Kemampuan Public Speaking : Menjadi Pribadi yang Menarik

Kita pasti pernah bertemu dengan orang – orang yang masuk kategori ini: mereka menjadi ‘magnet’ dimanapun berada. People magnet ini memiliki kesan yang menarik, sehingga orang – orang di sekitarnya ingin melihat, mendengarkan, dan mengobrol dengannya. Sekarang saya ingin membedah apa saja sih elemen yang dapat membuat seseorang menjadi menarik sehingga kita dapat menjadi seperti mereka?

Dalam beberapa kali kehadiran seorang aktris Bernama Gwyneth Paltrow di pengadilan Utah, US. Kala itu ia memenangkan perkara atas kejadian kecelakaan bermain sky di tahun 2016, semua kulit tinta gagal fokus karena penampilannya yang lowkey atau ada istilah baru yang muncul yaitu quite luxury dimana seseorang tampil dengan pakaian yang sederhana, tidak menunjukkan label dari merek terkenal maupun gemerlap, tetapi sangat membumi. Rupanya penampilan bisa menjadi hal pertama yang kita lihat ketika bertemu dengan seseorang termasuk gerak-gerik tubuhnya. Bahasa tubuh adalah simbol paling mudah untuk mendeteksi rasa percaya diri seseorang. Dari bahasa tubuh dapat terlihat apakah seseorang itu percaya diri (PD), arogan, takut, ragu-ragu, dll.

Kembali ke soal penampilan dan merek, ada juga yang mengatakan kalau menggunakan barang bermerek, PD langsung naik. Tapi menurut saya, hal ini tidak 100% menentukan, justru dapat disimpulkan yang menentukan adalah kesan pertama. Ketika kita bertemu dengan seseorang yang layaknya boutique berjalan, maka fokus kita terpecah pada semua merek yang ada di tubuhnya, sehingga akan terlihat orang tersebut sangat menonjol atas apa yang ia kenakan, akan tetapi hal ini tidak serta merta membuat seseorang lantas jadi menarik apalagi kalau didukung dengan bahasa tubuh yang tidak sesuai. Karena komunikasi adalah sebuah seni, dan layaknya setiap orangpun dapat menempatkan dirinya dengan baik, tidak menojol tetapi tepat dimanapun ia berada.

Daya pikat yang ditampilkan seseorang tentu akan terasa ketika ia menyapa kita, ada senyum yang tulus terpancar dari mata, dan terlihat dari tarikan bibirnya. Melalui hal – hal tersebut kita jadi merasa diistimewakan melalui pancaran itu, meski sebenarnya kitapun dapat merasakan berbagai macam senyuman baik yang tulus, getir, sinis atau terlihat terpaksa — konon ada 50 lebih jenis makna dari sebuah senyuman. Ketika kita memulai pembicaraan dengan mereka yang masuk kategori pribadi yang menarik, kita melihat orang ini selalu memiliki kemampuan mendengar yang lebih banyak dari pada lawan bicaranya. Mereka yang tidak self centered tentu akan menjadi lawan bicara yang menarik.

Belum lama ini saya menghadiri undangan makan malam dari seorang kawan lama, dan bertemu dengan orang-orang baru yang selalu saja menyenangkan buat saya karena kita akan bertukar-tukar cerita/informasi baru. Sayangnya seorang tamu undangan yang duduk persis di sebelah saya, tidak pernah berhenti bicara, ada saja yang ia utarakan. Sedangkan saya sesungguhnya ingin sekali terlibat dengan diskusi yang tengah terjadi di meja makan itu. Orang ini tidak memberikan kesempatan kepada saya untuk menikmati pembicaraan yang berlangsung saat itu, ia terus bercerita, menyambung satu kisah ke kisah lainnya.

Jadi ketika kita ingin menjadi pribadi yang menarik, elemen pertama adalah penampilan yang harus kita sesuaikan, memiliki rasa nyaman dengan diri sendiri dimanapun kita berada adalah kunci berikutnya yang akan membuat kita menjadi leluasa menggerakkan bahasa tubuh kita. Perasaan ingin mengumbar cerita diri harus kita tahan. Jangan lupa loh, ketika berkomunikasi kita harus memiliki kesadaran diri untuk mengendalikannya, karena orang lain juga ingin didengar ceritanya. Tentu ada saatnya kita bicara, ada saatnya kita mendengarkan hal ini akan membuat orang lain senang dengan kita. Ditambah tentu kita akan lebih menarik jika memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, dapat mengatur tempo bicara, dan jangan lupa pembicaraan yang kita lakukan tidak berisi konten negatif/bergosip/menyudutkan orang lain.

