Out Of Your Comfort Zone as MC-TV Presenter

Sebagai seorang remaja berusia 18 tahun, tentu saya memiliki zona nyaman diri saya sendiri. Menurut saya, usia ini adalah fase yang tepat untuk mempersiapkan segala hal yang diperlukan untuk dewasa nanti yaitu dengan cara menciptakan pengalaman-pengalaman baru di hidup saya. Dengan saran dari orang tua, saya mengikuti Talkinc yang tentunya dengan kemampuan yang sangat minim.

Saya belum pernah menjadi MC satu kali pun. Kalau perihal public speaking, bisa terbilang lumayan. Akhirnya, saya memutuskan untuk mengikuti kelas MC-TV Presenter. Hanya dengan bermodalkan tekad dan nekad. Saya percaya bahwa langkah yang saya ambil tidak salah. Karena TALKINC merupakan wadah pengembangan diri yang berkualitas.

Materi yang paling saya sukai adalah Encounter 3 oleh Miss Kamidia Radisti mengenai Teaming with Your Partner. Figur yang sangat menginspirasi, rendah hati, dan menyalurkan energi positifnya setiap saat namun dengan penampilan yang santai dan terkesan effortless. Ia sosok pengajar yang mampu melihat potensi setiap muridnya tanpa memandang sebelah mata.

Saya paham betul betapa sulitnya menjadi MC, sehingga pada awalnya materi ini terkesan lebih sulit karena mengajarkan kita bagaimana melakukannya bersama dengan orang lain atau partner yang bisa jadi berbeda pemikiran dengan kita. Namun dengan pengajar yang berkompeten, saya dapat menyerap materi yang terkesan sulit menjadi lebih mudah.

Saat itu, kami memutuskan untuk menjadi MC Music Awards sehingga kami harus bernyanyi bersama pada bagian awalnya. Ternyata bukan suatu hal yang buruk untuk MC bersama orang lain. Bahkan saya dapat menemukan potensi teman-teman saya yang tidak pernah saya tahu sebelumnya dan tentunya mengembangkan potensi yang saya miliki. Yang terpenting adalah mau keluar dari zona nyaman dan yakin pada diri sendiri bahwa dengan niat dan cara yang tepat, tiada yang mustahil. Terimakasih TALKINC!

Sharing fasilitator di kelas MC TV Presenter

Pengalaman menjadi Fasilitator Talkinc dr awal 2012 banyak memberi manfaat buat saya.Tidak hanya berbagi pengalaman,tapi juga mendapat banyak pengalaman baru. (Termasuk memberikan “nama panggung” untuk peserta).

Membimbing peserta untuk siap menjadi MC/Presenter professional.

8 module yg diberikan melalui teori & praktek dan diakhiri dengan ujian dengan sertifikasi,dari mulai persiapan menjadi seorang MC & Presenter,cara interview yg baik sampai cara berpenampilan dan bersikap selalu humble membuat peserta siap tampil secara professional.

Mengikuti kemajuan peserta sampai akhirnya beberapa diantaranya tampil di stasiun televisi dan tampil dalam panggung2 acara,sungguh kebanggaan yang luar biasa untuk saya.

Dian Eka Puspitasari MC TV Presenter Batch 91 : “Materi membuat script sangat membantu”

Selama saya mengikuti training MC dan Presenter ini, materi yang paling membantu saya adalah membuat script. Ibu Lia Halim mengajarkan bahwa sebagai “calon” MC Professional kita harus menulis sendiri scriptnya, untuk mempermudah kita menguasai materi acara. Dalam penulisan script juga harus dituliskan kata –kata seperti nah, ooh, masa., tidak hanya point-pointnya saja, sehingga kita sebagai MC pemula tidak akan mengalami momen “blank ” saat memandu sebuah acara.

Dalam penulisan skrip, ini juga dijelaskan tahap-tahapnya, dari pembukaan, ice breaking, bridging, sampai penutup. Hal yang selalu ditekankan adalah jangan jadi MC terima kasih dan acara selanjutnya, perkaya script dengan informasi tentang materi acara atau hal-hal yang personal pengundang acara, seperti: lagu kesukaan, makanan kesukaaan, dll.

