TALKINC MENUA DALAM KIPRAHNYA

 

Eh, belum tua denk… Baru belasan…
Kalau orang, umur segini, dibilang lagi masa akil balig, lagi genit-genitnya.
TALKINC juga sama, lagi ganjen banget. Hari ini fasilitatornya ada yang harus kasih materi training di Bogor, besoknya ada yang ke Bandung, lalu ada juga yang ke Surabaya… Eh, minggu berikutnya ada yang nyebrang pulau.. ke Bali, Kalimantan, Irian Jaya… Ih, ngapain, kantor TALKINC kan ada di Jakarta? Memang. Aktivitas di Jakarta tetap jalan, tapi pelatihan yang dipercayakan kepada Talkinc di daerah juga berlangsung dengan gencar. Kliennya ada di mana-mana. Sombong sedikit dilengkapi fakta boleh ya. Fakta yang tidak perlu lagi diuji kebenarannya 😀 (silakan intip barang bukti dokumentasinya di akun instagram @talkincorps).

TALKINC menua, meski baru hitungan belasan.
Untuk manusia, bisa hidup sampai tua itu takdir. Orang sehat belum tentu panjang umur, orang muda belum tentu bisa sampe tua. Tapi untuk sebuah lembaga, supaya bisa menua dan panjang umur, hanya perlu sehat. Sehat fisik dan mental orang-orang yang berada di dalamnya, sehat gaya kepemimpinan pendirinya, sehat budaya komunikasi organisasinya, sehat pengelolaan keuangannya, sehat program-programnya, sehat hubungan dengan ‘stake holder’-nya, sehat lingkungan fisik kerjanya.

Jika sehat menjadi kunci, pertanyaannya adalah bagaimana untuk menjadi sehat. Tentu perlu usaha. Usaha yang perlu keringat, kadang bercampur darah dan air mata (dalam dimensi vertikal, doa juga menjadi unsur utama yang tidak boleh ditinggalkan). Ahaa… kedengarannya agak hiperbola ya, tapi untuk orang yang sudah terjun ke dunia bisnis (apapun jenis bisnisnya), pasti tau betul bahwa kalimat tadi sungguh mendekati kebenaran. Dalam sebuah acara kumpul-kumpul dengan keluarga besarTALKINC, Erwin Parengkuan dan Becky Tumewu selaku pendiri lembaga pendidikan ini, sempat menceritakan jumpalitannya mereka berdua dalam membesarkan Talkinc.

“Win, kamu kayaknya mending balik aja ke dunia entertainment. Enggak cocok kamu ngurusin beginian (dunia pendidikan)…” Itu kalimat seorang klien TALKINC, yang merasa kurang puas atas apa yang diberikan Talkinc pada program inhouse training looong time ago.

“Waktu itu, rasanya gue mau udahan aja ngajar. Mau gue bubarin TALKINC. Gila! Makjleb banget itu omongan,” kisah Erwin.

Becky, juga mengalami rintangan-rintangan yang tak kalah seru.
“Aaahh… sampe nangis-nangis, deh…,” kenangnya.

Ya, itu semua kenangan. Kenangan dari jungkir-baliknya bagaimana TALKINC dikembangkan.

Tidak ada usaha yang menghianati hasil. Lho, bertahan sebelas tahun, memang sudah bisa dianggap berhasil? Ya, berhasil mengatasi kendala dan melompati rintangan di tahun sebelumnya. Tapi berhasil sampai di tujuan, tentu belum… Kenapa? Karena tujuannya selalu berubah, bertambah dan bertumbuh. Dream higher and wider.

TALKINC masih akan terus menua…Menua dalam geliat jasa pendidikan pengembangan keahlian berkomunikasi. Nanti bukan hanya sekedar “ganjen” mempesona di mana-mana, tetapi juga akan jadi “biang keladi” kenapa individu-individu di dunia entertain bisa tampil sangat percaya diri, kian terasah gaya komunikasinya; Kenapa sumber daya di banyak perusahaan jadi lebih berkualitas presentasinya, lebih handal kemampuan public speakingnya, lebih piawai keahlian menulisnya; Kenapa banyak ‘leader’ yang lebih terarah dan mumpuni dalam berkomunikasi.