Semakin luas pengetahuan kita semakin mudah kita ‘nyambung’ dengan siapapun. Jadi pribadi yang menarik adalah pribadi yang dapat membuat orang lain merasa Istimewa, pribadi yang tidak dominan, dan selalu sejalan dengan ritme pembicaraan yang memiliki porsi yang sama dengan lawan bicaranya, serta yang ia ucapkan bisa menjadi inspirasi bagi orang lain. Kalau sudah seperti ini, kita pasti akan senang bertemu terus dengan figur seperti ini. Yuk jadi golongan pribadi yang menarik!

Penulis: Erwin Parengkuan
Penyunting: Alyezca Disya Rahadiz

Influencing Others By Providing Powerful Feedback

As time goes by, humans must lead within their circles. Starting from leading in the kindergarten line, being parents for our kiddo, to leading your team towards the company’s objectives. I don’t believe that someone is born as a leader. You, who are reading this article, can also be a leader. The question is: how much eagerness do you put into it?
Sacrifice for everything you want, or else everything you want will become your sacrifice. One of the things that I have learned until this is how my observation (as I enjoy being a listener) turn into positive feedback for myself and others. However, being judgmental and giving feedback are related.
I found two methods on how to give positive feedback without being judgmental that you can implement.

1. The GROW model by Max Landsberg (For performance reviews)
GOAL
Ensure and believe that we have a common goal and the same direction. Different ways but one direction.
REALITY
You must listen and fully understand the challenges people face in achieving the goal. Remember to ask the question, ‘Do you think/feel…?’ instead of ‘I think…
OPTION
Asking for their opinion to get a genuine answer while avoiding disagreement reactions. At this time, we are trying to read carefully and identify what the problem is, and then provide other options to achieve the goal.
WILL
The people will not agree to the new option if there’s no benefit for them or if it’s forced. An inspirational conversation needs to be built so that people trust and believe in the option.

2. Feedback Sandwich
Start with a compliment.
Always express gratitude and appreciation by giving positive feedback on what they did. Small compliments can make people feel appreciated.
Present positive options. Afterward, ask for their opinion on what they did and request permission to share your point of view and perspectives of others.
Positive closing. Conclude your feedback by motivating and encouraging them
In practical terms, I use a combination of these methods. The GROW method is what I used to use when I was in a corporate setting, providing feedback in professional situations such as performance reviews for my Sales/RM Team. However, the feedback sandwich is something I utilize in every situation, including when I am facilitating. Offering compliments or positive comments to people can increase endorphin levels. Comments like ‘I like your smile,’ ‘I like your color blazer,’ or ‘How did you get those unique sneakers?’ are the kinds of remarks that can prompt someone to engage in conversation with you and feel appreciated.
Sometimes, differences or conflicts arise from misunderstandings, especially when we don’t know people well. A personal touch is necessary to understand people’s thoughts and feelings. This is what makes us unique, intelligent human beings rather than artificial entities.
However, providing feedback to others is essential for the betterment of all of us in a positive way, and avoiding causing pain to others. So, are you still willing to give painful feedback to others?

Written by Fernando Edo
Edited by Alyezca Disya

TALKINC Professional Public Speaking Batch 80: Menjawab Pertanyaan dan Tantangan Komunikasi

“Saya mampu untuk melakukan presentasi bahkan terkadang saya diminta juga untuk menjadi MC pada beberapa acara gathering (pertemuan). Tapi apakah saya sudah melakukan “Public Speaking” dengan baik dan benar? Apakah komunikasi yang saya bawakan betul-betul dapat dipahami, didengarkan, atau bahkan diingat? Kenapa saya selalu gugup setiap kali saya akan presentasi?” Pertanyaan yang sering muncul di pikiran saya dan mungkin juga dialami oleh banyak orang. Berlandaskan pertanyaan – pertanyaan tersebut, akhirnya saya memantapkan diri untuk ikut kelas Public Speaking di TALKINC.

Komunikasi menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, tidak perduli kita memiliki kepribadian yang introvert maupun extrovert, komunikasi harus dilakukan selama kita berhubungan dengan orang lain. Bahkan menurut saya, orang-orang hebat dan sukses didasari dengan memiliki kemampuan komunikasi yang sangat baik. Sehingga begitu penting kemampuan komunikasi untuk dimiliki seseorang bahkan untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

Seluruh materi yang saya pelajari selama mengikuti kelas Professional Public Speaking ini sangat komplit dan menjawab pertanyaan-pertanyaan saya ini. Rasanya sulit sekali untuk memilih mana materi yang paling saya sukai. Hingga akhirnya saya memilih materi “When Things Gone Bad & How to Handle Audience” saya rasa sangat menarik untuk dibahas. Kendala yang dapat terjadi ternyata bukan hanya dari faktor internal, tetapi juga dari eksternal. Menjadi seorang public speaker yang mampu menghadapi berbagai situasi dan masalah ternyata bukan hanya butuh jam terbang yang tinggi, tapi bagaimana mampu untuk tetap tenang, berfikir, lalu dengan “kreatif” mengatasi situasi dan audience yang ada. Saya ingat betul saat saya dihadapkan dengan “situasi buruk” oleh Mba Lia Halim yang menjadi Fasilitator materi ini, wah rasanya panik dan bingung harus mengatakan apa! Hahaha..

