Saya menemukan 2 kata kunci penting dalam makna komunikasi/berbicara di publik yaitu: Positiveness dan Understanding. Bila kita ingin memengaruhi lawan bicara, tentu kita tidak dapat menggunakan kata yang negatif, karena esensi dalam komunikasi adalah membangun jembatan relasi. Kata-kata negatif justru akan “membakar” jembatan. Dan bila seseorang berbicara tidak memiliki kata understanding, maka Public Speaking yang dilakukan tidak dapat menjangkau hati Audiens. Terjebak dengan bahasa yang sulit dimengerti (ambigu), serta menggunakan banyak bahasa teknis yang asing dikuping pendengar. Akhirnya yang terjadi pesan tidak tersampaikan, dan kita hanya membuang-buang waktu percuma. Jadi, pilihlah bahasa yang mudah dimengerti. Jangan berasumsi bahwa apa yang akan kita sampaikan serta merta dimengerti oleh Audiens. Memang untuk menjadi menarik dalam seni berbicara di era disrupsi digital ini menuntut seseorang untuk dapat beradaptasi dengan cepat, sama seperti bahasa yang kita pilih harus mengikuti perkembangan zaman. Dulu zaman predigital, kita tidak mengenal istilah; Baper, Mager, Healing, Ambis, Ghosting dll.
Selanjutnya, kata atau kalimat yang kita ucapkan terbagi menjadi 3 aspek penting: Head, Heart, dan Hand. Head adalah data akurat dan terkini yang harus dihadirkan. Heart adalah pendekatan dari hati yang menyentuh emosi lawan bicara, dan Hand adalah tindakan apa yang kita harapkan dari Audiens. Mulai dari melakukan Opening dengan Smiling Voice dan bersemangat akan membuat Audiens senang dan melupakan sejenak masalah hidup mereka. Energi Negatif dikalahkan oleh Energi Positif Anda, dan ini akan menular ke mereka. Kemudian, pikirkan umpan (Catch) apa yang menarik perhatian Audiens, hal ini akan membuat semua mata tertuju kepada Anda. Kita bisa memilih untuk melemparkan Data terlebih dahulu, atau pendekatan Emosi? Dan di dalam konten kita bisa menggabungan 3 pendekatan tersebut secara berkesinambungan. Contoh: 8 juta ton sampah plastik terurai ke laut (Head), bayangkan betapa perilaku umat manusia terhadap biota laut (Heart) yang mati karena di dalam perut mereka terdapat banyak micro dan nano plastic. Lalu tindakan seperti apa yang akan kita lakukan dalam menggunakan penggunaan plastic sekali pakai? (Hand), dan seterusnya. Kombinasi Head, Heart, dan Hand akan selalu ada di dalam struktur komunikasi. Dan menjadi kebebasan setiap individu dalam memainkannya. Coba bayangkan apa yang akan terjadi kalau materi yang kita sampaikan hanya berisi Head saja dan terlalu banyak? Atau Heart saja tanpa menyampaikan data yang akurat? Hal lainnya yang sering terjadi yang membuat seorang Public Speaker gagal mencuri perhatian Audiens karena tidak adanya sesuatu yang baru yang mereka sampaikan seperti; data terbaru, studi kasus, observasi, story-telling, untuk memberikan perspektif baru dengan bobot dan benefit, padahal hal ini menjadi bagian yang ditunggu-tunggu oleh Audiens.
Saatnya sekarang kita bicara soal Blueprint atau Struktur dalam Public Speaking/presentasi yang terbagi atas 3 bagian utama: Opening dengan bobot 10%, Content memiliki bobot 70%, dan Closing memiliki bobot 20%. Alur ini akan menjadi panduan Anda dalam mempersiapkan sebuah Blueprint (layaknya ingin membangun rumah). Opening yang terlalu lama akan membuat audiens jenuh. Hendaknya alur presentasi dilakukan dengan persiapan yang matang dan harus diinternalisasikan oleh seorang pemimpin ketika ingin melakukan Public Speaking, bukan bergantung dengan skrip dari sekretaris/jubir dan kemudian tinggal dibacakan saja, alhasil seseorang tampil tidak meyakinkan. Membaca naskah pidato, menyebutkan salam pembuka kepada audiens dengan membaca text tanpa melakukan Eye Contact, adalah kegagalan