Praktek membuat script juga cukup berkesan, saya juga dapat beberapa koreksi, salah satunya tidak nyambung, antara kalimat, sehingga membingungkan bagi yang mendengar, ini menjadi kelemahan saya yang harus diperbaiki. Ibu Lia juga menjelaskan, pembuatan script itu gampang gampang susah, semakin sering membuat script, semakin baik kemampuan kita menulis, semakin baik menyikapi situasi saat memandu acara.

Menjadi MC dan TV presenter tidak hanya memilki fisik yang menarik, tetapi juga mempunyai kemampuan yang mumpuni untuk memahami kliennya. Kata-kata yang dikeluarkan harus berisi disesuaikan dengan tema acara. Membuat script yang baik menjadi salah satu modal yang harus dimiliki MC professional.

Testimoni Kelas Reguler Public Speaking Batch 62 “Deddy Machdan”

9 hari Sabtu saya lalui di Jalan Kendal no. 18 A-B, Menteng, Jakarta Pusat. Setiap pagi di hari Sabtu saya harus bangun subuh demi mengejar kereta Bogor menuju stasiun Dukuh Atas. Demi apa? Demi duduk manis di dalam kelas selama 4 jam full mendengarkan penuturan para fasilitator training Public Speaking. Sounds like a torture, huh?

Well, apparently it is not that bad, at all. Materi ‘pelajaran’ sangat mencerahkan, dan most of the time juga menghibur. Fasilitator penuh insights, selalu siap berbagi pengalaman tentang banyak hal yang tidak kita dapat dari teori, teman-teman di kelas yang asyik dan menyenangkan, serta kopi sachet gratis yang disediakan di depan kelas, menjadi sebuah support system yang komplit. What a bless.

If I am to a have a thing to regret is probably not be able to be taught by Erwin Parengkuan and Rebecca Tumewu, the founder. It would be great to attend their knowledge sharing and get some inputs directly from the masters. But overall, what Talk Inc. has that others don’t, is the whole package (system, content, experts, place and people); they are fun, they are good, and they are ‘talk-ing’ to us in such personal ways.

Talk Inc. is definitely a school I would recommend!

Keterampilan Esensial Public Speaking dalam Komunikasi Efektif

Tahukah anda bahwa komunikasi adalah suatu aktivitas timbal balik? Satu pihak menjadi penyampai pesan sedangkan pihak lainnya menjadi penerima pesan. Dalam Public Speaking komunikasi efektif terjadi apabila pesan yang disampaikan dapat diterima secara lengkap dan utuh, serta tidak terjadi kesalah pahaman.

Umumnya dalam memahami komunikasi efektif, kita menitik-beratkan pada pembicara atau pemberi pesan. Padahal pihak yang tidak kalah penting dari itu adalah pendengar. Seringkali kesalah-pahaman terjadi ketika pendengar salah menerima dan menafsirkan informasi yang disampaikan. Mengapa bisa demikian? Jawabannya sederhana, kita tidak menaruh cukup perhatian kepada pesan yang sedang disampaikan. Oleh karena itu, diperlukan suatu keterampilan bagi pendengar, yaitu Active Listening.

Active Listening atau mendengar aktif adalah upaya secara sadar untuk tidak hanya mendengarkan kata-kata yang orang lain sampaikan tetapi yang terutama adalah untuk menangkap pesan lengkap yang dikomunikasikan. Bagaimana cara kita dapat mendengar aktif?

