Ini pertanyaan yang paling sering ditanyakan oleh fasilitator saat di kelas. Menjadi seorang Master of Ceremony (MC) itu ‘kecemplung’, kerjan yang mau tidak mau harus saya jalani. Kenapa?
Sedikit bercerita tentang latar belakang pekerjaan. Saya adalah seorang pegawai negeri sipil. Tahun 2015, saya dipindah ke unit Hubungan Masyarakat dimana salah satu aktivitasnya yaitu menerima kunjungan pelajar atau mahasiswa. Tentu saja saat acara kunjungan itu dibutuhkan MC yang mengatur jalannya acaranya. Nah, sebagai kaum hawa satu-satunya (saat itu) di unit tersebut, saya ditugaskan untuk menjadi MC. Oh ya, di kantor saya, kebiasaannya adalah MC berpasangan (laki-laki dan perempuan).
Saya tidak memiliki dasar pengetahuan sedikitpun soal MC, pengalaman apalagi. Untungnya, rekan MC saya adalah seorang MC dengan pengalaman segudang. Lumayan terselamatkan lah ya, hehehe…
Pertengahan tahun 2018 lalu, bagian yang mengurusi SDM di kantor saya mengadakan training MC bekerja sama dengan TALKINC. Ketika tahu nama saya ada di dalam daftar peserta, rasanya senang sekali. Saya berpikir ini saatnya saya bisa tahu dasar-dasar pengetahuan menjadi seorang MC. Makin senang lagi karena ternyata saya dipilih oleh Bu Becky untuk bisa menambah wawasan di kelas Professional MC-TV Presenter.
Masuk kelas Professional MC-TV Presenter membuka mata saya bahwa menjadi seorang MC tidaklah mudah. MC itu bukan hanya modal ‘ngomong’, banyak hal yang harus dipersiapkan.
Kalau ditanya materi apa yang menjadi favorit saya, susah jawabnya karena semua favorit saya. Hehehe… Tapi ada 2 (dua) materi yang sangat saya sukai, yaitu:
1. Teaming with your partner
2. Brand image
Materi Teaming with your partner ini tentu saja sangat berguna bagi saya. Seperti yang sudah saya ceritakan diatas. Di kantor saya, MC itu berpasangan. Dan saya menyadari bahwa saya punya kelemahan saat MC berpasangan yaitu takut berbicara. Selama ini saya cenderung menjadi pihak yang pasif. Pesan fasilitator, mba Irina Dewi, saat menyampaikan materi ini bahwa MC itu satu tim dan harus balance, tidak boleh ada yang terlihat dominan ataupun pasif. Dalam satu tim itu harus saling mengenal karakter masing-masing dan harus ada pembagian tugas yang jelas.
Lalu untuk materi Brand image. Awalnya agak tidak yakin saat tahu mba Kamidia Radisti yang menjadi fasilitator materi ini. Saya pikir mba Kamidia akan masuk di kelas total look. Tapi ternyata mba Kamidia Radisti juara deh, bisa banget menjadikan kelas ini sesi curhat. Hahahah….
Dalam kelas brand image ini, mba Kamidia sampaikan bahwa seorang MC itu harus tahu image-nya itu seperti apa. Tidak semua MC bisa membawakan acara formal maupun informal. Maka dari itu, tentukan image seperti apa yang ingin dibangun, yang dikenal oleh masyarakat.
Well, 8 pertemuan sudah saya lewati. Dan sedikit demi sedikit ilmu yang saya dapatkan sudah saya terapkan saat menjadi MC di kantor.
MC pertama kali di tahun 2019, partner MC saya bilang: “Lo sekarang lebih nyantai ya, tek-toknya lebih luwes. Lebih enak ngobrolnya.”
Jujur, senang banget rasanya.
Terima kasih fasilitator-fasilitator yang luar biasa keren.
Terima kasih TALKINC untuk kesempatan ini.
- Inez, Professional MC-TV Presenter Batch 99