Testimoni: Kenyamanan Kelas Public Speaking di TALKINC

TALKINC adalah tempat belajar public speaking yang asik dan seru. Trainer ramah dan semangat dalam menyampaikan materi di setiap pertemuan sehingga membuat saya lebih terbuka. Trainer di TALKINC juga sangat berkompeten, memiliki pengalaman yang cukup luas sesuai dengan bidangnya masing-masing, materi yang disampaikan oleh trainer sangat mudah dipahami dengan baik oleh saya dan langsung bisa diterapkan dalam kehidupan professional maupun personal. Fasilitas dan ruang belajarnya sangat bersih dan nyaman sehingga mendukung pembelajaran kami.

Selama mengikuti Professional Program Public Speaking Batch 82 di TALKINC saya mendapatakan tambahan wawasan untuk lebih mengasah skill komunikasi saya dari banyak aspek. Pelajaran kesukaan saya yang paling berkesan dan sangat bermanfaat yaitu The Opening Speech oleh trainer atas nama Fernando yang membuat saya lebih percaya diri dalam berkomunikasi. Dari beliau saya lebih memahami bagaimana sebaiknya dalam menyampaikan apa yang ingin saya bicarakan dengan percaya diri agar mendapatkan atensi dari audiens saat awal saya berbicara.

Dengan mengikuti kelas Professional Program Public Speaking Batch 82 di TALKINC selain membuat saya lebih percaya diri, saya juga mendapatkan pengetahuan terkait public speaking yang sebaiknya dilakukan maupun sebaiknya dihindari. Terkadang kita melakukan kebiasaan-kebiasaan di luar kendali kita yang justru membuat audiens akan tidak nyaman atau bertanya-tanya, pada kelas ini saya mendapatkan pencerahannya. Sungguh tidak menyesal saya mengikuti kelas ini karena dapat saya implementasikan di kegiatan sehari-hari terutama dalam tupoksi pekerjaan saya.

Terima kasih TALKINC, semoga semakin jaya, bersinar, dan bertumbuh!

Testimoni Febri Irawan

Belajar Komunikasi Dari Lingkup Keluarga

Sebagai orang tua, siapa yang suka kebingungan kalau sudah mulai memasuki hari libur anak? Saya termasuk golongan tersebut! Saya merasa bertanggung jawab untuk memberikan pengalaman liburan yang bermakna & tak terlupakan buat anak saya khususnya anak perempuan saya yang pertama.

Keinginan terdalam saya memang mengajak anak bermain dengan alam, namun banyak pertimbangan lain untuk saya dan keluarga. Mengingat anak ke dua saya masih bayi yang sangat rentan dan sensitif kulitnya terlebih adanya pertimbangan cuaca yang tidak menentu lalu saya mengurungkan niat tersebut. Hingga akhirnya sebagai kaum urban, mengajak anak pergi ke shopping mall adalah jurus ninja bagi saya.

Ini tantangan bagi saya sebagai orang tua untuk berpikir kreatif dalam mengemas liburan di shopping mall. Saya coba mengajak bermain anak saya di supermarket dengan trivia quiz (Contoh: coba kamu sebutkan minuman kesukaan Ayah & Ibu!). Permainan lain menyesuaikan dengan favorite corner anak saya yakni seafood corner. Di sana kita bisa melihat ikan yang masih hidup dan ada aneka hewan laut yang masih fresh sehingga bisa sedikit menyelipkan basic knowledge yang berkaitan dengan corner tersebut. Hal itu terlihat sederhana namun membuat anak saya menjadi “getting excited” setiap kali diajak ke supermarket. Syukurlah liburannya jadi menyenangkan & berkesan.

Dari hal ini dapat diketahui bahwa hal terpenting komunikasi bahkan dalam lingkup keluarga adalah observasi, mengenal lebih jauh karakteristik tiap orang dalam keluarga dan menyesuaikan pendekatan sesuai karakteristiknya. Hal ini berlaku juga loh saat kita berkomunikasi dalam lingkup professional, baik saat dengan tim/divisi kita, atau bahkan saat berkomunikasi dengan klien! Melakukan penyesuaian komunikasi yang tepat akan menarik orang lain sehingga dapat membangun hubungan yang lebih dekat, saling percaya, dan berkelanjutan. Coba ingat-ingat, sudahkah Anda mengamati & menyesuaikan gaya komunikasi sesuai lawan bicara?

