Oleh Erwin Parengkuan
Ketika seseorang diminta untuk menyampaikan sebuah pesan singkat secara spontan dan pesan tersebut harus dapat ditangkap dengan jelas oleh lawan bicara yang memberikan dampak pengetahuan baru atau sebuah tindakan, itulah artinya impromptu speech (IS). Dalam setiap lini dan channel komunikasi baik itu secara formal dan informal kita secara sadar maupun tidak sadar sering kali melakukan hal ini. Saatnya kita dapat memaksimalkan kemampuan ini untuk membuat tujuan bicara kita dapat memberikan dampak sesuai yang kita utarakan.
Dalam sebuah ujian online untuk para murid-murid advance kelas public speaking, dimana mereka diminta untuk presentasi selama 3-5 menit dengan menampilkan slides presentasi yang sudah dipersiapkan. Saya menambahkan tugas mendadak agar mereka melakukan IS, tentu reaksi mereka kaget, karena ini tidak ada dalam agenda ujian. Lantas saya menjelaskan kenapa tugas baru ini saya lakukan. Kemudian saya memberikan satu topik dan tujuan mereka menyampaikannya dengan tujuan lawan bicara mempunyai informasi baru/bertindak. Alhasil 50% dari peserta gagal dalam berbicara secara spontan.
Sebelum sesi berlangsung, saya bercerita dengan seorang kawan baru setelah ia memberikan band aid kepada saya, ia tanya “memang kenapa kakinya mas?
Apa yang harus kita siapkan dalam membuat bicara yang spontan dan berdampak? Ada 5 faktor penting yang harus anda perhatikan:
1. Tidak bertele-tele, langsung utarakan apa yang ingin anda sampaikan
2. Harus berisikan informasi yang berguna buat lawan bicara, hal ini menjadi faktor kesulitan buat mereka yang tidak memiliki informasi yang sesuai. Kegagalan di point kedua ini akan membuat lawan bicara tidak akan “membeli” apa yang akan anda utarakan. Tentu jawabannya untuk kita harus memiliki pengetahuan/wawasan yang valid
3. Hindari pengulangan kata, hal ini memerlukan kemampuan kesadaran diri dalam memilih kata-kata yang tepat dalam mendukung informasi anda. Bila anda punya kecenderungan mengulang-ulang kata karena anda tidak dapat menyusunnya dengan baik maka dampaknya lawan bicara selain enggan mendengarkan kalimat anda selanjutnya, ada tidak akan efektif dalam melakukan IS.
4. Perhatikan kebutuhan sesungguhnya dari lawan bicara, apakah ini sesuai dengan apa yang mereka cari atau tidak?
5. Jangan menyampaikan IS dengan tendensius, atur tempo bicara, tidak dengan nada tinggi dan menggurui. Kendalikan suara dan mimik wajah anda. Nada rendah selalu tepat untuk menyampaikan saran anda
Kelima faktor diatas bila terus anda latih dalam berkomunikasi sehari-hari akan membuat anda menjadi komunikator yang efektif dan inspiratif, karena selalu dapat memberikan informasi yang tepat/jalan keluar kepada lawan bicara atas apa yang anda sampaikan dan dibutuhkan. Misalnya anda setelah nonton sebuah film dan ingin memotivasi lawan bicara untuk nonton film yang menurut anda bagus, coba lakukan IS, tapi lihat dulu apakah lawan bicara menyukai jenis film yang sama? Kalau tidak dan anda merasa itu penting untuk ia saksikan, utarakan alasan yang bernas kenapa ia harus menotonnya, keuntungan apa yang ia akan peroleh ketika menonton film yang anda anjurkan. Kedua contoh diatas, menjadi jelas buat anda dan penting bila setiap kesempatan yang kita lakukan (apalagi dalam konteks pekerjaan) kita memberikan pengaruh yang positif dari apa yang kita sampaikan. Dampaknya kemampuan komunikasi kita meningkat, bobot data yang kita miliki menjadi banyak dan kita menjadi inspirator baru buat mereka yang membuat mereka selalu senang bila berjumpa kita.