Tampil didepan umum sebagai seorang mahasiswa/i, tidak lain dan tidak bukan adalah melakukan presentasi. Presentasi bisa dikatakan sebagai “makanan wajib” dan pasti selalu ada di setiap pergantian mata kuliah baru di setiap semesternya. Hal tersebut memang sudah biasa di alami semenjak saya memasuki dunia perkuliahan. Saya biasa disapa Sonia ini adalah seorang mahasiswi semester enam yang sedang giat-giatnya mencari ilmu demi meraih gelar sarjana di bidang Ilmu Politik atau Pemerintahan di salah satu universitas negeri di Depok, Jawa Barat.  Dari semester satu hingga semester enam ini, saya telah merasakan banyak pengalaman yang berharga, mulai dari bekerja dalam kelompok, menulis berpuluh-puluh halaman makalah dan jurnal, serta melatih diri dalam mengutarakan pendapat dan melakukan presentasi baik berkelompok maupun individu.

Mempresentasikan materi berhaluan sosial politik memang tidaklah mudah. Butuh memori yang cukup besar untuk bisa memahami beragam macam bahan bacaan dan analisis yang telah saya ataupun kelompok saya lakukan. Hal tersebutlah yang terkadang membuat gaya bicara dalam presentasi menjadi tidak karuan, sebut saja, banyak nge-blank nya. Sehingga, mau tidak mau saya banyak melihat ke layar PowerPoint presentasi atau makalah yang sudah saya buat sebagai pemandu dalam menyampaikan materi. Saya tau jika hal yang saya lakukan adalah salah dan tidak akan menciptakan figur yang menarik di mata teman-teman saya lantaran cara membawakan presentasi saya yang cenderung kaku dan mencari aman dengan membaca dengan sesekali menatap ke arah audience, namun saya sendiri menjadi tidak merasakan esensi dari presentasi tersebut.

Ternyata benar, membawakan materi yang sangat berat memang tidaklah mudah untuk saya pribadi yang sesungguhnya pada masa SMA saya lumayan sering ditunjuk untuk menjadi seorang MC dan membawakan sebuah acara formal di sekolah saya. Lalu saya mulai berpikir, bagaimana caranya saya bisa membawakan presentasi dengan baik, mengalir seperti ketika seseorang sedang bercerita tanpa putus-putus yang diimbangi dengan intonasi dan body language yang seakan-akan menyihir para penonton untuk terus mengikuti alur saya dalam menyampaikan sebuah materi.

Pada akhirnya ketika saya sudah merasa ada yang tidak beres dengan cara saya melakukan presentasi, saya langsung mencari-cari informasi untuk melakukan kursus yang benefitnya adalah membuat saya menjadi percaya diri, tidak nge-blank pada saat menyampaikan materi, tetapi tetap enak didengar suaranya oleh teman-teman maupun dosen yang sedang mendengarkan presentasi saya. Lalu, saya teringat ketika saya masih duduk di bangku SMP saya pernah membeli sebuah majalah remaja yang didalamnya berisikan kumpulan foto-foto kegiatan karantina pemilihan model sampul majalah remaja tersebut. Kemudian setelah mengingat-ngingat kembali, ada suatu momen dimana mereka diajarkan untuk melakukan public speaking yang diawali dengan pengenalan diri hingga cara mereka menentukan sikap pada saat berbicara di depan umum. Nama dari sebuah agensi public speaking tersebut bernama Talk Inc. Oleh karena itu, saya langsung mendiskusikan dengan kedua orang tua saya yang pada akhirnya mereka menyetujui saya untuk mengikuti program kelas public speaking demi menunjang kepercayaan diri saya dalam berbicara didepan umum.

Kelas demi kelas tentunya tidak pernah saya lewatkan satupun mengingat dengan mengikuti kursus ini saya yakin saya akan bisa jauh lebih percaya diri ketika saya harus mempresentasikan materi didepan kelas dengan alur yang jelas dan tepat. Pertemuan pertama diawali dengan pengenalan public speaking yang dilanjutkan dengan video mapping, dimana satu per satu dari kami harus berbicara didepan kamera dengan membawakan materi bebas yang telah kita kuasai. Dilanjutkan dengan pertemuan berikutnya, hingga sampailah pada suatu pertemuan yang berjudul “Flow of Mind.” Yang terbesit dalam benak saya adalah, saya akan belajar bagaimana mengatur cara berpikir saya ketika sedang melakukan presentasi dan saya sudah cukup tertantang ketika melihat judul materi yang selalu terpampang didepan pintu kelas disertai dengan pengajar atau fasilitatornya.

Fasilitator untuk kelas Flow of Mind pada hari Sabtu itu memiliki nama lengkap Boy Kelana Soebroto atau lebih akrabnya dipanggil “Mas Boy”. Di kelas ini, selain kita akan maju satu per satu untuk menampilkan presentasi sesuai dengan alur berpikir yang benar, kita juga diberikan macam-macam cara mempresentasikan suatu materi menggunakan alur berpikir tersebut, dimulai dari problem-solution, cause-effect, chronological, theory-practice, acronym, numerical order, dan yang terakhit psycological effect. Dari bermacam-macam alur berpikir tersebut, tentunya membuka pikiran saya mengenai cara-cara untuk mengatur jalan berpikir saya pada saat berlatih untuk melakukan presentasi yang tentu saja akan memudahkan saya dalam mengingat cukup banyak materi presentasi yang akan disampaikan.

Seusai saya mempelajari alur berpikir tersebut, saya mulai mempraktikan sendiri untuk mempersiapkan performa saya dalam menyalurkan materi yang sudah saya kemas sedemikian rupa melalui sebuah makalah yang meliputi teori serta analisisnya. Saya mencoba untuk menuliskan alur berpikir saya sehingga menyerupai sebuah cerita agar tidak membosankan para pendengar. Walaupun pada saat itu saya masih menggunakan key note, namun saya sudah mulai bisa mengatur cara berpikir saya yang tentunya akan mempengaruhi kata demi kata yang akan saya sampaikan. Selain alur berpikir, Mas Boy juga tak lupa mengingakan saya dan teman-teman sekelas untuk selalu banyak membaca demi memperkaya kosa kata sehingga tidak ada lagi kata nge-blank dalam kamus kami pada saat melakukan presentasi.

Setelah sembilan pertemuan saya lalui sebagai murid kelas public speaking membuat saya memiliki pengalaman baru. Mulai dari bertemu para fasilitator yang sudah handal di bidangnya, selalu memberikan penilaian dan masukan-masukan positif, dan juga ilmu-ilmu baru yang sesungguhnya tidak banyak didapatkan di sekolah formal, karena public speaking merupakan suatu bakat yang menurut saya pribadi semua manusia mampu mengasah dan membiasakan berbicara didepan umum dengan alur berpikir yang baik akan menandakan bahwa kita adalah public speaker yang cerdas dalam memilih padanan kata per kata yang baik dan memberikan kesan hangat bagi penonton yang sedang mendengarkan kita menyampaikan materi-materi yang tentunya mereka ingin dengarkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara presenter dengan penonton memiliki hubungan timbal balik yang terjalin selama materi-materi tersebut tengah disampaikan dengan cara berpikir yang runtut dan baik.