Oleh Erwin Parengkuan
Dalam sesi training bersama para pemimpin di bank BUMN, yang berlangsung hanya 3 jam kemarin, saya berkesempatan mengambil bagian untuk membukakan para peserta yang jumlahnya 20 orang agar punya mindset yang lebih terbuka, tidak sempit sehingga mereka dapat menggerakkan organisasi besar ini bertumbuh sehubungan dengan sales mereka yang anjlok tahun lalu sampai merosot dibawah 50%. Memang menyedihkan kondisi dunia usaha selama pandemi ini, selain ada sebagian kecil yang menuai keuntungan, tapi sangat banyak yang merosot tajam bahkan sampai gulung tikar. Tapi di China semester pertama ini perekonomian mereka naik menjadi 20%, whoaaaaa. Yes, some win some loose. Kembali ke pelatihan yang berlangsung singkat selama 3 jam, tentu menjadi menantang buat saya, karena banyak sekali kebutuhan para leader ini yang harus dipersenjatai agar mereka lebih optimis, lebih tangguh, cara berkomunikasi yang lebih lentur, personal branding, percaya diri yang harus dibangkitkan kembali, sampai mengenal lawan bicara dengan mapping dan profiling. Sangat banyak PR saya dengan waktu yang sangat singkat. Ingat mengumpulkan para bos selengkap ini sangat sulit karena jadwal merekapun padat. Saya bahkan harus merevisi materi sampai 3x karenanya. Rencana 3 jam dengan tiga materi, menjadi hanya 2 materi saja.
2 jam pertama saya fokus menekankan kepada self concept yang harus kembali dibangun dengan mental positif dan tahan banting (resilience) lalu saya pindah ke self image dimana setelah seorang membuat kembali konsep dirinya harus dipindahkan ke self image dimana hal ini akan membantu mereka berhubungan dengan semua stakeholders. Self concept, self image, social image (stakeholders), self esteem (kemampuan menghargai diri dan melakukan evaluasi diri dari waktu ke waktu), self acceptance, yaitu menyadari tidak ada seorang manusia di dunia ini yang sempurna, dan kita harus punya self management untuk mengembangkan potensi dan membuat kebiasaaan yang baru. Belum lagi kita bicara soal self reward, self discipline dll Terbayangkah oleh anda sesi ini berlangsung selama 2 jam? Saya sangat fokus dan menajamkan kedalam diri setiap leader di kelas itu. Sedangkan waktu 1 jam tersisa saya harus membuat mereka lebih lentur dalam berkomunikasi.
Sangat terlihat wajah-wajah para bos ini yang langsung rungsing, kusut tepatnya ketika fokus 2 jam kepada diri mereka. Lebih dari 80% peserta terlihat di wajah mereka dengan arah mata yang melirik ke kiri, tanda mereka kembali ke masa lalu dalam memvalidasi apa yang saya ucapkan dalam interaksi mereka kepada semua orang di kantor maupun kepada para nasabah/regulator. Seorang bapak, tiba-tiba bertanya “saya lihat mas Erwin sangat sering bicara tentang Self..self..self dari tadi, apa ini artinya memang semua harus dimulai dari diri kita dulu? Bukan dari orang lain?”
Sangat jelas terlihat gambaran pertanyaan sang bapak, mungkin juga sama dengan apa yang terlintas dipikiran anda ketika mencerna pertanyaan tersebut. Semua memang berpulang kepada diri kita terlebih dahulu, sebelum kita terkoneksi dengan dunia luar. Apa yang ada dalam diri kita, kekuatan kita, kekurangan kita, tantangan kita, dll sejatinya siapapun kita mempunyai “kekayaan” yang banyak akan apa yang sudah kita miliki. Seperti kultur, budaya ketimuran, didikan keluarga, lingkungan, sampai kepada pekerjaan/pengalaman. Ketika ada self awareness yang tinggi (lagi-lagi SELF) kita dapat mengerakkan semua yang kita miliki dalam diri untuk membangun hubungan yang harmonis dengan siapapun orang yang kita jumpai, bahkan sampai di kanal media sosial yang kita punya.
Kemampuan ini yang sudah dimiliki setiap orang akan membantu mereka punya keberanian untuk bergerak dan selalu tertarik untuk mengetahui “kekayaan” yang dimiliki orang lain untuk menjadi pengetahuan baru buat kehidupan kita. Saya sendiri selalu sangat suka berbicara dengan orang-orang yang memiliki banyak pengalaman yang tidak saya miliki, bahkan ketika berjumpa dengan generasi Z yang saat ini memasuki dunia pekerjaan, banyak sekali cara pola pikir mereka, cara mereka berinteraksi yang tidak sama dengan apa yang saya lewati ketika saya seumur mereka. Dan ini menjadi menarik untuk saya pelajari. Coba kalau mental ini yang kita miliki, tentu efeknya setiap kita bertemu dengan siapapun akan selalu antusias mendengarkan cerita mereka, bahkan sampai mengetahui hal-hal yang mengganggu pikiran mereka hidup di masa pandemi ini. Akhirnya, kita memulai sesuatu yang positif dari konsep diri yang akan kita tampilkan ke lawan bicara kita, siapapun mereka! Dan memang semua berpulang seperti pertanyaan si bapak tadi. Bagaimana kita memandang diri kita dan mengaktivasi diri kita untuk hubungan yang menyenangkan kepada semua orang.