Menulis.
Hmm… Bagi sebagian orang, ini ‘pekerjaan’ berat. Begitu juga bagi banyak siswa reguler class PROFESSIONAL MC TV PRSENTER TALKINC.
Mau jadi MC, kok malah disuruh nulis?”
“Liat rundown, langsung ngomong aja bisa, kok…”
“Aku sih mending disuruh ngomong berjam-jam deh, daripada disuruh nulis satu paragraf.”
“Helooooww… kerjaan dua kali kaleee kalo mau ngemsi harus bikin naskah dulu…”
“Nulis naskah? Uh lalaaa… gubraxxx!!! “
Kalemmm Mas Brooo, Mbak Sis…. Tarik nafas, buang nafas…. Sudah tenang?
Ok… Jadi begini…
Kemampuan berbicara, memang sudah Tuhan kasih lebih dulu sejak usia kita masih bulanan; sedangkan kemampuan menulis, baru bisa kita miliki setelah sekolah. Wajar, kalau kita lebih pandai ngomong dari pada nulis. Tapiii… Ngomong dalam kaitannya dengan public speaking, enggak gampang juga. Itulah sebabnya kenapa Talkinc juga menyelenggarakan kelas Public Speaking. Jadi intinya, untuk menjadi MC atau host atau presenter, atau pembicara, harus memiliki keahlian berbicara yang tidak hanya mengandalkan talenta. Karena “berbicara”nya seorang pembawa acara, bukan sekedar berbicara layaknya ngobrol dengan teman.
“Berbicara”nya MC adalah “berbicara” yang berkaidah, harus memperhatikan berbagai aspek: Materi pesan yang akan disampaikan, khalayak yang dituju, gaya bahasa penyampaian, pilihan kata, intonasi, durasi , speed, dan penampilan.
Nah, dengan batasan kaidah yang banyak itu, bisakah kita bicara tanpa naskah?
Jawabannya, bisa. Tapiii.. rasanya hanya orang-orang pilihan yang diberkahi ‘gift’ dari Tuhan yang akan mampu, ataaaauu… mereka yang sudah lama malang melintang (memiliki jam terbang yang banyak) di bidang per-MC-an. Kalau kita bukan dari dua kelompok di atas dan tetap mau ngemsi tanpa naskah, ya monggo… Silakan bandingkan hasilnya dengan mereka yang menyiapkan pekerjaan MC-nya dengan membuat naskah terlebih dahulu.
Pertanyaan selanjutnya adalah: Memangnya pihak stasiun televisi atau event organizer penyelenggara acara tidak menyediakan naskah untuk MC? Jawabnya: Tidak semua.
Oke, jadi, harus belajar membuat naskah, ya? Iya. Sekali lagi, iya. Percayalah, belajar membuat naskah di kelas HOW TO CREATE YOUR SCRIPT, tidak sehoror yang dibayangkan (kalau tidak percaya, boleh tanya tetangga sebelah, hahaa….). Materi utamanya adalah membuka kotak pandora tempat ide-ide berkeliaran; membuka simpul kusut saat mau memulai kata pertama; dan selanjutnya adalah merangkai kalimat-kalimat ujaran sesuai prinsip “Write The Way You Talk”.
InsyaAllah, meski agak senam otak, di akhir pembelajaran, siswa pasti bisa membuat naskah kata per kata. Hah??? Naskahnya harus kata per kata? Iya. Tapi, meski dibuat kata per kata, pada saat bertugas nanti, naskah di cue card tidak dibaca word by word . Fungsi naskah hanya sebagai primary supporting tool, yaitu sebagai alat pendukung utama, membantu kita saat ada bagian yang kita lupa. Lalu, kalau tidak dibaca, apakah harus dihapal? Tidak juga, karena ketika kita menyusun kata-kata sendiri di naskah, lalu membacanya, merevisinya, membacanya lagi, merevisinya lagi, secara tidak sengaja, kita sudah ‘menanam benih’ dalam memori. Ingat, menulis adalah menguatkan ingatan.
Dengan menyiapkan naskah terlebih dahulu, kita bisa membuat pemetaan di bagian mana (segmen berapa, slot ke berapa) pesan utama harus ditekankan, jokes harus dilontarkan, suasana khidmat harus dibangun, atmosfir ceria harus dibangkitkan. Dengan membuat naskah terlebih dahulu, kita bisa mencari pilihan kata yang lebih tepat, bridging sentence yang lebih nyambung, dan yang paling penting dari itu semua adalah kita bisa membuat acara yang kita bawakan memiliki jiwa (soul) dan penuh dengan nilai (value).
Jadilah MC yang mampu memberi “isi” pada acara, bukan hanya sekedar MC yang cuma bisa ngomong: “Demikian tadi…. Selanjutnya adalah….”.
Regards,
Lia Halim – Fasilitator TALKINC