Ego dan Dampak dalam Komunikasi

Oleh : Erwin Parengkuan (TALKINC Founder & Facilitator)

Bicara mengenai ego merupakan sebuah kondisi yang sulit, kenapa? Hal ini dikarenakan semua orang memilikinya dan sangat jarang ditemui orang-orang yang mampu mengendalikannya. Padahal tujuannya adalah supaya kita bisa Legowo, atau dalam bahasa Jawa artinya rela, lapang dada, tidak ada perasaan menggajal hati atau ikhlas dalam bahasa Indonesia. Kenapa sulit ya? Karena setiap dari kita mempunyai jumlah penghargaan atas diri dengan kadar dari masing-masing orang yang berbeda-beda dan dampak yang akan terjadipun berbeda-beda dalam mereka menjalankan kehidupannya.

Terbayang, bila seseorang bicara dan kerap berbicara melulu tentang dirinya? rasanya langsung ingin tutup kuping. Belum lagi ia tidak mau mengalah atau dikalahkan?

Sebut saja Dinda yang merupakan seorang profesional dengan gelar bertumpuk, bekerja di divisi Human Capital dimana tugas utama menjadi “penyambung lidah” perusahaan. Akan tetapi Dinda selalu merasa dirinya paling benar (paling pintar) sehingga pikiran maupun tindakan selalu bentrok dengan pihak lain. Menyedihkan melihat sikap Egosentrik seperti itu, bukankah “di atas langit ada langit lagi?”

Berbeda dengan Anton seorang petinggi di perusahaan Multi National dalam instagramnya, foto yang ada di feed-nya melulu tentang wajah dan dirinya. Saya menulis ini, bukan berarti saya sudah sukses berdamai dengan Ego, no! Ego tidak hanya tentang kita juga, tapi semua atribut yang menempel di diri kita, termasuk apa juga dengan yang kita yakini. Ego adalah fanatisme tentang diri sendiri, seperti mitologi Yunani kuno tentang Narcissus, seseorang yang jatuh cinta pada bayangannya dan terus menatap wajahnya di sebuah danau. Akhirnya karena terus berkaca suatu hari, tenggelamlah ia dan tewas karena terlalu lama mengagumi wajahnya. Ada lagi cerita yang saya alami, pada suatu hari, saya menyuruh anak kami untuk mengatarkan makanan ke seorang kerabat. Ketika mereka sampai disana, kerabat kami tidak pernah berhenti ngoceh, akhirnya anak kamipun pamit pulang sangking sudah tidak tahan mendengar celotehannya. Menganggu? Tentu sangat!

Hanya sedikit orang yang saya temui yang dapat selalu berdamai dengan dirinya dan keadaan. Bila kita dapat seperti mereka, alangkah menyenangkannya hidup ini. Tentu kita semua tahu, ketika ajal menjemput, kita tidak akan hidup kembali, artinya hidup kita hanya 1x ini saja. Ya, hanya satu kali, tidak dua kali apalagi sampai seperti nyawa kucing. Apa langkah yang mutlak yang harus kita lakukan? agar hidup yang hanya satu kali ini dapat membuat kita terus tenang dan damai? Jawabannya adalah hiduplah dengan hati yang tentram tanpa terganggu oleh apapun. Tanpa mengkedepankan Ego. Kalau beberapa cerita di atas dipindahkan dalam situasi seseorang harus berbicara di depan umum? Bayangkan, orang itu akan bicara tentang dirinya, hidupnya, kesukaannya, ketidaksukaannya, dimanapun, kapanpun dan berapa lamapun. Mati aku!

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, kita selalu membutuhkan orang lain, membutuhkan hasil kerja dari orang lain, termasuk semua alat yang kita gunakan dalam hidup ini, mulai dari smartphone, alat transpotasi, sampai genteng rumah kita. Ketika kesadaraan itu kita miliki, kepekaan itupun akan terus ada dan kita akan menjaganya baik-baik. Manfaatnya kita manusia akan hidup terus berdampingan dengan damai.  Semakin kita dapat mengatur Ego kita, kitapun kita dapat mengedalikan diri untuk dapat mengukur kapan harus bicara dan kapan harus diam. Agar ada kesempatan yang sama juga untuk mendengarkan cerita dari orang yang kita jumpai, ada yang bicara ada yang mendengar dan begitu sebaliknya. Bila kita dapat melakukannya terus menerus artinya kita sudah menikmati hidup yang hanya satu kali ini saja. Mari kita nikmati hidup dan rayakan!

