by admin | Oct 17, 2022 | Information, News
Dalam sebuah sesi training selama dua hari dengan para leader dari sebuah brand lokal, seorang bos mengeluh kepada saya tentang salah satu leadernya yang selalu menonjol dalam setiap training, akan tetapi ketika kembali bekerja, ia tidak seperti apa yang ditampilkan di dalam kelas. Anak buahnya sering kebingungan dengan sikap dan keputusan yang diambilnya.
Saya bertemu dengan anak ini selama dua hari, saya mencoba untuk netral agar dapat melakukan observasi apa yang terjadi. Memang anak ini menonjol di kelas, perawakannya yang menarik, rapih dan aktif di dalam kelas. Ketika sesi tampil ia pun menunjukkan keterampilannya dalam presentasi. Saya mengamati dengan seksama, ternyata ada bahasa tubuh yang terlihat dipaksakan. Terutama dari gestur tangan ketika ia mulai berbicara, sebuah hentakan yang tidak alami dan juga tekanan suara yang terdengar dipaksakan dari beberapa penggalan kata yang ia ucapkan sehingga kesannya saya seperti melihat seorang orator berbicara dengan meletup-letup.
Cerita saya diatas tadi menunjukkan tentang bagaimana setiap orang harus memiliki kesadaran yang utuh dalam membawakan dirinya termasuk dalam presentasi. Apalagi saya sudah mendapatkan insight dari atasannya. Ketika kita memiliki kesadaran yang utuh dalam setiap interaksi dengan siapapun, kita akan dapat mengetahui apakah hubungan yang sudah kita lakukan sudah sesuai datang dari hati, atau kita justru memilih untuk tidak alami/berpura-pura?
Kalau kita bahas tentang kelima indera manusia, indera perasa merupakan bagian terpenting dalam komunikasi yang dapat tersimpan begitu lama tentang kesan apa yang ditimbulkan seseorang dalam keseharian mereka, termasuk ketika kita bekerja dan beraktivitas. Kita juga sejatinya dapat merasakan keberadaan seseorang apakah yang ia lakukan itu tulus datang dari hatinya atau dibuat-buat. Apalagi untuk para pemimpin yang memiliki kesempatan sangat besar untuk selalu diamati oleh anak buahnya. Berkomunikasi dengan hati tentu akan terasa di hati dan dapat membuat organisasi yang dipimpinnya menjadi lebih produktif dan memperluas target market.
Begitulah makna mendalam tentang komunikasi yang sesungguhnya. Karena ketika kita memulainya dengan hati, akan ada empati dan semua orang akan merasa dihargai sehingga akan membuat suasana keterbukaan yang baik dan kondusif dalam setiap organisasi.
Ketika hari kedua berlangsung, anak ini bertanya kepada saya tentang apakah kita harus bersikap sama dalam setiap kesempatan, sama yang dimaksud adalah menampilkan diri kita yang jujur dan terbuka, tanpa ada tendensi apapun kepada siapapun? Saya menjawab tentu apa yang kita tampilkan dalam keseharian, di pekerjaan harus menggambarkan diri kita sesungguhnya, sehingga kita tidak akan lelah mengatur diri kita dan selalu menjadi versi terbaik dalam diri kita setiap hari. Bayangkan kalau kita memiliki lebih dari 3 lingkungan, di keluarga, kantor dan pertemanan, kita memiliki “wajah” yang berbeda-beda maka akan sangat repotnya kita menempatkan diri yang pada akhirnya akan membuat diri kita jauh dari apa yang sesungguhnya ada dalam diri kita.
