Oleh Erwin Parengkuan

Setiap lini kehidupan ini adalah sebuah pembelajaran dan memudahkan seseorang untuk terus belajar, tidak heran sebutan pengalaman adalah guru terbaik selalu menjadi pengingat kita. Dalam buku yang sedang saya baca, mengikuti anjuran untuk terus bertumbuh, buku dengan judul sama dengan artikel ini, dimana saya baru membaca 1 bab yang panjang dengan berbagai macam teori pembelajaran akan saya sampaikan dan tentunya menambahkan dengan apa yang saya pahami dan pelajari dari kehidupan ini, dengan deretan tugas dan pekerjaan yang saya lakoni hingga saat ini.

Beberapa teori yang ada dalam buku yang ditulis dengan sempurna oleh David A. Kolb, seorang pendidik, cendikiawan dan peneliti yang sudah memiliki 50 tahun pengalaman, menjabarkan dalam buku ini bahwa 3 point penting tentang sebuah experiential learning mulai dari: pendidikan, pekerjaan dan pengembangan pribadi. Ketika kita memiliki 3 fundamental diatas, kita akan mudah menjalankan proses pembelajaran ini. Banyak sekali teori dengan pendekatan yang berbeda yang dipaparkan dalam buku ini oleh para peneliti/pendidik dari abad yang berbeda-beda. John Dewey mengatakan pendidikan adalah fondasi terpenting: experiental education, William James mengatakan tentang the state of mind, pure experience, yang terbebas dari pemahaman konseptual yang dimiliki seseorang, Mary Parker menambahkan unsur kreativitas yang harus dimiliki seseorang the law of relation, Kurt Lewin mengatakan unsur konsep perhitungan topography, berdasarkan kebutuhan, tujuan, memori, lingkungan, hambatan dan jalur hidup yang akan dilewati seseorang, termasuk Carl Jung dengan teori modern dan radikal mengatakan bahwa proses yang dilewati seseorang sesuai impian dan ketidaksadaran melihat simbol-simbol yang ada, individu yang terintegasi untuk sebuah imaginasi yang aktif, self talk, untuk proses yang diinginkan, dan beberapa peneliti yang lahir di abad 18, termasuk salah satu peneliti terakhir di tahun 1960-an Carl Roger mengatakan tentang self worth.

Begitu banyak pemaparan dan info yang dapat kita ambil untuk tujuan memanfaatkan kehidupan ini menjadi menguntungkan kita. Tenggoklah ke belakang, saat ini dan lihatlah jauh kedepan yang sudah kita lewati bersama, dapatkan, maknai, dan mengambil keuntungan dari semua peristiwa dalam hidup ini. Dalam salah satu pemaparan diatas, disebutkan bagaimana kita mengaktivasi rasa dan logika. Saya sangat sependapat akan hal itu. Membuat semua teori yang sangat logis dan masuk akal (di era teori tersebut) pada akhirnya kita harus pandai-pandai menyimpulkan dengan konteks relevansi, alias mana yang akan kita ambil adalah hanya yang paling relevan untuk dijalankan di saat ini. Semudah membagi teori/penelitian tersebut menjadi 2 bagian besar tentang RASA dan LOGIKA. Atau dalam salah satu buku yang saya tulis tentang komunikasi bahwa kata-kata yang kita utarakan harus mengandung 2 unsur feeling dan thinking secara berkesinambungan.

Saya sendiri sekarang lebih mendisiplikan diri untuk menambah durasi waktu dalam membaca buku yang sudah saya beli dan menunggu giliran untuk dibaca. Dan seperti yang disampaikan oleh David A. Kolb, 3 komponen yang diatas sudah saya sampaikan akan memberikan banyak manfaat dari pembelajaran yang kita lewati dalam kehidupan ini. Memaknai hidup dengan terus belajar akan otomatis membuat kita terus semangat menyambut pagi. Deretan kegiatan yang sudah direncanakan juga merupakan jalur tujuan hidup yang sudah kita rancang, kalau belum ada, saatnya untuk dibuat. Kapan waktu berekspresimen dengan tugas dan pekerjaan kita, tentang personal development kita, menghargai diri, bobot apa yang akan kita terus tingkatkan untuk terus mengasah otak dan diintegrasikan dengan lingkungan terdekat, keluarga, pasangan, anak, rekan kerja, dan sosial adalah sebuah kesadaran utama yang harus terus kita bangun.

Kapan waktu terbaik menggunakan feeling, thinking dan menggabungkan keduanya dalam kehidupan yang kita jalani, menghargai waktu yang kita miliki dan membuatnya menjadi bermakna. Buat saya itu adalah sebuah keharusan. Seperti sebuah kutipan dalam buku tersebut yang mengatakan: No pleasure, no learning. No learning, no pleasure.