Ditulis oleh: Fernando Edo
Editor: Alyezca Disya Rahadiz

Exploring The Impact: Experience with Public Speaking Training

TALKINC facilitators came to the place where I currently work three times at three different periods. However, for some reasons, I didn’t manage to attend those three sessions. In order to catch up, I read the slides which were presented during those three sessions. Surprisingly, most of the slides are not self-explanatory. My mind automatically made assumptions to fill in the missing information, but at the same time, I doubted my own assumptions. To figure out the hidden meanings behind the few words written in the presentation slides (as well as to improve my communication skills), I registered for the Offline Professional Public Speaking Batch 89 (“PS89”) class.

On my first day at TALKINC Class, I received a book which elaborates the few words that I previously read in the presentation slides. Besides, the book also mentions that well prepared presentations have three components (i.e. speakers, audiences, and tools) that work in synergy with each other which answers the reason why TalkInc purposely prepared such kind of presentation slides. This synergy concept was discussed by Kak Edo in the “The Overview of Public Speaking” session, was further explained by Kak Aurellio in the “How to Create Impressive Presentation Slides” session, and was consistently applied by the facilitators assigned for PS89 class where they maintained engagement with the students exceptionally well and utilized presentation slides as a supporting tool to share their valuable knowledge.

After attending the entire nine sessions, I realized that I gained not only knowledge but also memorable experiences. As such, for me, the synergy concept is one of the most impactful materials that I learned from Public Speaking Batch 89 class at TALKINC as it can differentiate one speaker from another.

Written by: Helsya
Public Speaking 89 Class

Materi Favorite dari Public Speaking Professional Class

Pengalaman saya dalam mengikuti kelas “Public Speaking Professional” di TALKINC benar-benar luar biasa! Terutama ketika kami sampai pada sesi mengenai “The Closing Speech” yang diajarkan oleh Lala Tangkudung. Materi ini menjadi favorite saya karena Lala Tangkudung adalah fasilitator yang sangat kompeten dalam mengajar. Beliau mampu dengan sangat baik mengupas satu per satu dari materi-materi sebelumnya, memastikan kami memahaminya dengan baik. Sesi tersebut benar-benar memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana mempertajam kemampuan public speaking dalam waktu singkat, bahkan dalam 3 menit.

Kelas “Public Speaking Professional” di TALKINC juga berhasil menciptakan lingkungan yang mendukung proses pembelajaran. Selama sesi tersebut, para peserta benar-benar merasa termotivasi dan mendapatkan dukungan yang dibutuhkan untuk mengembangkan keterampilan berbicara di depan umum. Kombinasi antara materi yang lengkap dan pengajaran yang interaktif membuat kami merasa lebih percaya diri dalam berkomunikasi.

Saya sangat merekomendasikan kelas “Public Speaking Professional” di TALKINC kepada siapa saja yang ingin meningkatkan kemampuan berkomunikasi mereka. Ini adalah investasi yang sangat berharga untuk siapa pun yang ingin menjadi lebih baik dalam berbicara di depan umum. Sesi “The Closing Speech” bersama Lala Tangkudung adalah salah satu contoh bagus bagaimana kelas ini memberikan pengalaman pembelajaran yang berkualitas dan relevan.

Ditulis oleh Dinto P.

Pace: Pengaruh Kemampuan Komunikasi atau Public Speaking

Oleh Erwin Parengkuan

“Pernahkan Anda mengamati cara jalan seseorang dengan seksama? Dari cara jalan seseorang hendaknya kita dapat melihat kepribadian termasuk kecepatan kinerja seseorang!” ujar saya. “Aduh, kok begitu?” respon seorang peserta dalam sebuah sesi yang saya bawakan minggu lalu. Rasanya benar, kalau kita melihat orang yang teliti maka dari cara jalan mereka akan terlihat rapi/teratur, orang yang kaku pun akan terlihat, termasuk mereka yang ceroboh kemungkinan tersandung, dan cedera yang lebih banyak.

