Seorang murid datang kepada saya, mengemukakan kalau karirnya selama 2 tahun bekerja tidak ada peningkatan, ia hampir frustasi, apalagi sejak memulai karir hingga saat ini apa yang dibayangkan tentang karir gemilang tak kunjung datang.
Pertanyaan saya kepadanya “Coba sebutkan apa yang menjadi kekuatanmu?” ia tertegun dan tidak bisa menjawab pertanyaan saya. Saya bertanya lagi lebih spesifik “apa yang membuat kamu berbeda dengan rekan kerjamu?’ iapun tidak bisa menjawab.
Banyak orang menjalani hidup mengalir seperti air, saya kebetulan tidak sependapat dengan perkataan tersebut. Karena hakikatnya kita adalah apa yang kita pikirkan, seperti pepatah favorit saya “you are what you think” ketika kita memandang hidup adalah seperti air mengalir, maka bersiaplah menghadapi arus yang deras dan keadaan yang tidak bisa kita kendalikan. Untuk itu seharusnya kitalah yang mengendalikan hidup termasuk mengatur rencana pekerjaan yang akan diambil, mengukur untung ruginya dan usaha yang akan dilakukan untuk meningkatkan karir menjadi lebih baik lagi.
Dalam buku Personal Branding – Rahasia untuk sukses dan bertahan dikarir yang saya tulis bersama Becky Tumewu pada tahun 2014 terdapat 2 komponen pada Personal Branding. Yang pertama adalah Komponen Utama, meliputi Value, Skill dan Behavior. Ini adalah komponen yang wajib dimiliki seseorang. Akan tetapi, dijaman digital seperti sekarang dimana banyak persaingan terjadi, memiliki Komponen Utama dalam mendukung personal branding anda tidaklah cukup. Sehingga setiap individu harus memiliki Komponen Tambahan, yaitu: Total look, Keunikan dan Otentik. Nah seperti murid tersebut, bila Komponen Utama saja tidak ketahui, tentu skill yang dimilikinya tidak menonjol. Sehingga tidak dapat bersaing dikompetisi yang semakin “tough” ini. Being just good is not enough, we need to finding the uniqueness in ourselves in order to stands in the crowd. Jadi seseorang perlu memiliki Komponen Tambahan agar terlihat berbeda. Mengatur style apa yang akan menempel di dirinya, karena penampilan yang baik akan menarik dilihat, termasuk mencari hal apa yang dapat membuat saya berbeda dari kompetitor saya? Tentunya semua yang dibuat harus dibuat se-otentik mungkin, tidak hanya sekedar meniru. Sehingga orang lain melihat kita sebagai pribadi yang tulus, bukan palsu.
Seperti kata sebuah jargon iklan “Ku tahu yang ku mau”. Apakah kita sudah tahu apa yang harus kita lakukan untuk siap berkompetisi dibidang yang akan kita geluti?
Erwin Parengkuan
Managing Director Talkinc
www.talk-incorporation.com