Tulisan ini tertuang dari sebuah pengalaman saya pada saat menjadi facilitator di sebuah “online class” dimana ada satu peserta yang memiliki pendapat bahwa berbicara itu menyampaikan pesan, ide dan perintah. Memang peserta tersebut tidak menceritakan secara detail apa yang dimaksud komunikasi dari pandangannya. Tapi, saya sudah bisa menarik kesimpulan bahwa arti dari komunikasi hanya sebatas itu.
Kalau TALKINC friends suka membaca artikel di website ini, Mas Erwin Parengkuan sudah membahas tuntas mengenai komunikasi itu seni membangun hubungan. Nah, sekaran saya Tanya, siapa di sini yang merasa beraaaatt sekaliii untuk memulai pembicaraan dengan orang lain? Hahaha mungkin ada yang mengaku dan tidak yaaa. Baik saya contohkan dengan diri saya ya.
Saya itu termasuk orang yang sulit (malas) untuk memulai pembicaraan dengan siapapun. Tapi karena pekerjaan yang mengharuskan saya untuk menjadi orang yang talk-active, saya paksa sehingga ini sudah menjadi kebiasaan setiap kali bertemu dengan orang baru. Memulai pembicaraan. Ada banyak buku / literasi yang menuntun kita bagaimana memulai percakapan. Bagi TALKINC Friends yang merasa “eh relate banget dengan saya nih”, boleh untuk dicoba yaa.
Saya selalu memulai percakapan dari keadaan sekitar mulai dari mengomentari topik sederhana seperti cuaca, kemacetan yang terjadi, atau bahkan tempat bertemu kita dengan lawan bicara. Mengapa dari topik-topik tersebut untuk memulai pembicaraan? Karena dari topik sederhana itu mudah dipahami dan dikomentari oleh banyak orang, dan saat itu kita sedang mencari “chemistry” dengan lawan bicara. Masuk ke tahap selanjutnya yaitu mencari persamaan seperti makanan kesukaan. Ya topik ini yang paling mudah dibawa ke dalam pembicaraan sebagai “ice breaking” sekaligus kita mencari persamaan dengan lawan bicara.
Pada saat saya bekerja menjadi Marketing Manager, tugas saya yaitu membuka kerjasama dengan berbagai pihak. Salah satunya adalah dengan produsen wine dan saya ditawari untuk mengikuti wine tasting. Wine tasting ini tentu acara khusus yang biasanya diikuti oleh orang-orang yang berhubungan dan memiliki pengetahuan banyak tentang wine. Malam itu juga saya belajar istilah dasar mengenai wine agar saya dapat in-line saat mengobrol tentunya. Pada saat wine tasting, saya harus bolak balik ke kamar kecil karena muka saya merah dan mencoba untuk cuci muka agar tidak terlihat. Karena ini untuk kepentingan bisnis saya berusaha untuk bertahan dan menemani produsen wine hingga larut malam. Selama wine tasting tidak ada pembicaraan bisnis sedikitpun. Selang beberapa hari, proposal kerjasama akhirnya disetujui dan kami pun bekerjasama. Apa maksud dari cerita ini? Terkadang kita perlu melakukan penyesuaian dalam mencapai tujuan kita — dalam kasus ini kesepakatan bisnis. Hal ini bukan berarti kita menjadi 180o orang yang berbeda ya.
Cerita lain berasal dari teman saya. Ia bercerita harus membeli raket tenis hanya karena keesokan harinya harus menemani client bermain tenis. Saat bermain tenis, Ia hanya sanggup bermain selama 15 menit karena memang belum pernah bermain tenis. Namun, dari situ timbul rasa respect dan segan dari client kepada teman saya sehingga kesepakatan bisnis pun tercapai. Inti dari ke dua cerita ini adalah alangkah akan lebih maksimal jika kita dapat menyentuh hati lawan bicara kita. Artinya kita memiliki keseriusan dalam dalam membangun hubungan.
Terdapat salah satu quotes dari Nelson Mandela yang memiliki makna bahwa ketika kita berbicara maka gunakan bahasa yang dapat menyentuh hati dari lawan bicara kita.
TALKINC Friends, mungkin Anda fasih berbagai bahasa asing. Tapi apakah “bahasa” yang Anda gunakan sesuai dengan lawan bicara Anda?
Penulis: Fernando Edo – TALKINC Main Facilitator
Editor: Alyezca Disya Rahadiz