Dalam buku yang pernah kami tulis 5 tahun lalu terbitan Gramedia Pustaka Utama dengan judul Personal Brand-inc terdapat 2 komponen: Utama dan Tambahan, komponen ini berhubungan satu dan lainnya. Ada yang harus dimiliki mutlak seperti sikap, keahlian dan nilai teguh yang membuat seseorang untuk terus maju dan bertumbuh dan ada yang dapat dibuat dan ini sangatlah manusiawi, kerena hakikatnya tidak ada satupun manusia di dunia ini yang mau terlihat jelek dimata publik.
Personal brand atau people brand menjadi garda utama untuk seseorang menampilkan citra dirinya diantara hutan belantara media yang makin tidak menentu, media dan awak media menghadapi dunia yang disruptif, kompetitif, harus cepat, persaingan lapak yang makin tinggi membuat makin menurun kualitas penulisan dan investigasi yang komperhensif, akhirnya suguhan berita menjadi bias antara yang benar terjadi dan yang sengaja dibuat oleh para individu yang berlomba-lomba untuk terlihat menonjol dipermukaan.
Melihat fenomena ini, lantas kata pencitraan menjadi bumbu penyedap utama di jaman now, pencitraan? Boleh ngak? Ya bolehlah itukan kebebasan setiap individu. Pencitraan dapat dilakukan dengan tidak boleh terlalu banyak bumbu, harus tetap menjaga keasliannya. Seperti melihat sebuah kue megah dengan hiasan sangat indah tapi ternyata itu hanya dummy yang tidak dapat disantap, dan menjadi tidak bisa dinikmati secara utuh, itu hanya pajangan, isinya tidak ada. Begitulah kita-kira analogi yang tepat menurut saya. Mari kita buat branding yang dapat dipertangungjawabkan. Kualitas menjadi mutlak, tidak bisa ditawar agar kita tidak salah branding dan akan memberikan dampak viral yang lebih rusak. Sekian, mari kita makan kue asli, bukan kue dummy.
Erwin Parengkuan
Agustus 2019