Sumber: Nilov (2021)
Pernah dengar orang bilang, “Angka enggak bisa bohong?” Pernyataan tersebut sebenarnya tidak salah, tapi masalahnya adalah angka juga enggak bisa bikin baper.
Coba pikirkan iklan apa yang paling membekas dalam ingatan Anda hingga saat ini?. Kemungkinan besar bukan karena data yang disajikan, tapi karena cerita di dalamnya. Bisa jadi tentang perjuangan seorang ayah, persahabatan masa kecil, atau momen haru yang sederhana tapi membekas.
Faktanya, 79% orang cenderung mengalihkan perhatiannya ketika disajikan dengan terlalu banyak teks dan data (Prezi & Poll, 2018). Mengapa cerita begitu mudah menempel di kepala, sementara grafik dan statistik cepat sekali menguap?
Yuk, kita bahas lebih dalam soal kekuatan storytelling, mengapa otak lebih suka cerita daripada data dan bagaimana Anda bisa memanfaatkannya dalam komunikasi sehari-hari.
1. Otak Lebih Aktif Saat Mendengar Cerita
Ketika kita mendengarkan sebuah cerita, otak kita merespons seolah-olah sedang menyaksikan sebuah film. Bukan hanya bagian bahasa yang aktif, tapi juga area emosi, sensorik, dan visualisasi ikut terlibat.
Artinya, cerita bukan hanya didengar tapi juga dirasakan. Hal tersebut yang membuat cerita lebih mudah diingat dan lebih kuat dampaknya daripada sekadar data.
2. Cerita Lebih Menyentuh Hati Bukan Hanya Logika
Data memberi kita informasi tentang “apa yang terjadi,” sementara cerita menjelaskan “mengapa itu penting.” Ketika orang mulai merasa peduli, mereka lebih mudah tergerak untuk bertindak.
Cerita menciptakan empati. Kamu bisa tahu bahwa 1000 orang kehilangan rumah karena bencana, tapi cerita tentang seorang ibu yang kehilangan dapur tempat ia memasak untuk anak-anaknya? Itu lebih membuat hati kita tersentuh.
3. Struktur Cerita Membantu Otak Menyusun Makna
Cerita punya pola: awal, konflik, dan solusi. Otak kita suka pola ini karena memudahkan kita untuk mengerti dan mengingat informasi.
Jika kamu ingin orang benar-benar mengerti pesanmu, ceritakan dengan cara yang menarik. Bukan hanya supaya mereka paham, tapi juga supaya mereka peduli dan gampang mengingatnya.
4. Storytelling Bisa Digunakan di Semua Bidang
Storytelling tidak hanya relevan di dunia kreatif, tetapi juga sangat efektif dalam berbagai konteks profesional. Baik Anda seorang HR yang sedang mempresentasikan ide kepada manajemen, seorang guru yang menjelaskan materi kepada murid, atau seorang karyawan yang menyampaikan proyek, bercerita dapat menjadi alat yang sangat powerful.
Melalui dari cerita, Anda bisa menyampaikan pesan dengan cara yang lebih hidup, autentik, dan dapat dipercaya, sekaligus mengurangi jarak antara pembicara dan audiens.
5. Cerita Adalah Bahasa Asli Manusia
Dari zaman purba, manusia sudah berkumpul di sekitar api unggun dan berbagi kisah. Storytelling bukan sebuah teknik baru tetapi cara alami untuk menyampaikan pengetahuan, nilai, bahkan membentuk budaya.
Jadi, saat Anda ingin menyampaikan sesuatu mulailah dengan cerita. Meskipun data menjelaskan, tetapi cerita membuat orang merasa. Dalam komunikasi, rasa itulah yang membuat pesan tinggal lebih lama.
Kesimpulan
Di tengah lautan data, cerita punya kekuatan untuk menyentuh hati dan bertahan lebih lama dalam ingatan. Meskipun angka memberikan informasi, cerita membangkitkan emosi dan menciptakan koneksi yang lebih dalam.
Storytelling tidak hanya relevan di dunia kreatif, tetapi juga sangat efektif dalam dunia profesional. Cerita adalah cara alami kita berkomunikasi, menyampaikan pesan dengan cara yang lebih hidup, autentik, dan mudah diingat. Jadi, mulai berbicara dengan cerita, karena itu yang membuat pesan Anda tetap terasa.
Siapkah Anda mengubah pesan biasa menjadi sesuatu yang menyentuh lewat storytelling? ingkatkan cara Anda berkomunikasi dan membangun koneksi lewat storytelling. Ikuti kelas-kelas di TALKINC untuk menguasai teknik public speaking yang relevan dan berdampak untuk kemajuan karier Anda. Yuk, mulai perjalanan ceritamu bersama TALKINC!