1. Menyimak, perhatikan lawan bicara dan jaga kontak mata. Berusaha mengabaikan distraksi lingkungan.
2. Tunjukkan bahwa kita mendengarkan dengan cara sesekali mengangguk, menunjukkan dukungan melalui ekspresi wajah dan komentar verbal seperti, “Benar” dan “Iya”.
3. Berikan feedback, meskipun kita berusaha mendengarkan tetapi asumsi pribadi dapat mempengaruhi apa yang kita pahami. Bertanya untuk mencocokkan pemahaman.
4. Hindari menghakimi, interupsi membuang waktu. Lebih baik kita mempersilahkan lawan bicara untuk menyampaikan pesan secara utuh baru kemudian bertanya.
5. Tanggapi dengan tepat, mendengar aktif bertujuan untuk mendorong rasa menghargai dan pengertian, bukan untuk menyerang lawan bicara.

Mendengar aktif memerlukan banyak konsentrasi dan tekad. Kebiasaan lama memang sulit untuk ditinggalkan, akan tetapi kita harus memulai untuk menjadi komunikator yang lebih baik. Mulailah menggunakan keterampilan mendengar aktif untuk meningkatkan produktivitas di tempat kerja, dan membina hubungan yang lebih baik.

Media Sosial dan Perubahan Cara Berkomunikasi

Perkembangan teknologi dan kemudahan akses internet berdampak pada tren penggunaan media sosial. Lebih jauh lagi, tren penggunaan media sosial juga berdampak pada perubahan cara komunikasi interpersonal kita. Menurut Paul Booth, PhD (2013), seorang profesor Fakultas Komunikasi di DePaul University Chicago, setidaknya terdapat tiga isu yang muncul terkait peran media sosial dan cara kita berkomunikasi. Pertama, kita berkomunikasi via media sosial kita cenderung mempercayai lawan bicara sehingga pembicaraan menjadi lebih terbuka.

Kedua, koneksi sosial tidak sekuat komunikasi tatap muka sehingga kita tidak terbiasa untuk membina hubungan yang lebih mendalam. Ketiga, kita cenderung memilih untuk berinteraksi dengan lawan bicara yang sependapat dengan kita sehingga cara pandang kita menjadi kurang luas dan terbatas.

Lalu bagaimana media sosial mengubah cara kita berkomunikasi?

1. Keberadaan media sosial menciptakan rasa urgensi dan kebutuhan untuk berbagi. Prinsip dasar komunikasi adalah kita mengirimkan pesan dan kemudian menerima umpan balik. Keberadaan Instagram dengan fitur Stories yang hanya bertahan selama 24 jam memunculkan kebutuhan untuk segera merespon secara real time.

2. Media sosial membuka perspektif mendalam mengenai tempat-tempat yang jauh. Kita dapat menampilkan cuplikan dunia kita melalui media sosial dan siapapun di internet dapat melihatnya serta melakukan hal yang sama. Dengan demikian, tempat-tempat yang dahulu terasa jauh menjadi dapat kita lihat tanpa harus kita datangi.

3. Melalui media sosial kita juga dapat mengakses cerita lengkap dari suatu informasi, bukan hanya potongan atau cuplikan. Media sosial telah begitu berkembang, tidak hanya tulisan, kita juga dapat mengunggah gambar dan video.

4. Media sosial juga membuat pesan digital menjadi lebih pribadi dengan adanya fitur gambar, tulisan, stiker, dan filter. Kita dapat berkreasi dengan menambahkan sentuhan personal pada setiap konten yang akan kita tampilkan di media sosial.

5. Selain menjadi salah satu jalur komunikasi, media sosial juga membawa warta berita kembali ke kehidupan Milenial. Warta berita yang dikemas singkat dan padat, penggunaan tagar di media sosial membuat persebaran warta berita menjadi sangat cepat dan massive.

6. Sosial media memberikan kemampuan untuk menyebarkan momen secara langsung (live). Hal-hal yang sebelumnya tidak pernah terungkap, kini dapat diakses semua orang. Ini membuka perspektif baru dalam berkomunikasi dan dapat dijadikan momentum untuk perubahan ke arah yang lebih baik.

Media sosial saat ini telah mengubah cara kita berkomunikasi, menciptakan peluang baru untuk citra diri dan pembelajaran, bahkan memberi kesempatan untuk menampilkan kepribadian kita kembali ke dunia digital.