Kemampuan Menulis dan Dampak Dalam Berkomunikasi.

Oleh : Erwin Parengkuan (TALKINC Founder & Facilitator)

Bisa dibayangkan betapa sulitnya menulis dibandingkan dengan berbicara. Atau mungkin sebaliknya, buat para penulis betapa menatangnya berbicara. Memang setiap orang mempunyai tantangannya masing-masing dalam berkomunikasi. Fokus saya hari ini lebih kepada kemampuan menulis yang akan meningkatkan kemampuan berbicara kita secara terstruktur. Yes, semua memang perlu dilatih dengan instensif. Seperti para penulis andal yang mempunyai kemampuan sangat baik dalam menyusun kata yang tepat, mereka hanya perlu melatih keberanian dalam berbicara, melatihnya dengan semangat seolah yang diajak bicara adalah kawan mereka sendiri, itu sudah akan meningkatkan kemampuan berbicara yang lebih ekspresif buat mereka.

Mari kita kembali fokus kepada mereka yang sudah memiliki keberanian bicara tapi belum mengasah kemampuan menyusun kata yang tepat bahkan berdampak. Berbagai macam bentuk latihan cara menulis, bercerita ( story telling), dan menuangkannya di platform digital yang akan membantu mereka dalam mengelaborasi kata menjadi kalimat. Saya ingin mengajak semua dari anda melalui tulisan ini untuk mulai memperhatikan urutan dalam alur yang akan disampaikan. Subjek, Predikat, Objek dll adalah bagian penting yang dapat dipelajari dan didapatkan dengan mudah di mana saja. Tetapi penekanan saya kali ini adalah kita harus memaksimalkan setiap momen untuk menulis, khususnya ketika semua orang punya sosial media, dimana itu adalah ruang mereka untuk menyampaikan ide, dan pendapat, itu yang harus diasah dan dimanfaatkan. Seperti bertanya ke dalam diri ketika mau menulis:

Siapa sasaran target pembaca saya

Keuntungan apa yang akan saya berikan dalam tulisan saya

Apa tujuan saya menulis, menyampaikan sebuah informasi, melakukan klarifikasi, menginspirasi sampai memotivasi

3 pertanyaan diatas akan membuat anda punya tujuan yang jelas dalam menulis. Berdasarkan pengalaman saya, kemampuan menulis akan meningkatkan keahlian dalam membuat alur yang menarik. Itu adalah manfaat besar yang saya rasakan saat ini, dengan menulis kemampuan komunikasi verbal saya semakin meningkat. Perlu disadari bahwa setiap orang mempunyai gaya penulisannya masing-masing. Sayapun dari pengalaman menulis buku, artikel, caption, narasi dalam podcast, bahkan saat ini menulis di website untuk anda adalah lahan untuk eksplorasi diri dalam menyusun kata yang lebih baik. Kalau saya menoleh ke belakang, dulu kemampuan saya sangat buruk dalam menulis, susunan kata yang berantakan, kebingungan menentukan tujuan saya menulis, intinya semua orang akan melewati proses yang sama. Kadang saya terlalu fokus ke kosa kata, tanda baca bahkan membuat “jembatan keledai” dan saya selalu kembali ke paragraf awal,  sehingga saya membuang waktu sangat lama untuk menulis sebuah artikel singkat. Tapi karena terus dilatih, kemudian saya sadar bahwa ketika saya menulis saya tidak boleh mengevaluasi tulisan yang sudah saya buat, melainkan membiarkannya untuk terus mengalir, membiarkan isi kepala saya terintegrasi dengan jari saya untuk terus menari di tuts keyboard. Agar tidak adanya distraksi dalam pikiran. Baru setelah selesai menulis, saya akan memeriksa kembali tulisan saya dari awal dan mengkoreksi tanda baca, makna, susunan kata dll. Akhirnya sekarang, setelah melihat banyak sekali perbaikan dari waktu ke waktu saya semakin mudah menuangkan pikiran saya dalam kalimat yang lebih baik dan tepat.

