by admin | Mar 21, 2025 | Public Speaking & Communication

Dunia modern yang sangat bising, apalagi di media sosial, mengakibatkan semua orang dengan mudah menumpahkan uneg-unegnya tentang kerasnya kehidupan atau jenjang karir yang semakin sempit. PHK, kegelisahan, dan kemarahan semua tumpah dimana-mana.
Kebebasan bersuara adalah hak setiap orang yang tak dapat dibatasi, siapapun dapat menumpahkan apa saja yang mereka pikirkan dan rasakan. Sayangnya, kebebasan bersuara menjadi tidak terdengar, karena kita tidak menggunakan cara dan strategi yang tepat dalam menyampaikan sebuah pesan. Alih-alih mau didengar, malah tertimbun kebisingan dari suara-suara lainnya yang sama dan kita menjadi frustasi akan hal ini.
Di LPK TALKINC, kami mengajarkan setiap orang untuk mengenali dulu dirinya dari semua potensi yang ada, baik yang sudah dimiliki maupun yang masih tersembunyi. Kemampuan seseorang dalam mengenal siapa dirinya menjadi hal utama dalam pembelajaran di sekolah kami. Dimulai dari menuliskan semua kekuatan diri, kekurangan diri dalam catatan, dan menggali kebutuhan, serta tujuan utama untuk menjadi seorang komunikator yang piawai. Sayangnya, dalam setiap kelas yang kami bawakan, banyak peserta/murid yang tidak tahu tujuan hidupnya. Mungkin terlalu banyak melihat keluar, kemudian mereka menjadi insecure dan bingung dengan tujuan hidup yang ingin dicapai. Karena kalau jawabannya hanya untuk sebuah kata sukses, itu tidak cukup buat saya.
Kita harus tahu betul apa yang kita inginkan, seberapa penting hal itu harus kita capai dan miliki, sehingga ada dorongan yang kuat untuk bertumbuh dan menjadi manusia yang unggul. Beberapa peserta di kelas tahu tujuannya sehingga kami para pengajar dapat dengan mudah menuntun dan memberikan arahan/pandangan yang tepat.
Memiliki waktu sendiri tanpa ada gangguan gawai adalah kunci utama seseorang untuk kembali menemukan siapa dirinya dan tujuan hidupnya. Menyendiri dan hening di pagi hari adalah cara terbaik yang dapat dilakukan. Ketika kita hening dan tenang, tentu akan muncul kejelasan yang kita cari dan inginkan. Sukses dalam kehidupan dan karir selalu membutuhkan keahlian dalam berkomunikasi.
Selama 21 tahun di kelas dengan rupa-rupa jenis manusia dan jabatan, dapat saya simpulkan bahwa komunikasi memiliki 2 bobot yang sama pentingnya. Yang pertama adalah Understanding. Understanding, seperti yang sudah dibahas di awal tulisan ini, adalah memahami diri terlebih dahulu, baru kita dapat memahami orang lain, atau lawan bicara kita. Ketika pemahaman ini sudah dimiliki, kita tidak akan sembarangan berkata-kata, baik secara verbal/non verbal. Kita akan memiliki “rem” untuk tidak asal bunyi, apalagi mengumpat di media sosial.
Media sosial adalah wajah dari karakter kita sesungguhnya. Dengan rekam jejak yang telah kita torehkan, akan dengan mudah orang lain mengidentifikasi/melabel kita. Perlu jiwa yang besar untuk setiap orang dapat menerima dirinya, tidak denial, tidak menyalahkan faktor eksternal. Para komunikator yang ulung adalah mereka yang sudah selesai dengan dirinya. Maka, kata Understanding menjadi modal terpenting seseorang untuk dapat diterima dimanapun ia berada.
Yang kedua, adalah Positivity. Kata-kata negatif yang sering kita ucapkan akan membuat tidak ada satu orangpun yang akan suka dengan kita. Ini adalah tantangan besar berikutnya. Kita tahu pikiran negatif merusak hubungan dan mental seseorang. Layaknya air yang terus diberikan kata-kata negatif, dengan air yang diberikan kata-kata positif, kita akan melihat perbedaannya. Air dengan kata negatif, akan kusam dan hitam, sebaliknya, air dengan kata positif, akan tetap bening. Air adalah senyawa yang hidup, sama halnya dengan kita manusia. Bayangkan contoh ini akan memberikan dampak yang besar kepada seseorang tentang cara mereka berkomunikasi.
Dua bobot ini akan menjadi landasan utama kita dalam menjadi seorang komunikator yang baik, sehingga kalau kita ingin menjadi berbobot, tinggal Anda pikirkan, manfaat apa yang akan diberikan kepada audiens? Bahwa keseharian kita adalah latihan terbaik untuk dapat mengasah kemampuan melatih alur bicara. Mulai dari mengetahui konteks dan menyusun sebuah konten.
