Mungkin anda asing dengan istilah yang sering di sebut-sebut oleh mereka yang ada di area Sales ataupun Marketing. Istilah “pick up lines” adalah ketika kita bertemu dengan orang baru, kita dapat memulai sebuah kalimat yang akan menjadi pengantar kita dalam berkumunikasi dengan mereka. Istilah basa-basi adalah analogi yang sering disebutkan mengganti istilah ini. Jujur saya keberatan dengan istilah ini, karena menurut saya kata basa-basi sangat tidak relevan, cenderung berkonotasi negatif. Padahal, kata pertama yang keluar dari mulut kita kepada orang yang kita jumpai menjadi penentu untuk sebuah kelancaran dalam berinteraksi.
Beberapa waktu lalu, ketika berada di dalam kelas, seseorang dari team Human Resources mengatakan kepada saya bahwa ia akan duduk di kelas sebagai observer berhubungan dengan proposal yang sudah kami kirim dan ia ingin mengamati jalannya pelatihan seperti apa. Wanita ini menginformasikan bahwa teamnya banyak terdiri dari kaum Millenial sangat sulit membuka pembicaraan, mereka terlihat sangat kaku, too the point, maunya langsung menjelaskan produk yang akan mereka tawarkan tanpa “building raport” yang baik dengan calon nasabah. Saya bilang memang itu tantangan yang sering saya jumpai di kelas, seseorang yang sangat menggunakan logika, merasa sulit membangun hubungan, apalagi untuk mereka para millennial yang tendensi bicara pendek-pendek.
Pernahkah ada ingat, dalam sebuah percakapan yang intens, dimana anda bicara sangat mengalir dengan seseorang yang baru anda kenal? Kenapa bisa demikian? karena tentu orang tersebut ketika memulai pembicaraan telah membuat anda tertarik karena ia begitu peduli dengan anda. Menyapa anda dengan hati, membuat anda menjadi berharga. Masih ingat? Nah, kita kadang lupa, bahwa komunikasi adalah merajut satu hati dengan hati yang lain, sehingga kata “Pick Up Lines” harus jadi perhatian setiap orang. Dan ini menjadi krusial bila kita tidak dapat “mapping” lawan bicara, apakah pendekatan dengan hati dari kalimat pertama harus lebih banyak atau cukup saja sebagai pembuka karena lawan bicara kita tidak terlalu “feeling” karena mereka sangat “thinking.”
Beberapa tips berikut ini dapat membantu anda untuk memulai pembicaraan yang menarik. Pertama yang harus di ingat bahwa setiap orang merasa dirinya lebih penting dari orang lain. Sehingga dengan pertanyaan sesederhana “Apa kabar pak/ibu hari ini?”. Setelah “a simple how are you?” baru kita bisa melanjutkan dengan memilih pertanyaan berikut yang bisa menjadi jalan panjang “building raport” anda seperti, bagaimana kabar keluarga anda? ( harus berhati-hati dengan pertanyaan ini, liat apakah mereka nyaman atau tidak? Dari mana asalnya? Bila berasal dari orang Amerika biasanya mereka menghindari pertanyaan yang bersifat pribadi). Tanyalah soal pekerjaan mereka? Ini akan memancing diskusi yang menarik, atau carilah kesamaan soal tempat hiburan yang ia suka, makanan, tempat wisata, dll. Jangan lupa bila bertanya selipkan kata-kata seperti “boleh tahu?”. Selamat mencoba, remember only a prefect practise will makes perfect.
Erwin Parengkuan
TALKINC Founder