Mari, kita tunggu TALKINC menua.
Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi-jadi.
Happy Anniversary 11th

Lia Halim
—————
Fasilitator

Step yang terkadang terlupakan untuk menjadi Seorang MC – Presenter

Selama saya mengikuti Training Mc – TV Presenter ini yang paling berkesan adalah pada saat encounter 1 leading by Mas Wahyu Wiwoho.

Step 1 :
First Impression ini sangat penting bagi saya pribadi karena menentukan seberapa excited saya untuk meneruskan kelas ini (haha – kegalauan seorang anak didik baru)
Kesan dihari pertama training saja sudah sangat luar biasa, jauh dari kesan monoton, dan materi materi nya pun disampaikan secara fun tapi berisi.

Step 2 :
Menjadi seorang MC Profesional harus memahami betul Do’s & Don’ts serta kode etik yang berlaku di dunia per MC an ataupun Presenter, di Encounter 1 ini semua detail yang dibutuhkan ada, kalau selama ini saya pribadi hanya membawakan sebuah acara berdasarkan rundown dan inti materi saja, dengan mengikuti kelas ini saya sangat terbantu bahwa seorang MC tidak hanya mengandalkan Product Knowledge serta berani berbicara di depan public saja melainkan ada step step yang harus dilakukan dan dipahami salah satunya :

Mengedukasi, Tidak hanya serta merta menyampaikan apa yang tertulis di rundown saja melainkan harus mengambil kesimpulan positif yang bisa di share kepada audience.

Memiliki Sense of Humor, Penyampaian materi atau pada saat membawakan acara tidak terkesan membosankan, sehingga audience bisa mengikuti step by step acara tersebut dengan fun namun tetap serius pada inti acara (tergantung jenis acara).

Inti dari materi yang disampaikan adalah, Seorang MC / Presenter tidak hanya harus berpenampilan menarik melainkan harus menjadi seorang yang professional yang bisa menyampaikan materi sesuai dengan kebutuhan dengan kalimat yang baik, mengedukasi dan bisa membawa Image Postive bagi dirinya sendiri maupun Brand yang sudah menggunakan jasa kita.

Regards,
Feranica Prilly – MC TV Presenter Batch 96

Professional Public Speaking Evening Class – Batch 1

Setelah sekian lama menunggu kuota peserta yang memadai, akhirnya saya bisa attend utk kelas Professional  Public Speaking – Evening Class untuk Batch yang pertama, yayyyy!! Kelas pertama dibuka oleh Mas Erwin, sang Founder TALKINC. dan juga dedengkot nya di bidang ini. Feeling so happy to meet him in person and listen to his session.

To be honest, susah untuk memilih materi mana yang menjadi favorit karena semua materi menarik dan bermanfaat. Seluruh session dibawakan dengan cara yang segar dan dengan keunikan masing – masing pengajar. Mulai dari Mas Erwin Parengkuan, Mbak Becky Tumewu, Mbak Lala Tangkudung, Mas Aurelio, Mas Bona Sardo sampai sang legend Mbak Poetri Soehendro! I am so blessed to be taught by these amazing people. You may see those happy faces in the pictures.

So to cut the story short, dari segi materi, saya akhirnya memilih “Creating Impressive Presentation Slides” untuk menjadi materi yang paling menarik. Karena di sini saya diajarkan tips dan trik nya untuk membuat slides yang singkat, padat dan mengena pada sasaran. Kekuatan sebuah gambar/ visual itu ternyata sangat penting. “Selling you Big Idea with Visual” – ini motto yang sangat menempel di benak saya! Kadang kita hanya perlu menampilkan satu gambar yang sudah bisa ‘berbicara’ kepada audience.

Ok that’s all dari saya! Bravo dan Salute utk TALKINC.

Cheers,
Mia
Jakarta, 13 Sept 2018

Berkomunikasi yang baik di dalam Public Speaking

Berkomunikasi yang baik di dalam Public Speaking tidak hanya mengenai proses pengiriman dan penerimaan pesan, tapi lebih kepada pesan yang dikirimkan sesuai dengan apa yang diinginkan. Dalam berkomunikasi selalu mempunyai tujuan yang diinginkan, baik untuk persuasi, provokasi, informasi, negosiasi, klarifikasi maupun membangun hubungan. Good communication is building engage with people. Komunikasi yang baik adalah dengan membangun hubungan dengan komunikan.

