Sebelum kita mengenal bahasa tulisan yang dipahami oleh sebuah bangsa, peradaban dimulai dari masa Pra Aksara atau yang sering disebut masa Pra Sejarah. Zaman Pra Aksara di Indonesia berlangsung sampai abad ke-3 Masehi. Pada masa Pra Aksara, manusia masih berkomunikasi secara terbatas. Komunikasi pada masa ini hanya menggunakan simbol-simbol dan isyarat tangan dalam menyampaikan dan menerima pesan. Kemudian pada awal abad ke-4 Masehi, manusia mulai mengetahui dan mengenal aksara dalam berkomunikasi. Dengan seiring waktu, komunikasi mengalami perkembangan dan menjadi semakin sempurna. Walaupun demikian, komunikasi dengan kondisi dulu-pun dapat dipahami maknanya.

Zaman berganti dan kini semua bangsa menjadi universal, global citizen bahasa kerennya. Sebagai pemersatu, bahasa Inggrislah yang unggul menjadi pemenang, saya tidak akan menyorot asal-usul kenapa Bahasa Inggris. Bahwa saat ini kita menjadi sangat mudah berkomunikasi dengan bahasa sebagai pemersatu global citizen juga karena tehnologi-lah yang membuatnya menjadi global.

Ada yang menarik ketika zaman terus berganti dan generasi demi generasi lahir. Pada era tahun 80-an hanya ada generasi Baby Boomers. Baby Boomer merupakan individu-individu yang lahir sekitar tahun 1945 sampai 1964. Dan anak-anak mereka yaitu Generasi X (lahir tahun 1965-1980). Dimana dua generasi ini, misalnya ayah saya yang Baby Boomers dan saya yang generasi X, harus tunduk dengan aturan dan kedisiplinan serta nilai luhur. Interaksi-interaksi tidak banyak bersinggungan diantaranya karena belum kontras ditambah dunia digital masih merangkak pada saat itu.
Zaman berganti, sekarang ada generasi lain yang lahir, yang populer disebut Millenial atau Generasi Y yang lahir pada 1981 hingga 1997. Generasi Millenial merupakan individu-individu yang berumur 18 sampai 34 tahun pada tahun 2015. Mereka lahir di abad teknologi yang serba cepat dan membuat dunia menjadi global. Dulu ketika saya membutuhkan berita dari luar negeri harus menunggu keesokkan harinya atau beberapa hari untuk mendapatkan berita tersebut, berbeda dengan sekarang yang sangat “real-time.” Apa yang terjadi di belahan dunia manapun, kita langsung dapat mengaksesnya.

Bagaimana dengan dunia komunikasi abad ini? Kini ketiga generasi tersebut hidup dan saling bersinggungan. Begitu pula di dunia kerja, pada saat dikantor pun terjadi interaksi antar generasi tersebut. Hal ini menjadi kompleks, ketika generasi senior (baby boomers) masih menjadi pemegang kekuasaan di divisi mereka, atau di perusahaan yang harus berhadapan dengan generasi millenial yang memiliki kateristik spontan dan fokus kepada hasil. Cara pandang yang berbeda dan cara berkomunikasi yang berbeda membuat gap yang jauh antar generasi satu dengan yang lain.
Dalam banyak pelatihan in-house training yang kami lakukan di TALKINC dengan banyak perusahaan, pemintaan pelatihan untuk training ”Generation Gap” semakin banyak, terutama untuk perusahaan besar dan pemerintahaan. Hakikatnya setiap generasi layaknya adalah kita sebagai manusia, mau dipahami, dimengerti. Sehingga berkomunikasi dengan respect harusnya dijalankan untuk siapapun, tanpa terkecuali. Generasi Baby Boomers harus membuka diri untuk perubahan zaman, sedangkan Generasi Millenial harus tetap menjaga kesantunan dengan menyapa dan peduli dunia sekitar.

Mari kita kembali ke nilai komunikasi yang fundamental, komunikator dan komunikan hendaknya dapat selalu menjalin interaksinya dengan saling menghargai satu-sama lain. Tidak sulit seperti zaman Pra Aksara, dimana komunikasi hanya dilakukan menggunakan isyarat dan simbol saja. Maka luangkan waktu untuk saling memahami satu sama lain.

Penulis adalah:
Praktisi Komunikasi dan Personal Branding Specialist
Managing Director Talkinc
School for Public Speaking and MC/TV Presenter
www.talk-incorporation.com