita/ ide /gagasan yang ingin saya kemukakan saat berbicara di depan orang banyak tapi menjadi tidak tersampaikan dengan baik karena adanya keterbatasan waktu. Melalui “Flow of Mind,” saya diajarkan seni untuk menyusun narasi, memastikan koherensi dan struktur yang tepat untuk dituangkan di dalam cerita saya. Keterampilan berharga ini tidak hanya meningkatkan kualitas presentasi saya tetapi juga meningkatkan kepercayaan diri saya dalam berinteraksi dengan berbagai audiens.
“Flow of Mind” mengajarkan cara mengorganisir poin-poin penting untuk menjaga kelangsungan narasi yang komprehensif. Sebagai orang yang suka bercerita, saya sering menghadapi tantangan menyatukan narasi yang berbeda menjadi satu kesatuan yang utuh. Namun, melalui mata pelajaran ini, saya telah mendapatkan wawasan tentang berbagai alur berpikir seperti problem-solution, cause-effect, chronological orders, dan banyak lagi yang lainnya. Setiap alur berpikir menawarkan kerangka kerja yang unik untuk menyesuaikan pendekatan bercerita sesuai dengan sifat narasi yang ingin kita kemukakan. Penyesuaian ini tentu memberikan kemudahan dan kekuatan untuk kita dapat menarik perhatian audiens saat kita melukan komunikasi atau memikat melalui cerita yang terstruktur.
Selain menguasai alur berpikir, pelatihan di TALKINC juga menawarkan wawasan berharga dalam membuat presentasi slide yang menarik secara visual melalui mata Pelajaran lainnya seperti “Creating Impressive Presentation Slide” oleh Erwin Parengkuan. Berkomunikasi yang efektif melampaui verbal dengan menggunakan elemen visual untuk mempertegas narasi yang kita sampaikan. Belajar membuat presentasi slide yang menarik sangat berpengaruh dalam mengkomunikasikan sebuah gagasan. Dengan menggabungkan gambar yang menarik secara visual, teks yang ringkas, dan elemen multimedia yang menarik, saya telah dapat membuat presentasi yang tidak hanya menyampaikan pesan secara efektif tetapi juga menawan dan dapat menginspirasi audiens. Melalui pelatihan di TALKINC, saya tidak hanya menyempurnakan keterampilan bercerita saja, tetapi juga merangkul kekuatan bercerita visual untuk meninggalkan kesan yang mendalam untuk para audiens.
Terima kasih TALKINC
Ditulis oleh Anet Fernandes
Kelas: TALKINC Professional Public Speaking Batch 96
by admin | Jun 28, 2024 | Information, News
Pertama kali saya mengetahui TALKINC dari Instagram. Walau sebelumnya TALKINC pernah ke kantor saya untuk memberikan pelatihan public speaking kepada salah satu departemen, namun saya tidak ikut serta pelatihan tersebut karena berbeda departemen. Saat itu yang memfasilitasi adalah Mas Erwin Parengkuan. Didorong untuk kebutuhan peningkatan kapasitas, karena di tahun 2023, saya diminta organisasi tempat saya bekerja untuk lanjut kuliah namun saya memilih short course mengingat padatnya pekerjaan kantor. Setelah berdiskusi dengan supervisor saya, bagian penting yang perlu saya asah adalah kemampuan berkomunikasi yang baik dan sistematis. Dari sinilah saya kemudian mencari informasi lebih lanjut dan akhirnya bergabung di kelas TALKINC.
Pada kelas pertama yang saya ikuti yakni Overview dan Profile Mapping oleh Kak Edo, ini sudah membuat saya sangat tertarik untuk mengasah kemampuan berkomunikasi saya. Setelah belajar tentang beragam public speaking dan pentingnya memahami siapa audiens, lanjut ke kelas Opening. Dikelas ini kami belajar bagaimana menghidupi opening sebuah public speaking dengan metode GISI. Dan kemudian masuk ke dalam inti yakni flow of mind. Kelas ini difasilitasi dengan energic dan analytical thinking yang baik oleh Mba Irina Dewi. Kami belajar mengenai bagaimana menyampaikan isi presentasi secara terarah, terstruktur dan tuntas. Metode yang sangat pas untuk digunakan yaitu WSN (what – so – now). Ternyata dalam flow of mind ini atau inti presentasi, ada beberapa alur berpikir yang baru saya pahami, yaitu: Problem solving, cause effect, chronological dan lain – lain. Ini sangat menarik memiliki variasi teknis alur berpikir. Dan terakhir adalah closing. Materi ini penting untuk menutup acara dengan menarik, meninggalkan kesan mendalam dan menggerakan orang. Dibagian ini ada 3 metode: summary, recap dan punchline.
Tidak hanya berbicara mengenai teknik presentasi, tapi kami juga belajar pentingnya memiliki body language. In fact, body language sangat besar presentasinya dalam memengaruhi audiens. Pentingnya kita memiliki smiling voice, karena akan berbeda bila bersuara datar. Kami juga diasah kembali oleh Kak Edo bagaimana melakukan praktek setelah diperkaya dengan beberapa sesi belajar terkait public speaking termasuk membuat presentasi yang baik. Sesi ini juga menarik karena menolong saya bagaimana meng-kurasi power point saya menjadi materi presentasi yang baik dan menarik. Ketika melakukan public speaking tentunya akan ada tantangan, pada bagian ini kami belajar how to handle audiences. Pada materi ini memperlajari bagian risk mitigation to reduce negative things when we deliver the presentation whether in internal or external place. dan yang terakhir oleh Mas Wahyu kami belajar bagaimana mengembangkan materi presentasi dan cara presentasi secara lengkap.