Dengan membangun hubungan dengan komunikan, dapat membuat audiens merasa terikat dengan public speaker. Membangun hubungan dengan audiens penting dilakukan supaya audiens mau mendengar dan memberikan perhatian. Komunikasi yang baik harus memberikan manfaat bagi audiensnya, jelas alur dan tujuannya (alur disini dapat dikatakan sebagai flow of mind) dan harus interaktif. Interaktif dengan audiens menjadi salah satu cara dalam membangun engage with audiens.

Masalah yang kemudian muncul adalah bagaimana cara kita menyampaikan suatu pesan dengan tidak terburu-buru, terlalu panjang dan terlalu banyak. Lebih baik jika penyampaian pesan dilakukan dengan analogi supaya lebih praktis. Penyampaian pesan yang baik dapat dilakukan dengan analogi seperti pendekatan storytelling. Komunikasi yang modern menggunakan teknik bercerita. Diharapkan dengan tips ini, dapat membuat skills komunikasi anda menjadi lebih baik daripada sebelumnya.

Materi Practice Makes Perfect sangat menarik di kelas Public Speaking

Memiliki kegiatan rutin di Hari Sabtu selama 9 (Sembilan) kali dibutuhkan komitmen bagi saya. Bayangin aja, yang biasanya tiap weekend bisa bangun siang, weekend gateaway, pulang kampung ke Jogja, setelah daftar Kelas Public Speaking berarti jauh-jauh tuh mimpi liburan atau bangun siang di Hari Sabtu. So, it’s quite challenging for me! Decision has been made, so let’s go to TALKINC every Saturday!

Berbicara memang sangatlah mudah bagi orang-orang yang cerewet, tetapi cerewet belum tentu menandakan bahwa Ia memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik. Dengan seringnya diminta untuk presentasi di hadapan Direksi dan stakeholders, maka menata cara penyampaian pesan juga harus diperhatikan.  Apalagi kalau sudah nervous, buyar semua tuh tadi yang mau diomongin.

Perubahan teknik berkomunikasi, di dukungnya kemajuan teknologi, dan keberadaan sosial media terkadang membatasi kita dalam mengungkapkan pendapat. Menyampaikan pesan secara tidak langsung (melalui whatsapp, email atau artikel) juga tidak mudah, karena dituntut untuk memiliki kemampuan menulis dengan baik.

4 (empat) jam Sesi “Practice Makes Perfect” di kelas Public Speaking yang dibawakan oleh Mas Erwin Parengkuan, kami ditantang untuk role play presentasi. Materi ini menurut saya merupakan summary dari kelas-kelas sebelumnya yang tidak kalah menariknya. Kelebihan dan kekurangan setiap peserta dicatat secara detail. Pemaparan materi dijelaskan secara terstruktur dan lugas. Bagaimana menggunakan tools saat presentasi, sikap saat Greetings, pentingnya profiling dan mapping saat persiapan, tujuan presentasi mempengaruhi context dan content materi yang akan dibawakan.

Di akhir sesi, Mas Erwin Parengkuan membacakan satu artikel tentang pemain sepakbola, dan kami ditantang untuk menceritakan kembali secara bergantian dan melanjutkan apa yang sudah disampaikan peserta sebelumnya. Tentunya harus dalam konteks Preparation, Structure (GISI, 3W, and SuReP) serta Impact nya. Hal seperti ini menyenangkan, dituntut untuk berpikir cepat dan tepat. Nah, lagi-lagi mau ngomong aja musti mikir, but it was super fun! 

Ternyata, menantang diri sendiri untuk 9x Hari Sabtu bangun lebih pagi dan mengikuti Kelas Public Speaking ini berdampak positif untuk saya; bertemu dengan teman-teman baru, belajar memperbaiki kemampuan komunikasi, belajar introspeksi diri tidak hanya saran dan kritikan yang diungkapkan oleh para fasilitator untuk diri sendiri tetapi juga belajar dari teman-teman serta belajar bagaimana mengkontrol nervous sebelum presentasi.

Write The Way You Talk As MC TV Presenter

Menulis.
Hmm… Bagi sebagian orang, ini ‘pekerjaan’ berat. Begitu juga bagi banyak siswa reguler class PROFESSIONAL MC TV PRSENTER TALKINC.

