by admin | Mar 15, 2025 | Professional Life

Pernah bertemu orang yang bisa langsung klik saat pertama kali berbincang? Atau sebaliknya, baru sebentar saja berinteraksi sudah merasa, “Duh, kayaknya engga nyambung deh?” Itu yang disebut dengan first impression. Hanya dalam hitungan detik, lawan bicara bisa langsung menilai kita, faktanya, kesan itu akan bertahan lama.
Di dunia kerja, first impression bisa jadi game-changer. Atasan dan kolega bisa langsung memiliki gambaran apakah kita profesional, percaya diri, dan bisa diandalkan. Oleh karena itu, jangan sampai salah langkah! Kita harus mencari tahu mengapa kesan pertama itu penting dan bagaimana cara membuat kesan pertama yang tidak terlupakan.
Mengapa First Impression Penting?
First impression itu seperti tiket masuk kita ke dunia profesional. Begitu kita melangkah ke dalam ruangan, rekan kerja bisa langsung menilai kita mulai dari cara berdiri, berbicara, bahkan bagaimana cara kita berkontak mata. Faktanya, penelitian The Center for Sales Strategy (2023) menunjukkan bahwa first impression terbentuk dalam 7 detik pertama saat kita melihat seseorang.
Kalau dalam 7 detik itu kita kelihatan ragu-ragu, kurang percaya diri, atau terkesan acuh maka first impression yang dibangun juga tidak maksimal. Sebaliknya, kalau kita bisa menciptakan first impression yang kuat, rekan kerja juga akan lebih terbuka untuk bekerja sama, mempercayai kita, dan melihat potensi diri kita.
Lalu, bagaimana cara menciptakan first impression yang berkesan?
Ciptakan First Impression yang Berkesan dengan 8 Cara Berikut Ini:
1. Tunjukkan Sikap Percaya Diri Bukan Sombong
Percaya diri itu penting tapi jangan berlebihan. Berdiri dengan tegap, jaga kontak mata, dan berikan senyuman yang tulus. Hal tersebut akan membuat rekan kerja merasa lebih nyaman dan percaya pada kita.
2. Berpakaian Profesional Sesuai Budaya Perusahaan
Menurut Copeland, A. (2023), penampilan adalah hal pertama yang harus diperhatikan. Setiap tempat kerja memiliki aturan berpakaian yang berbeda tetapi intinya tetap sama yaitu rapi dan profesional. Gunakan pakaian yang sesuai dengan budaya perusahaan, karena cara berpakaian akan menunjukkan bagaimana kita menghargai dan mewakili tempat dimana kita bekerja.
3. Gunakan Bahasa Tubuh yang Tepat
Bahasa tubuh bisa lebih kuat dari kata-kata. Hindari menyilangkan tangan karena akan terkesan tertutup dan usahakan gerakan kita tetap santai. Dengan bahasa tubuh yang terbuka, kita akan terlihat lebih hangat dan dapat dipercaya.
4. Lakukan Jabat Tangan yang Meyakinkan
Jabat tangan yang tepat menunjukkan percaya diri dan profesionalisme. Lakukan dengan hangat, solid, dan tetap jaga kontak mata agar kesan yang kita berikan semakin kuat.
5. Berbicara dengan Jelas dan Tenang
Nada bicara kita juga sangat menentukan kesan pertama. Hindari berbicara terlalu cepat, pelan, dan kaku. Pastikan suara kita terdengar jelas, santai, dan meyakinkan. Satu hal yang juga penting adalah hindari memotong pembicaraan, komunikator yang andal akan lebih banyak mendengarkan.
6. Tunjukkan Ketertarikan pada Orang Lain
Saat berbicara dengan rekan kerja baru, tunjukkan ketertarikan kita kepada mereka. Tanyakan hal-hal sederhana seperti, “Sudah berapa lama bekerja di sini? Bagaimana rasanya kerja di sini?” atau “Kendala apa yang sering dihadapi?”. Ini akan membuat percakapan kita lebih hidup dan bermakna.
7. Tepat Waktu Itu Wajib
Datang tepat waktu merupakan bukti disiplin dan profesionalisme (Copeland, A., 2023). Sebaliknya, keterlambatan bisa langsung memberikan kesan buruk yang sulit diubah.
8. Jadi Versi Terbaik dari Diri Sendiri
Kita tidak perlu pura-pura menjadi orang lain demi disukai. Keaslian itu jauh lebih otentik dan dihargai daripada kesan yang dibuat-buat. Tetap menjadi diri sendiri tapi dengan versi terbaik yang profesional, percaya diri, dan menyenangkan.
Kesimpulan
Membangun first impression yang baik di tempat kerja bukan sesuatu yang sulit, tetapi membutuhkan kesadaran dan latihan. Dengan menerapkan strategi di atas, kita dapat memastikan bahwa rekan kerja dan atasan memandang kita sebagai individu yang berintegritas dan dapat diandalkan.
Sudahkah Anda siap memberikan kesan pertama yang positif dan profesional? Bergabunglah dalam kelas-kelas di TALKINC untuk mempelajari teknik komunikasi dan public speaking yang efektif guna mendukung perkembangan karier kita. Jangan lewatkan kesempatan ini. Daftar sekarang juga!