Nah, supaya anda menjadi lebih berani dalam menulis, syarat utamanya adalah berani gagal, berani menilai sendiri makna dari tulisan yang anda buat, liat lagi susunan kata, tanda baca, urutan, kosa kata, apakah sudah sesuai? benar atau tidak seperti yang anda harapkan? Dari kemampuan menulis yang dilatih terus menerus, saya akhirnya menemukan gaya tulisan saya. Ayo jangan berpikir terlalu lama, mulailah menulis di platform yang dimiliki. Semakin sering dilatih, ini akan membuat anda lebih runut dalam berbicara secara verbal. Di pikiran anda nanti akan ada sebuah pola, sebuah urutan yang tinggal diucapkan dari kerangka berpikir yang telah diasah melalui menulis. Seperti yang sering saya sampaikan bahwa kemampuan komunikasi yang baik akan membuat hidup dan karir kita lebih baik, jadi mari mulai sekarang rajin mengasahnya dalam menulis.

SOLE ( Self Organized Learning Environment)

Oleh : Erwin Parengkuan

Pandemi Covid-19 telah merubah dunia kita, termasuk metode pembelajaran di dunia ini. Belum tuntas kita “membaca” tentang Disruptive yang terjadi di semua lini usaha dan kehidupan, dimana kita semua dituntut untuk dapat cepat melakukan perubahan yang sangat cepat, meninggalkan cara-cara lama yang tidak sejalan lagi dengan teknologi dan tuntutan perubahan itu sendiri, tiba-tiba wabah ini menambah banyak masalah baru yang kemudian memaksa kita untuk lebih cepat lagi melakukan perubahan. Satu belum tuntas dijalankan, dan pendemi ini datang begitu tiba-tiba, tanpa pemberitahuandan kita kemudian banyak diantara kita tidak siap.

Dari banyak pengalaman yang saya lihat, terhadap para pelaku bisnis dan masyarakat pada umumnya yang memang masih berpola pada cara-cara konvensional, membuat banyak “cara” lama yang tidak dapat bertahan dan mati. Karena Sang Pencipta telah memberikan kita anugerah yang dasyat yaitu akal dan pikiran maka mari kita segera membuatnya, beradaptasi, tahan banting dan tetap mencari inovasi baru yang dapat membuat kita bertahan dalam pekerjaan dan kehidupan.

Dari pengamatan saya, bahwa hal yang tidak akan hilang selama dunia ini ada yaitu interaksi antar manusia dengan manusia, apapun bentuk platform yang digunakan, tetap kita harus berinteraksi. Bahwa akan ada perubahan gaya komunikasi menjadi lebih efisien lagi, tentu! Dari tahun lalu kami di Talkinc sudah mempersiapkan sistem pembelajaran online yang memang trend ini akan makin meningkat, tentu dengan adanya pandemi ini, memaksakan semua orang untuk menggunakan sistem pembelajaran baru maupun cara komunikasi yang baru sesuai dengan tuntutan yang ada.

Yang perlu disiasati adalah kita sebagai individu untuk tetap fokus dalam melakukan interaksi komunikasi online, karena dari pengalaman kami menjalankan metode ini di kelas maupun untuk para perusahaan, adalah peserta harus dapat fokus dan meminimalisir gangguan/distraksi yang datang dari rumah. Beruntunglah kita yang telah mempunyai akses internet, bayangkan puluhan jutaan orang mungkin ratusan juta orang di dunia yang tidak punya akses internet ini, bagaimana mereka bisa stay at home dan belajar dari platform digital?

Untuk anda yang punya fasilitas ini, dapat memaksimalkan pembelajaran dengan menentukan sendiri metode terbaik untuk terus belajar, tentukan waktu yang tepat, tentukan alat-alat yang dapat membantu anda, dekorasi ulang tempat untuk belajar di rumah, termasuk memilih bangku yang nyaman, hindari distraksi, kenali diri, buang hal-hal yang tidak efektif dan tidak penting. Dan terakhir amati pola pembelajaran anda, agar dapat menemukan cara terbaik untuk terus belajar dan memaksimalkan waktu untuk meningkatkan potensi diri.

How to projection your voice? Sing it! like you are the singer

Oleh : Fernando Edo (Facilitator TALKINC)

Jika lewat artikel sebelumnya sudah latihan dan memilih kata yang baik dan benar. sekarang waktunya untuk menggambarkan setiap kalimat melalui suara yang keluar dari rongga mulut anda. Ya , “nyanyikanlah seperti anda seorang penyanyi”. Berikanlah nada rendah, sedang dan tinggi pada saat anda sedang berbicara. Gunakan perasaan atau hati anda layaknya anda sedang menyanyikan sebuah lagu. Maka dari itu, mengerti akan hal yang disampaikan sangatlah penting, Jangan asal baca tanpa tahu maksudnya apa biar anda terhindar dari suara seperti AI (artificial Intelligent) di google translate. Bukan berarti anda harus bisa menyanyi untuk menjadi seorang professional public speaker. Pun penulis juga tidak pandai menyanyi dan sampai saat ini masih latihan di ruang karaoke..hehehe. Sebelumnya saya juga sudah membagikan tips bahwa senyum pada saat anda berbicara dapat mengubah suara anda menjadi enak didengar. Berikutnya saya akan melengkapi, agar anda dapat melatih suara anda dimanapun.