Tulislah dan praktikkanlah sebelum berbicara. Rekamlah dan evaluasi hasilnya. Jujurlah dengan dirimu ketika melihat hasilnya. Kemudian, ulangi lagi sehingga ada penguasaan materi yang lebih baik dengan cara menyampaikan yang tepat. Kemudian setelah itu, Anda akan menemukan pola baru yang akan menjadi landasan dalam berkomunikasi. Seorang public speaker yang berbobot tidak akan pernah lelah untuk mengeksplorasi diri dan menemukan berbagai macam pola komunikasi dari setiap audiens yang berbeda-beda.
Jadi, siapkah Anda untuk mengasah keterampilan berbicara dan menjadi public speaker yang berpengaruh? Mulailah sekarang!
Oleh: Erwin Parengkuan
by admin | Mar 15, 2025 | Professional Life

Pernah bertemu orang yang bisa langsung klik saat pertama kali berbincang? Atau sebaliknya, baru sebentar saja berinteraksi sudah merasa, “Duh, kayaknya engga nyambung deh?” Itu yang disebut dengan first impression. Hanya dalam hitungan detik, lawan bicara bisa langsung menilai kita, faktanya, kesan itu akan bertahan lama.
Di dunia kerja, first impression bisa jadi game-changer. Atasan dan kolega bisa langsung memiliki gambaran apakah kita profesional, percaya diri, dan bisa diandalkan. Oleh karena itu, jangan sampai salah langkah! Kita harus mencari tahu mengapa kesan pertama itu penting dan bagaimana cara membuat kesan pertama yang tidak terlupakan.
Mengapa First Impression Penting?
First impression itu seperti tiket masuk kita ke dunia profesional. Begitu kita melangkah ke dalam ruangan, rekan kerja bisa langsung menilai kita mulai dari cara berdiri, berbicara, bahkan bagaimana cara kita berkontak mata. Faktanya, penelitian The Center for Sales Strategy (2023) menunjukkan bahwa first impression terbentuk dalam 7 detik pertama saat kita melihat seseorang.
Kalau dalam 7 detik itu kita kelihatan ragu-ragu, kurang percaya diri, atau terkesan acuh maka first impression yang dibangun juga tidak maksimal. Sebaliknya, kalau kita bisa menciptakan first impression yang kuat, rekan kerja juga akan lebih terbuka untuk bekerja sama, mempercayai kita, dan melihat potensi diri kita.
Lalu, bagaimana cara menciptakan first impression yang berkesan?
Ciptakan First Impression yang Berkesan dengan 8 Cara Berikut Ini:
1. Tunjukkan Sikap Percaya Diri Bukan Sombong
Percaya diri itu penting tapi jangan berlebihan. Berdiri dengan tegap, jaga kontak mata, dan berikan senyuman yang tulus. Hal tersebut akan membuat rekan kerja merasa lebih nyaman dan percaya pada kita.
2. Berpakaian Profesional Sesuai Budaya Perusahaan
Menurut Copeland, A. (2023), penampilan adalah hal pertama yang harus diperhatikan. Setiap tempat kerja memiliki aturan berpakaian yang berbeda tetapi intinya tetap sama yaitu rapi dan profesional. Gunakan pakaian yang sesuai dengan budaya perusahaan, karena cara berpakaian akan menunjukkan bagaimana kita menghargai dan mewakili tempat dimana kita bekerja.
3. Gunakan Bahasa Tubuh yang Tepat
Bahasa tubuh bisa lebih kuat dari kata-kata. Hindari menyilangkan tangan karena akan terkesan tertutup dan usahakan gerakan kita tetap santai. Dengan bahasa tubuh yang terbuka, kita akan terlihat lebih hangat dan dapat dipercaya.
4. Lakukan Jabat Tangan yang Meyakinkan
Jabat tangan yang tepat menunjukkan percaya diri dan profesionalisme. Lakukan dengan hangat, solid, dan tetap jaga kontak mata agar kesan yang kita berikan semakin kuat.
5. Berbicara dengan Jelas dan Tenang
Nada bicara kita juga sangat menentukan kesan pertama. Hindari berbicara terlalu cepat, pelan, dan kaku. Pastikan suara kita terdengar jelas, santai, dan meyakinkan. Satu hal yang juga penting adalah hindari memotong pembicaraan, komunikator yang andal akan lebih banyak mendengarkan.
6. Tunjukkan Ketertarikan pada Orang Lain
Saat berbicara dengan rekan kerja baru, tunjukkan ketertarikan kita kepada mereka. Tanyakan hal-hal sederhana seperti, “Sudah berapa lama bekerja di sini? Bagaimana rasanya kerja di sini?” atau “Kendala apa yang sering dihadapi?”. Ini akan membuat percakapan kita lebih hidup dan bermakna.
7. Tepat Waktu Itu Wajib
Datang tepat waktu merupakan bukti disiplin dan profesionalisme (Copeland, A., 2023). Sebaliknya, keterlambatan bisa langsung memberikan kesan buruk yang sulit diubah.
8. Jadi Versi Terbaik dari Diri Sendiri
Kita tidak perlu pura-pura menjadi orang lain demi disukai. Keaslian itu jauh lebih otentik dan dihargai daripada kesan yang dibuat-buat. Tetap menjadi diri sendiri tapi dengan versi terbaik yang profesional, percaya diri, dan menyenangkan.