References
Copeland, A. (2023, May 22). 19 tips to make a great impression at a new job | LiveCareer. LiveCareer. https://www.livecareer.com/resources/jobs/networking/first-days-working
MindTools | Home. (n.d.). https://www.mindtools.com/a391uhu/making-a-great-first-impression
Paparo, K. (2019, May 22). man standing near podium. Unsplash. https://unsplash.com/photos/man-standing-near-podium-XSDTr93bhBo
The Center for Sales Strategy. (n.d.). Seven Seconds to Make a First Impression — Make it Count!https://blog.thecenterforsalesstrategy.com/seven-seconds-to-make-a-first-impression
by admin | Nov 13, 2023 | Information, News, Professional Life
Memberikan hasil terbaik untuk diri sendiri dan terus bertumbuh, tidak ada kata menyerah! Saya sering sekali mengucapkan kata-kata ini dalam setiap pelatihan untuk para peserta. Mungkin Anda pun pernah atau sering mendengar kata-kata ini. Suatu Minggu pagi ketika saya memiliki hasrat yang besar untuk menulis rutin, saya masih kebingungan mau menulis apa, semacam virus “writer block” yang mati gaya, mau menulis tapi tidak tahu apa yang hendak ditulis. Perspektif saya, ingin menulis yang berbeda dari tulisan-tulisan terdahulu, tapi apa? Hingga saya duduk di pojok di tempat kesukaan untuk membaca buku di teras rumah sambil memandang tanaman yang tumbuh subur serta pohon besar aneka rupa ditemani kicau burung dan semilir angin dan mulailah saya meneruskan membaca buku dengan judul “The 5 am Club” karangan motivator terkenal Robin Sharma yang telah menjual bukunya laris manis hingga 15 juta eksemplar seluruh dunia. Dalam salah satu bab diceritakan percakapan antara seorang artist dan pengemis, dan pengemis ini mengatakan apa yang ia dapatkan dari sang guru: “To find your best self you must lose your weak self.” Membaca kata-kata ini saya langsung terbakar dan berbagai macam kekurangan diri mucul dalam benak saya. Sebuah kata-kata yang sederhana, sebuah perlawanan kata: Best dan Weak yang memang saling berkaitan. Jadi saya kemudian merefleksikan diri, bagaimana seseorang bisa menjadi best self tanpa membuang weak self?
Dalam berbagai pekerjaan yang kita lakoni, hubungan antar manusia selalu menjadi jembatan terbaik, entah di kantor, di rumah, di lingkungan, dimanapun, kita tidak bisa terlepas dari hubungan itu. Dan semua masalah yang timbulpun akan muncul karenanya, yaitu hubungan yang tidak harmonis akan menjadi pematik sebuah masalah. Ketika ini dibiarkan tentu nyala api akan berkobar semakin besar. Ada orang yang memilih untuk segera bertindak memadamkan api entah bagaimana cara penyelesaiannya, ada yang memilih untuk menghindar atau kabur dari situasi ini. Manusia memang kompleks, tetapi manusia juga diberikan kebebasan untuk memilih dan menentukan berdasarkan pilihannya. Ketika kita sudah paham tentang penyelesaian sebuah masalah, dan membereskannya kemudian kita akan menjadi lebih lega dan senang. Begitupun sebaliknya bila masalah tidak selesai-selesai, pikiran kita semakin terbebani, hidup menjadi lebih berat.
Sambil berjalan ke bawah mengambil sekotak buah saya di kulkas, pikiran saya langsung mengacu kepada tulisan ini, dan menumpahkannya kepada Anda. Saya lantas berpikir, terlepas dari permasalahan yang dihadapi dengan pihak lain, seseorang untuk dapat menjadi best self tentu harus mengenal dirinya terlebih dahulu, mengenal dirinya terlebih dahulu, harus betul-betul kenal, sifat, watak, perilaku, kompetensi yang kita punya, baik, buruknya dengan sungguh jujur. Saya tahu terkadang masih memiliki ekpektasi yang besar kepada orang-orang di sekitar saya, berharap mereka juga memiliki pemahaman yang sama dengan saya, tetapi saya sadar setiap orang tidak sama, sehingga saya harus membuang perasaan ingin mengendalikan mereka, terkadang saya suka terbawa emosi ketika sesuatu tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan, dan saya harus membuang emosi itu dan dapat segera mengendalikan dan mengatasinya. Jadi ketika kita jujur dengan kekurangan yang ada di diri kita, kita akan dengan mudah secara perlahan-lahan menghilangkannya.
Akan sangat sulit buat seseorang ingin menciptakan dirinya menjadi versi terbaik tetapi tidak memiliki kesadaran akan hal-hal yang lemah ada dalam diri dan tentu akan terus ada dan dipertahankan. Sebuah kalimat dari buku itu telah menjadi motivasi terbesar saya untuk tidak lengah akan kelemahan yang kita miliki, untuk di buang jauh-jauh… sehingga ada ruang baru untuk menciptakan best self kita. Sudahkah Anda merefleksikan apa yang menjadi kelemahan pada diri sendiri untuk menjadi your best self?