Mengikuti kelas Professional Public Speaking secara offline ini seru banget! Kami dilatih untuk praktik presentasi dan diberikan masukan yang baik dalam setiap sesi kursus. Bahkan kami bisa melihat teman-teman sekelas yang ternyata punya kemampuan yang luar biasa bagus, sehingga menambah semangat untuk mengikuti kelas dan menambah relasi juga. Semoga semua ilmu dan pengalaman yang selama ini saya pelajari dari semua Fasilitator bisa secara konsisten saya terapkan dan asah dalam ranah komunikasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik dalam berkomunikasi. Terima kasih dan sukses selalu untuk TALKINC, serta seluruh team Fasilitatornya.

Oleh Josephine Vivian

Professional Public Speaking – Batch 84 : Pengembangan diri untuk menjadi individu yang lebih hebat

Mengikuti program TALKINC merupakan salah satu hal yang telah saya targetkan sejak tahun 2019. Pada saat itu saya sedang menunggu kelulusan kuliah dan sedang menjalani magang di salah satu creative agency. Kala itu saya melihat secara langsung MC dan moderator pada berbagai acara yang melibatkan creative agency tempat saya magang hingga menimbulkan keinginan untuk meingkatkan kemampuan public speaking saya. Dengan keinginan saya tersebut, saya berharap suatu saat juga dapat berdiri di panggung layaknya MC dan moderator profesional seperti yang biasa saya lihat.

Berdasarkan rekomendasi salah satu rekan di tempat magang, TALKINC menjadi pilihan saya untuk mulai mengembangkan diri dan kemampuan komunikasi saya. Namun, keinginan tersebut harus saya tunda hingga tahun 2023 karena saya ingin mencari waktu dimana saya dapat berkomitmen penuh dan fokus di kelas. Karena kelas dilaksanakan setiap hari Sabtu, saya memaksimalkan untuk memetakan pekerjaan agar tidak mengganggu kehadiran saya di kelas dan memilih pertemuan offline.

TALKINC memiliki beberapa program kelas yang dapat diikuti sehingga saya cukup bimbang, karena sebelumnya saya berpikir untuk langsung memilih kelas MC & Moderator Program. Namun setelah menimbang berdasarkan tuntutan pekerjaan saat ini, saya akhirnya mendaftarkan diri pada kelas Offline Professional Public Speaking batch 84. Menurut saya, sangat penting untuk memantapkan dasar – dasar dalam public speaking sehingga apapun peran yang akan dijalani nantinya akan lebih mudah (tidak terbatas pada MC & Moderator).

Dari semua materi yang diberikan, materi favorite saya adalah “When Things Gone Bad, How to Handle the Audience” yang dibawakan oleh Mas Imam Wibowo sebagai fasilitator. Berkilas pada pengalaman membawakan presentasi di pekerjaan, banyak sekali momen-momen yang saya rasa dapat dikatakan sebagai “out of the box”. Mulai dari kesalahan teknis hingga pertanyaan di sesi tanya jawab yang membuat saya tidak berkutik. Dari momen – momen tersebut saya belajar bahwa kita tidak sekadar “presentasi lalu selesai” namun banyak hal yang perlu kita antisipasi agar presentasi yang kita bawakan berkesan dan diterima dengan baik oleh audiens mulai dari awal pembukaan presentasi hingga menutup sesi tanya jawab.

Setelah mengikuti kelas – kelas TALKINC, saya memahami strength dan weakness dari diri saya dan hal tersebut saya anggap sebagai awal dari perjalanan pengembangan diri saya untuk menjadi individu yang lebih hebat lagi baik secara personal maupun professional. Terima kasih saya ucapkan untuk semua fasilitator TALKINC yang telah membagikan ilmunya dan menjawab rasa penasaran saya dalam hal public speaking. Target saya selanjutnya, semoga saya dapat bergabung kembali di kelas MC & Moderator Program

Oleh Rizka Putri Adriani

Membakar Zona Nyaman

Pernahkah kita mencari tahu kenapa orang-orang sukses semakin bertambah sukses? Sedangkan banyak orang masih jungkir balik mengejar arti kata sukses dan banyak pula yang menemui kegagalan atau berhenti di tengah jalan, lantas menjadi kecewa, frustasi dan apatis. Hingga suatu waktu saya membaca sebuah riset yang mengatakan, orang-orang yang sukses itu selalu merancang hidup mereka sedari mereka muda, dan berfokus kepada sebuah tujuan yang jelas yang tertulis. Riset ini menggerakkan hati untuk saya merefleksikan diri di kala masa muda.