Saya sangat bersyukur dapat belajar dan dibimbing untuk menjadi seorang fasilitator yang baik dalam public speaking. Sebelumn mengikuti kursus ini, saya memberikan nilai pada diri saya adalah tiga, dan setelah mengikuti delapan sesi, saya berani memberikan nilai sembilan menurut ukuran saya. Tentunya saya harus belajar mempraktikan ilmu ini dan membagikannya serta perlu mendapat input dari peer atau supervisor untuk terus mengasah diri saya. Terima kasih kepada TALKINC, kepada para fasilitator yang sangat berpengalaman dan baik hati dalam membimbing saya selama belajar 2 bulan ini.
Ditulis oleh Atjie Kaya
Kelas: TALKINC Professional Public Speaking Batch 94
by admin | Jun 19, 2024 | Information, News
Satu kata yang selalu dicari setiap orang, satu kata dengan makna yang berjenjang dalam sebuah wujud upaya yang dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja. Sebuah harapan yang diinginkan setiap orang. Kitapun tahu, untuk menaiki “tangga” itu membutuhkan jalan yang panjang dan berliku-liku.
Dalam Public Speaking Kata “sukses” memang berdiri sendiri dengan agung disokong segala tindakan yang harus kita lakukan untuk meraihnya. Banyaknya nasihat yang kita dapatkan secara langsung maupun melalui media sosial ternyata tidak serta merta membuat kita menjadi manusia yang sukses kendati semua intisari kesuksesan sudah dibongkar dimana-mana. Tautan di sosial media telah mencekoki kita dengan aneka wujud kesuksesan yang ditampilkan oleh sosok-sosok tertentu termasuk banyaknya kata mutiara dan petuah dari mereka yang dianggap sudah sukses. Baik yang masih hidup bahkan yang sudah meninggal dunia sering kita lihat wara-wiri di timeline. Lalu kenapa tidak semua orang bisa sukses seperti mereka? Sukses dalam karir, sukses berumah tangga, sukses dalam berpresentasi? Padahal semua anjuran, tips and tricks sudah dibongkar habis-habisan di berbagai kanal!
Populasi dunia di tahun 2024 kini mencapai 8 milyar penduduk akan tetapi hanya kurang dari 10% yang memilki kesuksesan dari sisi finansial dengan kekayaan yang berlimpah 7 turunan bahkan lebih. Dalam karir di perusahaan, ternyata tidak semua orang bisa menjadi orang no 1. Beberapa waktu lalu saya berdiskusi dengan seorang leader di BUMN yang mengeluhkan teamnya yang beranggotakan 8 orang. Menurutnya, hanya 2 orang yang memenuhi kualitas yang baik. Setiap orang memiliki kesempatan untuk menjadi sukses dalam versinya masing-masing, akan tetapi ada standar umum yang dijadikan acuan kesuksesan seseorang. Artinya, semua orang juga memiliki potensi yang sama untuk sukses, terlepas apa yang sudah/belum mereka miliki. Semua hal yang harus dilakukan untuk meraih sebuah pencapaian memerlukan proses panjang, berulang, memerlukan ketangguhan dan kegigihan dalam berproses.
Kesuksesan dalam konteks berbicara di depan banyak orang memang hal yang menarik untuk dibahas. Menyampaikan pesan yang berbobotpun memerlukan upaya yang besar. Seseorang dituntut untuk dapat mengendalikan dirinya untuk dapat mengatur kata-kata yang akan mereka sampaikan, mengendalikan bahasa tubuhnya, mengatur tempo suara sampai mencocokkan busana yang dikenakan agar terlihat rapi dan menarik. Itu saja sudah memberikan gambaran yang jelas seberapa besar upaya yang harus dilakukan dalam konteks berbicara. Bila penguasaan materi kita minim, jangan pernah berharap untuk menjadi sukses dalam meyakinkan lawan bicara.
Dalam setiap kelas yang saya bawakan, isu kepercayaan diri selalu muncul sebagai sebuah hambatan untuk menjadi menarik ketika berbicara. Artinya, ketika kita saja tidak memiliki kepercayaan diri yang baik akan sulit untuk bisa melewati proses yang panjang dalam melakukan semua tindakan untuk menjadi sukses dalam meyakinkan lawan bicara. Kita harus dapat terlebih dahulu menyakinkan diri kita bahwa kita mampu. Dengan mengucapkan kata-kata afirmatif yang diikuti dengan tindakan nyata yaitu mencoba, mencoba dan terus mencoba, sampai akhirnya afirmasi tersebut terinternalisasi sehingga kita menjadi yakin akan diri kita. “Saya bisa, saya tidak yakin, saya pasti bisa, aduh sulit itu, dan lain-lain” adalah bentuk kata-kata yang nanti akan hidup dan melahirkan sebuah tindakan. Jadi berhati-hatilah dengan kata-kata yang kita pilih untuk ucapkan kepada diri kita karena itu akan menjadi penentu mulus atau tidaknya proses untuk mencapai sebuah kata sukses.
Penulis: Erwin Parengkuan