Oleh Erwin Parengkuan
by admin | Feb 20, 2023 | Professional Life
oleh Erwin Parengkuan
Dalam sebuah pelatihan dengan 30 peserta yang semuanya adalah generasi Zillenials selama 2 hari penuh, saya berkesempatan mengenal mereka lebih dekat lagi. Menyelami pikiran dan ketakutan-ketakutan mereka, tepatnya ketika nanti akan ditempatkan di area kerja yang baru, bertemu dengan para senior level serta kekhawatiran tentang nasib karir mereka.
Ketika sesi terakhir, kami meminta mereka satu persatu untuk tampil presentasi tanpa slides dan menyampaikan materinya selama maksimal 2 menit. Ini adalah waktu yang paling saya nantikan karena saya akan melihat bagaimana mereka telah menerima materi dengan baik, adakah diantara mereka yang memiliki kemampuan komunikasi yang terbaik.
Seorang anak maju ke depan dan mulai menceritakan tentang pengalaman mengambil double degree di luar negeri. “Mulanya saya sangat ragu, apakah saya dapat berdikari tanpa dampingan keluarga di negara orang? Perasaan cemas itu semakin meningkat menjelang keberangkatan saya. Saya sangat risau, karena saya adalah satu-satunya anak perempuan di keluarga. Selama bersekolah saya selalu diantar jemput oleh orang tua. Mereka sangat melindungi saya dan sayapun nyaman dibuatnya. Tetapi ketika sampai kepada keputusan mengambil sekolah di LN, mereka membebaskan saya. Di sisi lain, ada perasaan penasaran, apakah saya betul bisa lepas dari keluarga saya? Bagaimana nanti kalau saya sakit, siapa yang akan merawat saya? Kalau ada yang tidak beres di tempat saya tinggal, kepada siapa saya meminta bantuan?” Demikian celoteh si anak Z ini kepada kami di kelas. Saya sangat menikmati ceritanya dengan alur yang baik, dan tentu penasaran akan bagaimana kelanjutan kisahnya.
“Akhirnya, ketika saya sudah sampai di negara itu, sudah masuk ke universitas yang saya impikan, sudah mendapatkan tempat tinggal yang tidak jauh dari kampus, ternyata semua yang saya takutkan tidak terjadi. Ini seperti kata hati saya ketika saya memutuskan untuk meninggalkan keluarga. Dalam hati saya bilang, kalau “ujian kecil” ini saja saya tidak bisa melewati, bagaimana dengan karir saya selanjutnya?”
Ternyata memang betul, sebuah keyakinan memang harus kita yang menciptakannya. Harus kita yang meyakininya. Kita harus memiliki kemampuan untuk memvisualisasikan bayangan itu dalam sebuah gambaran yang jelas, semakin jelas kita bayangkan, akan semakin mudah kita meraihnya! Ketika kita yakin, semua tindakan akan berjalan dengan baik. Bila kita percaya, semua akan terjadi seperti apa yang kita bayangkan. Belief System adalah suatu sikap yang ditunjukkan saat seseorang merasa mampu dan yakin. Ketika perasaan ini dipupuk maka akan menghasilkan sebuah kebenaran. Ketika kita berpikir negatif tentu hasilnya akan sama, begitupun sebaliknya. Ketika muncul perasaan ragu hendaknya kita langsung menganalisanya, apakah hal tersebut memiliki fakta yang kuat atau itu hanya sebuah ketakutan belaka/asumsi. Ketika proses ini kita jalankan terus, kita juga akan memiliki kemampuan untuk mengubah sebuah ketakutan menjadi sebuah usaha yang akan memberikan sebuah hasil. Bila hasilnya belum sesuai tentu kita akan mencari jalan keluar terbaik dan akan berjalan seperti apa yang sudah kita dipercayai, dan apa yang kita akan raih akan semakin jelas wujudnya.
Memaksimalkan Belief System sebagai modal keyakinan untuk menjadi terbaik dari diri kita menurut saya mutlak 100%. Berbagi faktor akan terus bermunculan, seperti pengaruh pola asuh, kemudian melihat figur yang dapat kita jadikan sebuah contoh, seberapa besar informasi akurat yang kita peroleh, termasuk lingkungan sosial akan memberikan kontribusi penting. Ketika proses ini tidak mendukung atas pembentukan yang akan kita yakini, hendaknya kita pandai-pandai menilainya dengan segera membuang yang buruk dan kembali mencari jalan terbaik, termasuk dalam mencari lingkungan yang lebih sehat yang dapat mempertebal system kepercayaan kita. Jangan lupa untuk terus memasukkan sugesti positif ke dalam diri secara terus menerus dengan melakukan self talk, self reflection, self control, self evaluation, dan self motivation. Seperti cerita manarik dari salah satu peserta di kelas saya. Oh ya satu lagi jangan lupa, bahwa kita adalah tuan untuk diri kita sendiri dan hanya kitalah yang dapat membuat diri kita sukses ataupun gagal dan semua ini berasal dari Belief System kita. Seperti kata sebuah tagline “Nothing is impossible!”