semua Audiens yang hadir, tidak ada senyum yang tulus dari hati, gerakan tangan yang kaku, tangan disaku akan membuat kita terlihat arogan, apalagi tangan menunjuk. Tangan dibelakang membuat kita terlihat tidak percaya diri. Hand Gesture yang disesuaikan dengan Flow akan memberikan penekanan, seperti kalau kita bilang bagus, dengan diikuti bentuk kepalan tangan dan jempol tegak akan mempertajam sebuah pesan. “Speak with your hand!” Ketika kita memahami bahwa tujuan utama Public Speaking yakni untuk mempengaruhi, kita perlu menyadari bahwa manusia menggunakan tiga indra utama ketika melihat seorang pembicara di atas panggung. Ketiga Indera itu adalah: Indera Pengelihatan (Bahasa tubuh dan Penampilan), Indera Pendengaran (Total Vocal), dan Indera Perasa (Kinesthetic). Indera Perasa akan menjadi penentu Audiens kepada Anda (First Impression) dan tersimpan lebih lama dalam ingatan (Top of Mind) daripada kedua indera lainnya.

Seperti kita tahu bahwa komunikasi menjadi senjata ampuh manusia dalam berinteraksi, yang tidak dapat digantikan oleh mesin kecerdasan (AI). Walaupun, AI secara perlahan telah menggeser tenaga manusia dan hal ini akan terus terjadi. Sehingga manusia modern dituntut untuk lebih cerdas dan kreatif. Banyak pekerjaan yang nantinya akan digantikan oleh mesin, dan beberapa profesi barupun akan terus bermunculan. Apapun yang akan terus terjadi di dunia kita mendatang, tetap saja memerlukan kemampuan komunikasi/Public Speaking yang andal. Di sisi lain, ekspektasi audiens terhadap seseorang untuk tampil bicarapun semakin tinggi. Dan menuntut siapapun dari kita untuk terus mengasah kemampuan komunikasi sehari-hari untuk menjadi Komunikator ulung dengan memiliki: Agile Mindset, Growth Mindset, dan Winning Mindset. Seorang Public Speaker dalam membangun keterkaitan dengan audiens dituntut juga untuk memiliki kemampuan Listening Skills, sebagai komponen yang tidak dapat dipisahkan dari komunikasi. Bayangkan apa yang akan terjadi bila kita hanya mampu berbicara tanpa memiliki kemampuan mendengar? Ketika audiens berisik, kita tidak dapat mengendalikannya. Ketika kita melakukan interaksi, tetapi gagal dalam memberikan respon yang tepat karena tidak memiliki kemampuan dalam menjadi pendengar yang baik.

Kita sudah bicara panjang lebar soal bobot yang harus dimiliki oleh seorang Public Speaker. Sekarang saatnya mengupas tentang makna orisinalitas (otentik) seperti judul tulisan ini. Otentik yang artinya bagaimana seseorang menampilkan citra dirinya tanpa di buat-buat. Di sisi lain, tidak ada satu orangpun yang ingin terlihat jelek di mata orang lain, akan tetapi bila seseorang selalu berpura-pura dalam berinteraksi, lama kelamaan akan menempel di ingatan orang lain dan semakin menjauhkan diri mereka dari kata otentik. Sebaliknya, impresi yang dibangun secara sadar dan terus dilakukan secara konsisten akan membangun Brand Image seseorang untuk dikenal lebih luas. Seperti Indera Perasa (Kinesthetic) yang memberikan pengaruh terlama dalam ingatan seseorang, maka impresi dari apa yang kita tampilkan, dapat dirasakan langsung oleh audiens, entah Anda siap atau tidak. Dalam salah satu materi kami tentang Personal Branding, terdapat pembahasan tentang Understanding your Self Image, yaitu bagaimana Self Image dan Social Image dibangun secara selaras walaupun pada kenyataannya tidak melulu sama. Contoh seseorang yang enerjik bisa dipandang oleh orang lain sebagai orang yang caper/lebay, atau seseorang merasa dirinya perhatian dianggap oleh orang lain penuntut, dst. Personal Branding versi kami terbagi atas dua komponen: Komponen Utama yang terdiri dari: Value, Skill dan Behavior, dan Komponen Tambahan: Total Look, Authenticity dan Uniqueness. Unsur “Buatan”