Echo Chambers Tantangan dalam Komunikasi Efektif?

Apakah kamu dikelilingi dengan orang-orang yang selalu sependapat denganmu? Apakah di antara teman-teman terdekatmu tidak ada satupun orang yang punya pendapat berseberangan denganmu dalam hal politik, ekonomi, agama, dan isu sosial? Sekarang coba buka media sosialmu. Apakah pendapat dan sudut pandang konten media sosialmu cenderung seragam dan jarang berlawanan dengan pendapatmu secara sosial, ekonomi, dan politik? Apakah semuanya seperti mengkonfirmasi pandangan pribadimu? Kalau kamu menjawab YA di hampir semua pertanyaan tadi, besar kemungkinannya bahwa kamu terjebak dengan yang dikenal dengan istilah Echo Chamber.

Istilah echo chamber pertama kali muncul tahun 2007 dari penulis dan aktivis Amerika, Cass Sunstein, dalam bukunya yang berjudul “Republic.com 2.0.” Echo chamber adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebuah lingkungan di mana opini, pandangan, dan informasi, hanya menguatkan dan mengonfirmasi keyakinan yang sudah ada, dan mengabaikan pandangan alternatif atau berbeda. Dalam sebuah echo chamber kita cenderung berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki pandangan yang sejalan dengan kita, mengonsumsi media atau sumber informasi yang mengkonfirmasi keyakinan kita, dan mempertahankan pemikiran kelompok yang homogen.

Apa bahayanya Echo Chamber? Dalam konteks komunikasi efektif, Echo chamber dapat memiliki dampak negatif pada kemampuan komunikasi kita. Ini alasannya:

1. Kurangnya eksposur pada pandangan yang berbeda. Ketika kita terjebak dalam echo chamber, kita cenderung hanya terpapar pada sudut pandang yang sejalan dengan keyakinan kita. Ini dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk memahami pandangan yang berbeda atau untuk berkomunikasi secara efektif dengan orang-orang yang memiliki pandangan atau pendapat yang berbeda. Kita akan menjadi close minded ketika berhadapan dengan pandangan yang bersebrangan dengan kita.

2. Ketidakseimbangan informasi. Echo chambers cenderung menyediakan informasi yang hanya menguatkan keyakinan yang sudah ada. Ketika kita hanya terpapar pada sudut pandang yang sejalan dengan keyakinan kita, kita tidak memiliki pemahaman yang mendalam tentang argumen, data, atau fakta yang mendukung pandangan alternatif. Akibatnya, ketika berkomunikasi dengan orang-orang yang memiliki pandangan yang berbeda, kita tidak memiliki basis informasi yang cukup untuk memahami dan merespons argumen tersebut.

3. Kehilangan kemampuan mendengar dengan objektif. Echo chambers dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk mendengar sebuah opini berbeda dengan objektif dan terbuka. Kita cenderung memfilter informasi dan argumen yang tidak sejalan dengan keyakinan kita atau langsung menolaknya. Ini dapat menghambat kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik, karena komunikasi yang efektif membutuhkan kemampuan untuk mendengarkan dengan objektif, menghargai perspektif orang lain, dan merespons secara terbuka.

Untuk memperbaiki kemampuan komunikasi, penting untuk kita melangkah keluar dari echo chamber, dengan cara:

1. Diversifikasi sumber informasi. Upayakan untuk mengakses berbagai sumber berita dan informasi yang memiliki perspektif yang beragam. Jangan hanya mengandalkan satu sumber atau jenis media tertentu. Cari sumber-sumber yang mewakili sudut pandang yang berbeda dan yang menyajikan berbagai pendapat. Also, read more books with various point of views, so you can have your own critical thinking.

2. Berinteraksi dengan banyak teman dan kolega dengan pandangan yang berbeda, buka diri untuk mendengarkan dan berdiskusi. Ajukan pertanyaan, dengarkan argumen mereka, dan cobalah memahami perspektif mereka. Ini dapat membantu kita memperluas pemahaman dan melihat sudut pandang yang berbeda. Komunikasi yang baik melibatkan kemampuan untuk mendengarkan dan memahami sudut pandang orang lain.

3. Jika aktif di media sosial, pastikan bahwa lingkaran media sosialmu tidak terlalu homogen. Ikuti dan lakukan interaksi dengan orang-orang yang memiliki pandangan berbeda. Change your algorithm.

Ditulis Oleh : Irina Dewi