dalam Personal Branding tetap ada, tetapi tidak memiliki porsi yang besar, yaitu ketika seseorang memiliki role model yang akan membuat mereka meniru salah satu kekuatan dari sang idola, lama kelamaan bila terus dilakukan akan menjadi kebiasaan baru, dan termanifestasikan. Disinilah proses dalam membuat Personal Branding dari Created menjadi Authentic.

Sosial media secara sadar dan tidak sadar telah memberikan banyak kebebasan kita untuk meniru cara seseorang dalam membawakan dirinya. Hal ini menjadi sah-sah saja selama kita tidak meniru 100%. Akan tetapi menurut saya, setiap dari kita adalah mahluk unik dengan keberagaman gaya, suara, karakter, kepribadian, perilaku, sudut pandang, serta pola pikir. Dan kekhasan ini yang harus ditonjolkan. Sehingga penting buat siapapun untuk memiliki Self Esteem yang tepat. Self Esteem adalah Core dari Self Confidence dengan 2 kualitas didalamnya: Kemampuan seseorang dalam menghargai dirinya (Self Respect), dan secara berkesinambungan mengevaluasi dirinya (Self-evaluation). Kalau seseorang hanya menghargai dirinya tanpa mengevaluasi dirinya, tentu akan terlihat angkuh, begitupun sebaliknya, mereka yang selalu mengevaluasi dirinya, tanpa menghargai dirinya akan terlihat rendah diri. Memiliki 2 kualitas ini akan membuat seseorang terus bertumbuh dengan melakukan Self Check kapanpun setelah kita tampil atau berpresentasi. Luangkan waktu untuk melakukan Self Reflection terhadap apa yang sudah baik dilakukan dan apa yang belum dilakukan.

Orang yang otentik dapat dengan mudah membangun relasi dengan siapapun yang mereka jumpai, artinya orang tersebut sudah “Beres” dengan dirinya dan menjadi pribadi yang terbuka. Mereka PD dimanapun berada, tanpa membawa Ego mereka. Figur yang seperti ini adalah pribadi yang menarik dan menjadi “magnet” buat orang lain. Merupakan modal penting seseorang untuk dapat memberikan pengaruh yang positif kepada lingkungan sekitarnya dan menjadi Public Speaker yang ulung. Kata Otentik juga tidak dapat dipisahkan dari karakter dan kepribadian seseorang, dan tipe kepribadian yang membuat mereka “terbuka” adalah kepribadian yang Ambivert. Sebuah istilah yang berkembang ketika Carl Jung dalam bukunya Psychological Types (1921) menuliskan bahwa ada orang-orang yang tidak terlalu Introvert dan tidak terlalu Extrovert. Tipe kepribadian seperti ini adalah mereka yang balance dan mudah berbaur dengan siapapun, tidak banyak layer, tidak berjarak, dan disenangi oleh semua orang. Kalau kita bicara tentang impresi/Personal Branding harus juga memenuhi unsur 3T: Terlihat, Terasa dan Terukur. “Terlihat” dari bahasa tubuh dan penampilan yang sesuai, “Terasa” artinya kesadaran penuh yang dibawa kemanapun, dan “Terukur” artinya keberadaan mereka diakui dan mempunyai jam terbang tampil yang tinggi. Kurangnya kesadaran diri (Self-Awareness dan Mindfulness) akan membawa seseorang dalam menampilkan sisi idealnya saja di sosmed atau di publik, tetapi bukan sisi originalitasnya. Padahal, dalam DNA manusia, terdapat 0,1% perbedaan dibanding 8 milyar penduduk di dunia ini. Jadi, ada genetik keunikan dalam diri setiap orang. Menurut saya setiap orang harus dapat menampilkan sisi keunikan yang membuat mereka stands among the crowd.

Sebagai warganet kitapun sudah sangat jenuh melihat banyak figur dengan “Tameng” yang mereka pasang. Termasuk gaya seseorang yang umum/normative, tidak mencuri perhatian Audiens. Sebuah jebakan yang akhirnya membuat seorang Public Speaker tidak dianggap keberadaannya. Ditambah lagi “Ketakutan” untuk menjadi berbeda, sehingga mereka terlihat