utama dalam menciptakan First Impression. Tidak ada konektifitas yang terbangun (Connection). Alur/flow dalam Blueprint juga harus dibuat tidak seperti garis flat (mendatar), tapi harus dibuat terus bereskalasi, seperti analogi menaiki sebuah tangga. Buatlah alur Anda dengan penuh kejutan karena itu akan terus menarik perhatian audiens. Layaknya ketika menonton sebuah film, bila kita sudah dapat menembak alur cerita, adegan demi adegan dalam film tersebut, kitapun tidak akan bergairah untuk menontonnya kembali. Zaman sekarang, audiens menuntut sebuah alur yang penuh dinamika. Jadi, kita sendiri yang harus bertanggung jawab untuk berlatih, mengorkestrasikannya, dan menghidupkannya di depan audiens. Jangan lupa untuk memikirkan 3 aspek yang ada dalam Blueprint presentasi: What? Apa yang ingin disampaikan, Why? Kenapa topik ini diangkat? Dan How? Bagaimana cara menyampaikan dengan kemampuan Story Telling yang baik. Penguasaan dalam membuat Blueprint harus juga disesuaikan dengan Train of Thought/kereta berpikir audiens yang berjalan paralel dengan pikiran Anda, layaknya 2 orang yang berjalan kaki bersama, terkoneksi, dan saling keterhubungan (interconnected).
Masyarakat kita adalah masyarakat yang gemar bercerita, terbukti di setiap warung kopi, di rumah atau di hotel mewah sekalipun, semua orang akan tertarik mendengarkan sebuah cerita. Untuk itu, jadilah seorang Story Teller yang menarik dalam menyampaikan presentasi Anda. Jangan lupa untuk menyebarkan beberapa contoh relevan yang mendukung alur pemaparan Anda. Public Speaking tidak sepenuhnya soal bobot belaka, melainkan bagaimana Anda menyampaikannya dengan Kata-kata, Suara dan Bahasa Tubuh yang terbuka. Intonasi menurut saya adalah “jiwa” dari seseorang dengan kekhasan karakter suaranya. Intonasi yang beragam harus kita mainkan seperti layaknya alunan musik, diawal bicara tentu nada suara yang antusias akan mencuri perhatian, lalu nada suara ini akan berubah-ubah sesuai dengan gairah/emosi dari pesan yang ada didalamnya. Kapan kita melakukan jeda, kapan kita melakukan penekanan, dan mengunakan kecepatan bicara (pace) yang beragam, dengan artikulasi yang jelas. Walaupun suara hanya memiliki dampak 20%, Kata-kata 10%, Penampilan 10%, serta Bahasa Tubuh dengan bobot paling besar adalah 60% dalam Anatomi Komunikasi (Communication Fundamentals). Bahasa Tubuh seperti yang kita ketahui memegang peranan sangat besar, karena hal ini terlihat secara kasat mata. Bahasa Tubuh adalah bahasa yang jujur. Kita dapat dengan mudah mengindentifikasikan tingkat kepercayaan diri seseorang melalui bahasa tubuhnya. Apakah ketika tampil, seseorang terlihat gugup, percaya diri atau angkuh. Tentu kepercayaan diri menjadi landasan seseorang untuk dapat menaklukkan audiens yang sudah kita bahas pada awal tulisan ini. Akan tetapi sebelum kita tampil, kita dulu yang harus dapat menyakini diri kita (Belief System) atas bobot/kebermanfaatan (Benefit) yang akan kita berikan kepada audiens. Kalau seseorang hanya berbicara melulu dari sudut pandang dirinya tanpa memerhatikan sudut pandang audiens tentu akan terjebak menggurui. Sehingga kata Understanding menjadi penting: Understanding your Self-image, Understanding the Audience Perspective, dan Understanding your Personality Traits, adalah bentuk persiapan yang mutlak diketahui.
Jadi kalau ditanya berapa besar bobot prosentasi vs cara menyampaikan? Tentu porsi cara menyampaikan menjadi lebih besar. Dapat dikatakan bobot hanya 30% dan cara menyampaikan menjadi 70%, dengan Gestur yang tepat mulai dari: Kepala, Tangan, Postur dan cara Berdiri (Posture dan Stance). Kaki atau tangan yang bergerak terlalu banyak ketika berdiri, akan menunjukkan seseorang yang nervous. Belum lagi tidak adanya Eye Contact yang merata kepada