Oleh Erwin Parengkuan
Bertemu dengan banyak peserta dalam kelas dengan dinamika dan tantangannya masing-masing sungguh menyenangkan. Banyak sekali kendala yang mereka alami ketika harus tampil bicara atau public speaking. Berbagai macam keluhan seperti blank, grogi, tidak pede, kesulitan menemukan kata yang tepat hingga harapan untuk dapat memengaruhi audiens/lawan bicara.
Semua peserta di kelas memiliki ekspektasi yang sama untuk dapat maksimal berbicara, sayangnya ketika saya tanya satu-persatu apakah diantara mereka ada yang rutin membaca buku? jawabannya tidak! lantas bagaimana dapat menyihir audiens kalau kosa kata saja terbatas? Ini seperti istilah yang disampaikan oleh Albert Einstein; “Kegilaan adalah melakukan hal yang sama berulang-ulang dan mengharapkan hasil yang berbeda.” Masyarakat Indonesia dengan populasi melebihi 280jt jiwa pada tahun 2025 ini, dengan perbandingan 1:1000 antara orang yang rajin membaca buku dan tidak. Bayangkan rendahnya literasi kita dibanding negara-negara lainnya. Sungguh menyedihkan! Tidak heran masyarakat kita, apalagi ditambah dengan sosial media yang hanya menyuguhkan berita pendek-pendek menjadi asupan harian, seolah-olah mengerti tentang sebuah informasi, tetapi bila ditanya lebih mendalam tidak mengerti akar permasalahannya.
Sejatinya, kata-kata adalah bensin utama kita dalam berkomunikasi, ketika seseorang tidak memiliki kosa kata yang kaya dan beragam ia akan terus menggunakannya dalam rangkaian kalimat yang dibuatnya, tentu tidak akan dapat memengaruhi audiens yang lebih luas dengan intelektualitas mereka. Tetapi masih banyak sekali peserta di kelas yang berharap, tanpa mau meluangkan waktu untuk membaca buku. Buku-buku yang tersebar di dunia ini, terbagi atas 2 kategori buku, fiksi dan non fiksi. Buku fiksi yang memiliki peminat lebih besar bila dikonsumsi akan membuat seseorang mendapatkan kata-kata yang lebih banyak mengandung emosi. Sedangkan buku non fiksi akan membantu kita mengasah otak kita akan banyaknya ilmu-ilmu baru yang kita belum ketahui.
Niat yang besar, bila dilakukan, misalnya setiap hari meluangkan waktu 10 menit saja akan menghabiskan satu buku dalam satu bulan, dalam satu tahun ada 12 buku, dst, yang kita baca dari para penulis hebat di dunia ini. Buku non-fiksi sudah terbukti ampuh untuk membentangkan cakrawala berpikir kita dan juga mengahasilkan kosa kata yang kaya dan beragam. Yang saya rasakan ketika rutin membaca buku adalah membuat muscle memory lebih besar. Daya ingat lebih panjang, selain membaca buku juga memperbesar empati karena kita bersedia membaca buku dari penulis dimana kita juga akan mendalami pola pikir mereka.
Ketika kita memiliki wawasan baru, pengetahuan baru, kemampuan berpikir kritispun akan meningkat, dan secara langsung akan membuat kita lebih pede, apalagi kita tahu minimnya minat baca di negeri ini akan membuat kita diatas rata-rata kebanyakan orang yang kita jumpai. Kalau ada orang yang berbicara terbata-bata, mengulang kalimat yang sama untuk konteks yang berbeda, sehingga membuat salah persepsi, salah ucap, dan salah-salah lainnya, sudah pasti orang tersebut tidak/jarang membaca buku.
Jadi mau mulai kapan akan rutin membaca buku? itulah kalimat yang setiap mengajar selalu saya sampaikan kepada para peserta yang berbeda-beda di kelas.