Apa hubungan cara jalan seseorang dengan Pace atau kecepatan seseorang dalam berkegiatan? Coba lihat orang-orang yang berada di kota-kota dunia, New York, Tokyo, London, Seoul, Singapore, dll. Kota yang sibuk, tidak berhenti berdenyut, dari cara jalan mereka yang cepat mewakili kehidupan dan roda kegiatan yang terus berputar. Berbeda ketika kita pergi ke tempat liburan, Universal Studio, Disneyland, atau di Bali, jarang kita lihat seseorang berjalan secepat kota-kota yang sibuk. Memang belum ada penelitian tentang ini, dan semuanya bersifat situasional.

Semakin kita memiliki kecepatan dalam bekerja tentu semakin banyak hasil yang akan kita dapatkan, begitupun dalam berkomunikasi atau public speaking, semakin cepat kita menangkap pesan-pesan dari lawan bicara dengan teliti, akan semakin efektif kita dalam berkomunikasi dan public speaking. Mari kita bahas, satu persatu.

Soal habbit atau kebiasaan bekerja dengan ritme yang cepat, tentu semua berasal dari sebuah perencanaan, dan prioritas. Ketika kita menuliskan secara terperinci semua hal yang menjadi tugas harian kita, kemudian kita harus menyusun skala prioritasnya, mana yang urgent, top urgent, mana yang bisa dikerjakan nanti, dan tentu kita juga harus mahir dalam menghitung berapa lama waktu yang akan ditempuh dalam pengerjaan sebuah tugas. Begitupun bila kita telah mempersiapkan agenda kerja kita dalam satu hari, seminggu, sebulan, setahun sebelumnya (misalnya projek besar) tentu akan semakin baik kita dalam mengatur kejelian atas kecepatan sebuah tugas harus diselesaikan sesuai waktu. Contoh yang sangat mudah, bila setiap pagi kita baru akan mempersiapkan baju untuk kita berkegiatan, akan berbeda dengan dampaknya kalau sudah dipersiapkan sehari atau seminggu sebelumnya karena kita sudah tahu penampilan dan kegiatan yang akan kita kenakan dan sesuaikan dalam minggu depannya. Pagi kita tentu tidak akan terburu-buru. Tentu semua yang saya sampaikan berhubungan dengan tindakan. Bila hanya ditulis atau direncanakan tanpa sebuah tindakan, sama saja nihil.

Kecepatan ini tentu akan sangat membantu seseorang semakin produktif atau tidak. Kita tentu sering mendengar istilah fast learner, nah orang-orang tipe ini memiliki kinerja yang mudah menyerap dan cepat dalam menjalankannya. Ketika kebiasaan ini kita pupuk, tentu akan menjadi habbit bahkan gaya hidup kita nanti. Hanya saja, tidak semua orang mau keluar dari zona nyamannya. Padahal semua orang harus memaksakan dirinya untuk bertumbuh.

Memulai sesuatu yang baru memang menantang dan perlu sebuah keberanian dan tindakan. Ketahuilah bahwa hanya perlu 14 hari bertahan dalam kebiasaan baru itu, karena itu adalah critical moment yang banyak orang tidak tahu. Kalau kita menyerah melakukan hal yang baru, biasanya tidak sampai satu minggu kita sudah mental block lagi dan kembali ke kebiasaan yang lama yang selalu membuat kita terus berada di zona nyaman. Sekarang saya informasikan 14 hari, Anda sudah bisa memiliki kesadaran dan mental kuat untuk memaksakan merubahnya. Nanti kebiasaan ini kita ulang terus dan terus, tentu akan serta merta menjadi gaya hidup/lifestyle kita selanjutnya.

Sebuah kecepatan/pace layaknya mengendarai kendaraan, semakin cepat semakin mudah kita mencapai sebuah tujuan, semakin cepat kita menangkap info dari lawan bicara dengan teliti, akan semakin efektif kita berkomunikasi. Dan waktu yang kita miliki akan menjadi sangat baik dan produktif. Jangan lupa juga menyisihkan waktu untuk me time dan personal development!

Penyunting: Alyezca Disya Rahadiz

Introvert Nggak Bisa Public Speaking? Siapa bilang?