Tanda Baca Titik & Koma adalah hal yang kita pelajari sewaktu kita belajar membaca. Namun, masih banyak orang menghiraukan tanda baca ini dan menggunakannya hanya pada saat tertentu seperti membuat makalah, menulis dan sebagainya. Gunakanlah tanda baca ini pada saat anda berbicara dan buatlah JEDA. Koma adalah signal bahwa anda dapat jeda selama 1 detik untuk menarik satu kali nafas sedangkan Titik adalah jeda untuk memberikan pikiran anda istirahat selama 2-3 detik. Sayangnya masih banyak peserta di setiap kelas TALKINC berpikir kalau menjadi pembicara sebisa mungkin tidak boleh diam selama beberapa detik takut disangka sedang blank. Public Speaker yang keren seperti Jack Ma, Oprah Winfrey, Steve Jobs justru memanfaatkan Titik dan koma untuk membangun suasana yang diinginkan. Mereka memberikan kesempatan kepada audience untuk mencerna apa yang disampaikan. Selain itu, Jeda juga dapat membantu orang yang terbiasa berbicara cepat menjadi lebih santai dan terdengar percaya diri. Kuasai dan ingat akan JEDA setiap berbicara baru anda bisa ke tahap berikutnya.

Yang Kedua, adalah ARTIKULASI. jika tempo dan kecepatannya sudah cukup, lanjutkan dengan memperhatikan dan mendengar setiap kata . Usahakan Huruf vocal (AIUEO) harus terdengar jelas dengan membuka rongga mulut sedikit lebih besar (jangan lebay). Rekamlah diri anda di HP, berbicaralah 4-5 kalimat. Lalu anda lihat kembali video tersebut dengan audio di mute. Kalau anda bisa membaca bibir anda sendiri artinya saatnya ke tahap berikutnya.

Sebuah bentuk komunikasi yang baik harus melibatkan rasa baik si pembicara atau pendengar. Nah, PENEKANAN adalah “jurus untuk menaruh” perasaan kita di setiap kata yang kita bicarakan. Contoh Sudah DUA MINGGU, Saya tidak keluar rumah rasanya BOSEN BANGET kalau dibaca dengan penekanan di setiap kata-kata yang berhuruf besar, pasti lebih terdengar orang itu sedang marah banget cenderung depresi. Tapi kalau diucapkan tanpa ada penekanan, seperti hanya sebuah informasi tanpa ada rasa di dalamnya.

Selain SMILE (Sudah ada di artikel sebelumnya) juga dibutuhkan rasa SEMANGAT. Saya teringat pelatihan di Semarang dengan peserta Kepala Cabang dari sebuah bank yang rata-rata umurnya sudah mendekati pensiun. Saya memberikan kesempatan masing-masing peserta untuk berbicara dengan topik bebas. Peserta pertama memilih topik mengenai pekerjaannya dan pada saat berbicara terdengar monoton, Saat itu saya langsung bertanya “jika bapak pensiun nanti, apa rencana bapak?” Seketika suara yang dihasilkan terdengar lebih dinamis. Hal itu sudah saya terapkan di setiap kelas dengan peserta berbeda. Begitu peserta berbicara dengan topik yang ia sukai (Topicnya Gue Banget!) pasti lebih terdengar meyakinkan. Ya, itu semua karena menggunakan rasa SEMANGAT. di poin ini ada kaitannya dengan quotes yang saya sukai, Do What You love and let the dream come true. Taruh “Hati” di setiap pembicaraan untuk mencapai tujuan anda.

Jadi ada 5 “JURUS” dasar bagaimana suara anda terdengar lebih baik saat berbicara. Kalau disingkat menjadi J-A-P-S-S. tentunya jurus ini harus terus dilatih hingga menjadi kebiasaan baru untuk anda. Jika point diatas sudah menjadi kebiasaan anda artinya anda sudah siap menjadi “penyanyi” di sesi presentasi anda.