Oleh Erwin Parengkuan
Ini judulnya ringan tapi bermakna dalam, kenapa karena tulisan saya ini akan bercerita tentang kita, tentang saya dan anda dan kita, tentu sebagai manusia dengan kelima indera yang kita miliki menjadi bagian penting dalam membangun sebuah hubungan. Indera Pengelihatan, Indera Pendengaran, Indera Perasa, Indera Penciuman dan Indera Pengecap. Kelima Indera ini saya sudah urutkan berdasarkan bagaimana kita berinterkasi dalam berkomunikasi. Dari kelima Indera ini, hanya 1 yang tidak kita gunakan, yaitu Indera Pengecap.
Mari kita mulai membahasnya, bicara soal Indera Pengelihatan, atau dalam komunikasi adalah Visual, cara manusia melihat tentu banyak berpengaruh dari mata, apa yang kita lihat dengan Indera yang memberikan dampak terbesar ini? bila kita melihat seseorang, tentu penampilan terlebih dahulu yang kita lihat sekaligus mengamati gerak-gerik tubuhnya. Bila penampilan kita umum, tentu kita tidak menonjol. Sekedar berpenampilan yang pantas dan sesuai buat saya itu sudah lebih dari cukup. Sedangkan bahasa tubuh seseorang yang kita amati akan membuat seseorang terlihat terbuka atau tertutup. Gerakan tubuh yang “sedikit” akan memberikan kesan yang berbeda dengan tubuh yang “ringan” dan rileks. Indera ini sekali lagi memberikan dampak terbesar dalam berkomunikasi. Seperti kita ketahui, kalau mengambil sebuah perumpamaan, film adalah sebuah contoh yang tepat. kenikmatan visual untuk mata kita sangat dimanjakan. Semakin jelas warna yang ditampilkan, akan menimbulkan kesan yang berbeda. Film dengan gambar yang tidak menarik, akan membuat mata kitapun lelah. Akhirnya menjadi tidak menarik mata.
Begitupun dengan Indera Pendengaran/auditory, dimana intonasi, tekanan suara yang kita dengar atau pancarkan akan memperkuat/memperlemah kesan seseorang. Telinga kita akan menangkap dengan jerih sebuah pesan. Apakah terdengar sesuai dengan yang terlihat? dan Indra Pengelihatan dan Indera Pendengaran akan senantiasa terus bersingungan. Lagi-lagi, layaknya sebuah film dengan scoring music yang tepat menghasilkan efek sempurna dalam sebuah gambar. Indera Pendengaran berperan tidak terlalu besar dibandingkan dengan Indera Pengelihatan, dan kedua Indera ini menjadi penentu dalam dampaknya, akan tetapi paling mudah dilupakan. Misalnya tahun berlalu, kita tidak akan ingat visual dan auditory seseorang dibandingkan dengan Indera berikut ini.
Indera Perasa, kinesthetic begitu disebut, adalah Indera yang paling lama bertahan dalam ingatan kita. Artinya bila kita bicara? Apa yang kita rasakan? Takut? Senang? Gelisah? Tidak fokus? Terlalu bersemangat? Atau berlebihan? Indera Perasa ini yang akan tersimpan jauh lebih lama dalam diri setiap orang. Inipun termasuk strategi dalam membangun hubungan. Bagaimana kesan kita terhadap orang yang kita jumpai? Membangun hubungan memerlukan kemahiran dan keluwesan. Seperti memperlakukan siapapun yang kita jumpai seperti kawan kita, tentu kita akan tampil apa adanya tanpa dibuat-buat atau terpaksa, tentu kita akan sangat mudah membangunnya dan dengan sendirinya membuat sebuah relasi berjalan dengan natural. Kitapun sangat senang bertemu orang yang apa adanya “seperti warna asli-nya.” Buat saya, indera ini justru memegang peranan penting dalam interaksi/komunikasi umat di dunia ini apapun situasi maupun kondisi yang ada dalam hidup seseorang. Indera ini adalah “jitu” yang menjadi penentu kita dalam memilih perkawanan, dalam memilih hubungan. Bila kita sudah tidak “klop” lagi, tentu akan sangat sulit situasinya, dan seseorang akan memilih menghindar dari seseorang yang dianggap tidak membuat nyaman dirinya.
Sedangkan, Indera penciuman, menurut saya memegang peranan paling kecil dalam dampak berkomunikasi karena ini hanya melengkapi ketiga Indera yang baru kita dibahas. Bila kita wangi, atau tidak mengeluarkan bau menyengat dalam tubuh atau parfume yang kita kenakan, semua hubungan akan tepat dalam kondisinya.