Saatnya belajar mengenal diri lebih baik, terbuka akan evaluasi diri, melakukan self check setiap saat setelah kita berbicara dan melihat dengan jernih bagaimana sikap dan cara kita berkomunikasi dengan siapapun tanpa terkecuali. Karena setiap orang akan senang berjumpa dengan orang yang tulus, jujur dan terbuka, disitulah indahnya sebuah hubungan yang akan terjalin dan semua orang akan berbicara dengan menghargai dirinya dan juga orang lain.
by admin | Oct 13, 2022 | Information, News
Bermula dari tawaran training kompetensi yang diberikan oleh kantor, saya mulai mencari training apa yang sekiranya saya butuhkan dan bisa saya ikuti dengan antusias. Singkat cerita setelah memilah-milah platform training yang ada, saya memutuskan untuk mengikuti online class professional public speaking dari TalkInc. Hal itu karena TalkInc sudah menjadi tempat yang cocok untuk saya menimba ilmu tentang public speaking, bisa dilihat dari pada traineer nya yang sudah terkenal dibidangnya.
Setelah mengikuti online kelas ini, saya mempunyai tiga materi atau pertemuan yang menjadi favorit saya: Materi pertama yang menjadi favorit saya adalah pertemuan pertama. Hal itu karena training ini tiba-tiba dibuka oleh mas Erwin Parengkuan, selaku founder dari TalkInc. Beliau menjelaskan tentang overview materi yang akan kami para peserta ikuti kedepannya, memberikan motivasi dan memberitahukan bahwa waktu yang kami habiskan untuk training ini tidak akan sia-sia saat kita sebagai peserta juga focus dan mau berlatih sendiri di manapun berada. Hal itulah yang menjadi tenaga tambahan yang membuat kami peserta bersemangat dan tidak sabar mengikuti rangkaian materi kedepannya.
Mempersiapkan opening speech menjadi materi favorit saya yang kedua. Sebagai orang yang terbiasa presentasi di depan banyak orang, opening merupakan hal yang krusial menurut saya. Bagaimana kita akan menjadi perhatian audience adalah saat opening. Mas Fernando Edo yang menjadi pemateri juga sangat baik menyampaikan materinya, serta kami peserta diberikan pelatihan langsung dengan membuat materi opening speech yang harus disampaikan dalam dua menit. Menjadi tantangan tersendiri, karena dalam dua menit kami harus bisa memberikan first impression dan hal yang beda untuk membuka pembahasan.
Materi sesi yang menjadi favorit saya juga adalah saat kelas body language, saat itu materi dibawakan oleh mba Irina Dewi. Melalui materi itu saya mendapatkan ilmu bahwa dengan banyaknya online meeting saat ini, body language juga tetap harus dilakukan dan ditunjukan untuk memperkuat isi dari materi yang kita bawakan. Dengan body language yang tepat, materi akan semakin menarik untuk didengarkan dan akan mempertahankan fokus dari para peserta.
Pengalaman yang tidak akan dilupakan, bagaimana tiga jam setiap sabtu yang menjadi rutinitas baru untuk menambah ilmu. Bertemu dengan teman baru, menciptakan tantangan-tantangan tersendiri setiap minggu. Terima kasih TalkInc, semoga lain waktu bisa ikut kelasnya kembali, namun dengan suasana bertatap muka langsung pastinya. Agar lebih seru dan terasa suasana kelasnya.
Salam,
Fahrizal Gifari
by admin | Sep 5, 2022 | Information, News
Oleh Erwin Parengkuan
Garis arahnya bisa lurus, melintang, diagonal, eksponensial dll. Kalau itu dipindahkan dalam sebuah nada suara, hasilnya beraneka ragam. Suara yang datar sudah tentu monoton, suara yang diagonal saya tidak tahu hasilnya, suara yang eksponensial akan seperti bom atom yang akan meledak.
Dalam kemampuan bicara, seseorang membutuhkan kemahiran dalam mengatur tempo dan tekanan suara yang dapat berdampak dari pesan yang akan disampaikan. Kita juga belum bicara soal bahasa tubuh, penampilan bahkan pemilihan kata yang harus dibuat dengan berbagai ragam dan makna.