Oleh Irina Dewi – TALKINC Facilitator

Ada beberapa orang beranggapan bahwa ekstrovert adalah orang yang cerewet dan introvert adalah orang yang pendiam. Makanya ketika ada orang yang lancar sekali berbicara di depan umum, anggapannya adalah: “Oh, pasti dia extrovert, wajarlah bisa ngomong lancar di depan umum”. Ini merupakan satu miskonsepsi mengenai penilaian tipe kepribadian yang sering kita dengar dan pada artikel ini kita cari tahu jawabannya ya!
Oke, saya disclaimer dulu ya. Saya adalah seorang introvert yang sudah bergelut di dunia public speaking selama lebih dari 20 tahun. Pertama kali saya sadar bahwa saya adalah seorang introvert adalah ketika saya membaca buku dari Carl Jung yang berjudul Psychological Types. Dalam buku ini, Jung menggambarkan introvert sebagai orang yang lebih fokus pada dunia internal, cenderung memproses informasi dengan refleksi diri dan lebih memilih waktu sendiri untuk mengisi ulang energi. Sementara, ekstrovert cenderung lebih fokus pada dunia luar, memproses informasi melalui interaksi dengan lingkungan sosial, dan mendapatkan energi dari interaksi sosial tersebut. Jadi kalau balik lagi ke pertanyaan, apakah introvert pasti pendiam dan extrovert pasti cerewet? Jawabannya adalah: TIDAK. The only difference is how you recharge your energy. Jadi kalau kamu adalah tipe menjadi enerjik ketika kamu bertemu banyak orang, kemungkinan besar kamu adalah extrovert. Kalau kamu lebih enerjik seusai menghabiskan waktu sendirian, kemungkinan besar kamu introvert.

Dalam buku Understanding People, Erwin Parengkuan, founder Talk Inc, memisahkan tipe introvert dan ekstrovert dalam konteks gaya komunikasi, bahwa ada 4 tipe manusia secara general yaitu, Si Gesit, Si Rinci, Si Kuat, dan Si Damai. Untuk detilnya silahkan baca sendiri dan lakukan tesnya biar lebih mengenal diri sendiri. Intinya, gaya komunikasi introvert dan ekstrovert memang sangat berbeda.

Nah, kalo kembali lagi ke topik kita tadi, bisakah seorang introvert menjadi Public Speaker yang baik? Jawabannya adalah: BISA BANGET. Memang, seorang ekstrovert kecenderungannya lebih nyaman berbicara di depan umum dan bahkan menjadi enerjik berbicara di depan audience dalam jumlah besar, tetapi introvert juga banyak kelebihannya lho. Introvert cenderung memiliki kemampuan yang baik dalam mendengarkan, cenderung memperhatikan detil, memahami sudut pandang orang lain dengan lebih baik, memproses informasi secara mendalam untuk mengembangkan perspektif yang matang, dan cenderung memiliki kemampuan observasi yang kuat.

Jadi bagaimana supaya seorang Introvert lebih nyaman berbicara di depan umum, padahal secara energi banyak terserap dengan kehadiran orang banyak apalagi menjadi menjadi pusat perhatian? Yang biasa saya lakukan adalah pertama, persiapkan materi secara menyeluruh. Dengan memiliki pengetahuan yang mendalam tentang topik yang akan dibawakan, kita akan merasa lebih percaya diri saat berbicara di depan umum. Preparation is key. Kedua, rehearse, rehearse, and rehearse. Lakukan latihan dan repetisi sebelum berbicara di depan umum. Rehearsal membantu membangun rasa percaya diri dan memperkuat kemampuan berbicara secara lancar. Berikutnya adalah fokus pada konten. Introvert cenderung lebih memikirkan isi pesan daripada perhatian yang diberikan oleh audiens. Maksimalkan kekuatan ini dengan berfokus pada inti pesan yang ingin disampaikan. Last but not least, give yourself time to recover. Setelah melakukan public speaking, introvert cenderung merasa lelah secara emosional. Kasih waktu ke diri sendiri untuk mengisi ulang energi dengan menghabiskan waktu sendiri.

Jadi nggak ada lagi alasan nggak mau berbicara di depan umum dengan melabeli diri introvert ya. Pada dasarnya semua kepribadian memiliki kesempatan yang sama untuk mampu menjadi Great Public Speaker. We can do it!

Editor: Alyezca Disya Rahadiz