Oleh Erwin Parengkuan

Pada tahun 1943 dua tahun sebelum Indonesia merdeka, seorang bapak psikologi dunia bernama Abraham Maslow lewat jurnal yang ia tulis “A Theory of Human Motivation” menuliskan tentang 5 kebutuhan manusia mulai dari yang paling bawah tentang kebutuhan yang berhubungan dengan fisik manusia; makanan, udara, tidur, dll sampai pada level teratas yaitu yang saya tulis dalam judul utama ini. Tdak heran bagaimana kala itu bangsa di Amerika menjadi negara adi kuasa yang kemudian beberapa tahun kebelakang sudah di susul oleh RRC.

Kalau kita perhatikan, setidaknya dari pengamatan saya banyak sekali orang-orang yang hidup dan karirnya berjalan ditempat dan tidak sampai seperti yang diutarakan oleh Maslow. Mengapa bisa demikian? Kendati dari kita lahir sampai beranjak dewasa, kita terus belajar dan belajar? Dulu ketika saya kecil, hidup sangat menyenangkan dan bebas bermain. Ketika mulai masuk bangku sekolah banyak pelajaran yang harus dihafalkan, belum lagi guru-guru yang galak dan tidak menarik cara mengajarnya serta kurang memotivasi. Akan tetapi kita bisa menyesuaikan dengan tuntutan tersebut bahkan banyak teman-teman juga mendapatkan nilai diatas rata-rata. Tapi yang saya amati kemudian, ketika kita sudah dewasa, mulai meniti karir, berkeluarga dll rupanya hidup tidak semenyenangkan ketika kita masih kecil. Tidak heran banyak orang lantai menjadi frustasi, tidak berkembang bahkan mundur.

Padahal semua orang memiliki kesempatan yang sama dengan modal mau terus belajar dan memiliki ketahanan metal baja yang rupanya tidak semua orang mau melakukan dan membayar harganya. Mereka-mereka yang berada di level tertinggipun ketika saya tanya di kelas apakah untuk sampai di level ini merupakan hal yang mereka bayangkan? Ternyata semua dari mereka mengatakan tidak!

Rupanya ada hal kecil yang berbeda yang dilakukan oleh mereka-mereka yang telah sukses mencapai self-actualization entah dalam karir, ataupun kehidupan yang berkelimpahan yaitu mencintai proses dengan langkah-langkah kecil. Saya jadi ingat ketika masih rajin weight training di gym dimana pelatih saya setiap beberapa minggu menambahkan beban lebih pada barbel saya. Awalnya tidak kuat, tapi ketika dipaksa dan dilakukan secara rutin, beban yang tadinya sangat berat menjadi ringan. Baik otak dan tubuh kita memiliki muscle yang kalau dirangsang akan terbentuk. Prinsip sederhana ini yang dilakukan oleh mereka-mereka yang telah berhasil mencapai best life. Jadi kitapun dapat meniru cara mudah ini dengan kedisiplinan. Niscaya akan sampai juga ke tujuan asal konsisten. Satu lagi, rupanya untuk bertumbuh kitapun wajib menukarnya dengan penderitaan. Menderita karena otot saya dipaksa yang akhirnya terbentuk juga. Menderita harus bangun lebih pagi agar olah raga rutin, menderita harus fokus mengerjakan banyaknya tugas sementara orang lain bersenang-senang merupakan sebuah pilihan.

Jadi rupanya kenapa tidak semua orang sampai ke puncak kesuksesan karena mereka malas, tidak mau menderita sehingga tidak ada pertumbuhan yang baik. Air jeruk untuk dapat kita nikmatipun harus diperas, wine yang diminumpun harus diremas/injak untuk menghasilan kualitas yang baik. Jadi hendaknya kita semua untuk mulai berpikir dengan kekuatan pikiran agar mau disiplin mencintai proses serta rela menderita karena kesuksesan adalah milik setiap orang bukan hanya segelintir orang saja.