Kesimpulan
Membangun first impression yang baik di tempat kerja bukan sesuatu yang sulit, tetapi membutuhkan kesadaran dan latihan. Dengan menerapkan strategi di atas, kita dapat memastikan bahwa rekan kerja dan atasan memandang kita sebagai individu yang berintegritas dan dapat diandalkan.
Sudahkah Anda siap memberikan kesan pertama yang positif dan profesional? Bergabunglah dalam kelas-kelas di TALKINC untuk mempelajari teknik komunikasi dan public speaking yang efektif guna mendukung perkembangan karier kita. Jangan lewatkan kesempatan ini. Daftar sekarang juga!
References
Copeland, A. (2023, May 22). 19 tips to make a great impression at a new job | LiveCareer. LiveCareer. https://www.livecareer.com/resources/jobs/networking/first-days-working
MindTools | Home. (n.d.). https://www.mindtools.com/a391uhu/making-a-great-first-impression
Paparo, K. (2019, May 22). man standing near podium. Unsplash. https://unsplash.com/photos/man-standing-near-podium-XSDTr93bhBo
The Center for Sales Strategy. (n.d.). Seven Seconds to Make a First Impression — Make it Count!https://blog.thecenterforsalesstrategy.com/seven-seconds-to-make-a-first-impression
by admin | Nov 22, 2024 | Public Speaking & Communication
Oleh Erwin Parengkuan-Founder, CEO, Strategic Communication Coach TALKINC
Public Speaking skills sangat dibutuhkan di era hyper-connected ini. Bayangkan jika seseorang memiliki keahlian yang luar biasa namun tidak memiliki kemampuan untuk mengartikulasikan dan menyampaikan apa yang ada di kepalanya kepada publik dengan menarik. Bagaimana ia dapat mengungkapkan keahlian tersebut? Selama dua puluh tahun saya menekuni profesi sebagai Professional Communication Coach, saya melihat banyak contoh dari para murid maupun peserta training memiliki kendala dalam menjadi Public Speaker yang menarik dan berbobot. Rendahnya rasa percaya diri dan mental block menjadi faktor utama terbesar mereka dengan kata-kata yang sering saya dengar, “Susah yaa bicara secara terstruktur,” “Susah ya menjadi menarik ketika tampil,” “Susah ya untuk jadi pede,” dan “susah-susah” lainnya. Ini merupakan contoh konkret ketika seseorang menolak perubahan karena tidak mau membayar harganya dengan usaha yang gigih dan konsisten. Ketika saya mengikuti pelatihan di London Business School, UK, 2 tahun yang lalu dengan materi Coaching and Leadership, saya sempat berbincang dengan seorang profesor yang membahas tentang Epigenetics (above genetic); bagaimana Nature dan Nurture akan memengaruhi hidup seseorang. Jujur, pada saat itu saya tidak paham apa yang dimaksud dan setelah selesai berbincang dengannya saya mencari tahu arti terminologi neuroscience yang mulai dibahas oleh para pakar neuroscientist dunia di awal tahun 2000-an. Intinya, bagaimana sebuah effort bila digabungkan dengan environment yang tepat akan membuat seseorang menjadi mahir di bidangnya. Hal ini menurut saya adalah jalan yang mutlak dipilih oleh setiap orang untuk menjadi sukses dan berdaya serta menonjol; termasuk kemampuan berbicara di depan publik. Sayangnya, tidak semua dari kita memiliki Mental Energy dan Mental Maps untuk mau mencintai sebuah proses yang merupakan satu-satunya kunci keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan hidup (purpose).
TALKINC mengajarkan kepada peserta untuk menjalankan 3 pilar utama dalam berkomunikasi; yang pertama adalah mengenal dirinya dengan baik yang terdapat dalam modul-modul Personal Development, dilanjutkan Communication Fundamentals yang akan saya jabarkan dalam artikel ini – setiap individu harus menguasai komponen-komponen komunikasi dengan tepat, dan diakhiri pilar Ketiga yaitu, Advancing in Public Speaking Skills. Ini adalah tahapan yang harus dilewati oleh para peserta, tidak mudah, tetapi bisa dijalankan dengan proses berkesinambungan. Ditambah lagi, kebanyakan orang memiliki kecenderungan maunya yang mudah saja. Pertanyaan berikutnya; apakah spirit shortcut juga sudah menjadi budaya masyarakat kita saat ini? Maunya serba cepat, maunya serba gampang. Aneh juga bila seseorang ingin menjadi Public Speaker yang andal tapi malas berlatih dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Di dalam kelas, saya juga mengamati kemampuan Public Speaking dari berbagai level peserta, baik itu entry level, professional, bahkan top level management. Dari data yang kami peroleh, hanya di bawah 20% yang menarik, sisanya mereka kesulitan untuk mengartikulasikan dan mengelola apa yang ada dalam pikiran dan perasaannya. Padahal, tugas seorang Public Speaker harus percaya diri, menjadi pribadi yang hangat, dapat diandalkan, serta menyenangkan. Kalau kita menelaah secara historis, bahwa bangsa kita dijajah sangat lama oleh V.O.C, ditambah