 

Mau jadi MC, kok malah disuruh nulis?”
“Liat rundown, langsung ngomong aja bisa, kok…”
“Aku sih mending disuruh ngomong berjam-jam deh, daripada disuruh nulis satu paragraf.”
“Helooooww… kerjaan dua kali kaleee kalo mau ngemsi harus bikin naskah dulu…”
“Nulis naskah? Uh lalaaa… gubraxxx!!! “

Kalemmm Mas Brooo, Mbak Sis…. Tarik nafas, buang nafas…. Sudah tenang?
Ok… Jadi begini…

 

Kemampuan berbicara, memang sudah Tuhan kasih lebih dulu sejak usia kita masih bulanan; sedangkan kemampuan menulis, baru bisa kita miliki setelah sekolah. Wajar, kalau kita lebih pandai ngomong dari pada nulis. Tapiii… Ngomong dalam kaitannya dengan public speaking, enggak gampang juga. Itulah sebabnya kenapa Talkinc juga menyelenggarakan kelas Public Speaking. Jadi intinya, untuk menjadi MC atau host atau presenter, atau pembicara, harus memiliki keahlian berbicara yang tidak hanya mengandalkan talenta. Karena “berbicara”nya seorang pembawa acara, bukan sekedar berbicara layaknya ngobrol dengan teman.

“Berbicara”nya MC adalah “berbicara” yang berkaidah, harus memperhatikan berbagai aspek: Materi pesan yang akan disampaikan, khalayak yang dituju, gaya bahasa penyampaian, pilihan kata, intonasi, durasi , speed, dan penampilan.

Nah, dengan batasan kaidah yang banyak itu, bisakah kita bicara tanpa naskah?
Jawabannya, bisa. Tapiii.. rasanya hanya orang-orang pilihan yang diberkahi ‘gift’ dari Tuhan yang akan mampu, ataaaauu… mereka yang sudah lama malang melintang (memiliki jam terbang yang banyak) di bidang per-MC-an. Kalau kita bukan dari dua kelompok di atas dan tetap mau ngemsi tanpa naskah, ya monggo… Silakan bandingkan hasilnya dengan mereka yang menyiapkan pekerjaan MC-nya dengan membuat naskah terlebih dahulu.

Pertanyaan selanjutnya adalah: Memangnya pihak stasiun televisi atau event organizer penyelenggara acara tidak menyediakan naskah untuk MC? Jawabnya: Tidak semua.

Oke, jadi, harus belajar membuat naskah, ya? Iya. Sekali lagi, iya. Percayalah, belajar membuat naskah di kelas HOW TO CREATE YOUR SCRIPT, tidak sehoror yang dibayangkan (kalau tidak percaya, boleh tanya tetangga sebelah, hahaa….). Materi utamanya adalah membuka kotak pandora tempat ide-ide berkeliaran; membuka simpul kusut saat mau memulai kata pertama; dan selanjutnya adalah merangkai kalimat-kalimat ujaran sesuai prinsip “Write The Way You Talk”.

InsyaAllah, meski agak senam otak, di akhir pembelajaran, siswa pasti bisa membuat naskah kata per kata. Hah??? Naskahnya harus kata per kata? Iya. Tapi, meski dibuat kata per kata, pada saat bertugas nanti, naskah di cue card tidak dibaca word by word . Fungsi naskah hanya sebagai primary supporting tool, yaitu sebagai alat pendukung utama, membantu kita saat ada bagian yang kita lupa. Lalu, kalau tidak dibaca, apakah harus dihapal? Tidak juga, karena ketika kita menyusun kata-kata sendiri di naskah, lalu membacanya, merevisinya, membacanya lagi, merevisinya lagi, secara tidak sengaja, kita sudah ‘menanam benih’ dalam memori. Ingat, menulis adalah menguatkan ingatan.

Dengan menyiapkan naskah terlebih dahulu, kita bisa membuat pemetaan di bagian mana (segmen berapa, slot ke berapa) pesan utama harus ditekankan, jokes harus dilontarkan, suasana khidmat harus dibangun, atmosfir ceria harus dibangkitkan. Dengan membuat naskah terlebih dahulu, kita bisa mencari pilihan kata yang lebih tepat, bridging sentence yang lebih nyambung, dan yang paling penting dari itu semua adalah kita bisa membuat acara yang kita bawakan memiliki jiwa (soul) dan penuh dengan nilai (value).

Jadilah MC yang mampu memberi “isi” pada acara, bukan hanya sekedar MC yang cuma bisa ngomong: “Demikian tadi…. Selanjutnya adalah….”.

Regards,
Lia Halim – Fasilitator TALKINC