Waktu masih duduk di bangku SMA, saya pernah ditanya oleh seseorang yang saya kagumi mengenai tujuan hidup. Waktu itu saya masih kebingungan mau berkarir di bidang apa. Tapi ia mengatakan kepada saya untuk jangan pernah membuang waktu dengan percuma, jangan sampai hidup dalam penyesalan ketika tua nanti. Kata-kata itu masih melekat dalam jiwa saya hingga saat ini, karena saya tidak mau hidup dalam sebuah penyesalan. Sebuah kata-kata yang belum lama saya dapatkan: “I rather pain in discipline, rather than pain in regrets” mungkin kata-kata ini dapat menjadikan kita semakin bersemangat mengejar kesuksesan.

Mari kita mulai dengan menentukan tujuan utama dalam sebuah kesuksesan yang ingin diraih. Tujuan yang jelas dan kenapa tujuan itu harus dicapai? Apa maknanya buat diri? Coba tuangkan emosi dalam tujuan tersebut, dan jangan lupa ditulis sehingga akan selalu diingat & termotivasi. Yang saya ketahui tentang sebuah kesuksesan adalah sebuah proses yang terus berkesinambungan dan dimulai dengan langkah-langkah yang kecil tanpa henti.

Membakar Zona Nyaman adalah hal pertama yang perlu kita lakukan. Sehingga tidak ada kesempatan bagi kita untuk menunda-nunda waktu dan terbelenggu dalam kenyamanan kita. Ketika kita sudah tidak memiliki Zona Nyaman itu, mau tidak mau kita harus mulai bertempur dengan diri sendiri dan keadaan baru yang kita hadapi, justru kita akan diselimuti rasa takut. Itulah Zona Takut yang akan kita hadapi! Bagaimana caranya kita dapat kuat menghadapi ketakutan kita dengan mencari kekuatan yang ada dalam diri kita. Kita tentu harus yakin 100% dengan apa yang kita miliki yang akan menjadi energi kita untuk melawan semua ketakutan itu. Menanamkan pada pikiran kita bahwa kita itu bisa dan mampu.

Berdasarkan pengalaman yang saya miliki, saya melihat banyak orang-orang mahir berbahasa Inggris. Saya menjadi sangat minder serta takut bila ada orang yang tiba-tiba mengajak saya bicara dengan bahasa Inggris dan saya tidak bisa menjawabnya. Lantas apa yang saya lakukan? Saya melakukan sebuah tindakan untuk menghadapi ketakutan dengan keberanian. Mulailah saya mengikuti kursus, membaca buku dalam bahasa Inggris, berusaha tidak membaca subtitle ketika menonton film asing, hal ini terus saya lakukan, akhirnya kemampuan bahasa Inggris saya meningkat. Saya kemudian selalu berusaha memperbaiki diri, karena saya tidak mau menyesal kelak nanti, saya terus berjuang dengan kekuatan dari dalam diri, dan mengatakan: “Saya pasti bisa!”; “Tidak ada yang mustahil”; Tidak ada yang tak mungkin”. Beberapa mantra yang saya jadikan landasan dalam menjalankan hidup saya hingga saat ini.

Setelah semua keringat dan upaya kita lakukan, kita kemudian akan bergerak ke Zona Belajar dan Zona Bertumbuh.  Kedua Zona ini akan membawa kita kepada sebuah hasil yang akan kita petik kemudian hari. Memaksimalkan semua potensi diri, memiliki ketangguhan hati dan terus belajar. Untuk menutup tulisan saya ini. 3 kata berikut ini akan menjadi pijakan Anda selanjutnya: Tanggap, Tanggon dan Trengginas. Tanggap mencerminkan tingginya intelektualitas, memiliki kemampuan yang cakap, serta wawasan luas dan profesionalisme. Tanggon artinya memiliki mental baja, Tangguh. Yang terakhir adalah Trengginas, artinya mampu mengemban tugas yang diberikan dengan ragam medan, situasi, dan keadaan hingga selesai. Tentu syarat pertama adalah bakar Zona Nyamanmu dan miliki Keberanian untuk menaklukkan Ketakutanmu.

Penulis: Erwin Parengkuan

Editor: Alyezca Disya Rahadiz