Oleh Erwin Parengkuan

“Pernahkan Anda mengamati cara jalan seseorang dengan seksama? Dari cara jalan seseorang hendaknya kita dapat melihat kepribadian termasuk kecepatan kinerja seseorang!” ujar saya. “Aduh, kok begitu?” respon seorang peserta dalam sebuah sesi yang saya bawakan minggu lalu. Rasanya benar, kalau kita melihat orang yang teliti maka dari cara jalan mereka akan terlihat rapi/teratur, orang yang kaku pun akan terlihat, termasuk mereka yang ceroboh kemungkinan tersandung, dan cedera yang lebih banyak.

Apa hubungan cara jalan seseorang dengan Pace atau kecepatan seseorang dalam berkegiatan? Coba lihat orang-orang yang berada di kota-kota dunia, New York, Tokyo, London, Seoul, Singapore, dll. Kota yang sibuk, tidak berhenti berdenyut, dari cara jalan mereka yang cepat mewakili kehidupan dan roda kegiatan yang terus berputar. Berbeda ketika kita pergi ke tempat liburan, Universal Studio, Disneyland, atau di Bali, jarang kita lihat seseorang berjalan secepat kota-kota yang sibuk. Memang belum ada penelitian tentang ini, dan semuanya bersifat situasional.

Semakin kita memiliki kecepatan dalam bekerja tentu semakin banyak hasil yang akan kita dapatkan, begitupun dalam berkomunikasi atau public speaking, semakin cepat kita menangkap pesan-pesan dari lawan bicara dengan teliti, akan semakin efektif kita dalam berkomunikasi dan public speaking. Mari kita bahas, satu persatu.

Soal habbit atau kebiasaan bekerja dengan ritme yang cepat, tentu semua berasal dari sebuah perencanaan, dan prioritas. Ketika kita menuliskan secara terperinci semua hal yang menjadi tugas harian kita, kemudian kita harus menyusun skala prioritasnya, mana yang urgent, top urgent, mana yang bisa dikerjakan nanti, dan tentu kita juga harus mahir dalam menghitung berapa lama waktu yang akan ditempuh dalam pengerjaan sebuah tugas. Begitupun bila kita telah mempersiapkan agenda kerja kita dalam satu hari, seminggu, sebulan, setahun sebelumnya (misalnya projek besar) tentu akan semakin baik kita dalam mengatur kejelian atas kecepatan sebuah tugas harus diselesaikan sesuai waktu. Contoh yang sangat mudah, bila setiap pagi kita baru akan mempersiapkan baju untuk kita berkegiatan, akan berbeda dengan dampaknya kalau sudah dipersiapkan sehari atau seminggu sebelumnya karena kita sudah tahu penampilan dan kegiatan yang akan kita kenakan dan sesuaikan dalam minggu depannya. Pagi kita tentu tidak akan terburu-buru. Tentu semua yang saya sampaikan berhubungan dengan tindakan. Bila hanya ditulis atau direncanakan tanpa sebuah tindakan, sama saja nihil.

Kecepatan ini tentu akan sangat membantu seseorang semakin produktif atau tidak. Kita tentu sering mendengar istilah fast learner, nah orang-orang tipe ini memiliki kinerja yang mudah menyerap dan cepat dalam menjalankannya. Ketika kebiasaan ini kita pupuk, tentu akan menjadi habbit bahkan gaya hidup kita nanti. Hanya saja, tidak semua orang mau keluar dari zona nyamannya. Padahal semua orang harus memaksakan dirinya untuk bertumbuh.

Memulai sesuatu yang baru memang menantang dan perlu sebuah keberanian dan tindakan. Ketahuilah bahwa hanya perlu 14 hari bertahan dalam kebiasaan baru itu, karena itu adalah critical moment yang banyak orang tidak tahu. Kalau kita menyerah melakukan hal yang baru, biasanya tidak sampai satu minggu kita sudah mental block lagi dan kembali ke kebiasaan yang lama yang selalu membuat kita terus berada di zona nyaman. Sekarang saya informasikan 14 hari, Anda sudah bisa memiliki kesadaran dan mental kuat untuk memaksakan merubahnya. Nanti kebiasaan ini kita ulang terus dan terus, tentu akan serta merta menjadi gaya hidup/lifestyle kita selanjutnya.

Sebuah kecepatan/pace layaknya mengendarai kendaraan, semakin cepat semakin mudah kita mencapai sebuah tujuan, semakin cepat kita menangkap info dari lawan bicara dengan teliti, akan semakin efektif kita berkomunikasi. Dan waktu yang kita miliki akan menjadi sangat baik dan produktif. Jangan lupa juga menyisihkan waktu untuk me time dan personal development!

Penyunting: Alyezca Disya Rahadiz