Saya sendiri dalam bicara selalu memainkan ragam suara. Terkadang naik, rendah, naik lagi dan diam. Juga kata yang saya pilih memiliki keragaman yang campur sari. Bahasa baku, bahasa gaul, bahasa teknis dll. Ketika kita mengetahui berbagai macam ragam dan tempo dalam berbicara, kita dapat melatihnya dalam komunikasi sehari-hari. Akan seru dan menantang!
Dalam sebuah buku yang saya baca tulisan David A. Kolb, tuturnya awal tahun 1970an, setiap dari kita harus dapat mahir dalam mengeksplorasi diri, istilah kerennya adalah Experiential Learning. Seperti mendengarkan alunan musik dengan irama berbeda, menyaksikan sebuah alur dalam film atau seni pertunjukan, demikianlah kita dapat mengambil banyak kesempatan untuk terus bereksperimen dan berlatih, untuk dapat menemukan cara/pola/alur baru dalam kemampuan untuk cakap bicara yang berdampak.
Dalam setiap kelas, seperti yang sering saya sampaikan, kebanyakan peserta tidak menggunakan kemampuan Experiential Learning ini. Mereka mendapatkan banyak best practices dari kami para facilitator, tetapi enggan untuk melatihnya diluar kelas/sesi.
Waktu itu saya bertanya kepada salah seorang peserta “kemarin belajar apa dari materi body language?”. Lantas saya tanya “sudah dipraktikkan?” Ia pun menggelengkan kepala. Ini selalu sering, dan selalu kami dapatkan ketika berbagi di dalam kelas. Lantas apa gunanya ilmu kalau tidak diasah atau dilakukan dalam menjalani keseharian kita?
Ah, memang kebanyakan masyarakat pemalas, penunda, mudah baper, rentan, dan makin ribet dengan pikirannya. Hanya segelintir orang bersungguh-sungguh yang terus mengasah keahlian dan pengetahuannya, sehingga, ya hanya mereka lagi yang sukses. Sedang yang lain hanya bisa termanggu dan menjadi iri.
Dalam tulisan ini, saya ingin memotivasi anda, untuk tidak seperti mereka, menjadi pemalas, dan takut dalam mengeksplorasi diri dengan mencoba berbagai cara baru. Seperti berbagai macam bentuk garis tadi, begitu juga kita harus melakukannya terus menerus untuk mendapatkan berbagai macam jurus taktis dalam berkomunikasi sehingga menjadi menarik dan terus memberikan bobot yang akan menjadi pengukuran orang lain terhadap kualitas diri kita. Seperti sebuah hiasan di dinding kantor kami yang saya beli di Yogya bertulisan “don’t stop until you’re proud!”
by admin | Aug 29, 2022 | Information, Latest News
Oleh Erwin Parengkuan
Terasa sulit ketika seseorang merasa tak berdaya membuat perubahan dirinya menjadi lebih baik, lebih berani bicara, lebih PD, lebih terstuktur, lebih lentur, dan lebih-lebih lainnya. Beberapa komentar mereka tentang perubahan diri yaitu: “sulit yaa” “saya merasa kesulitan untuk memulai pembicaraan dengan orang baru” “saya coba ya mas.”
Sadarkah kita, semua apa yang kita ucapkan tentang menggali potensi diri terlahir dari sebuah ucapan yang akan menjadi modal sebuah stigma dalam diri seseorang. Ketika narasi yang kita sebutkan adalah kata : Susah, Tidak Yakin, Saya Coba, kata-kata ini adalah mantra kita yang akan menentukan langkah kita selanjutnya. Kalau Susah kata yang dipilih, tentu sampai dunia kiamat tidak akan pernah terjadi sebuah perubahan dalam diri seseorang menjadi lebih baik. Sama halnya dengan kata Mencoba, tentu hasilnya tidak akan maksimal.
Materi tentang Professional Development Skills di program regular yang kami berikan, semuanya akan memaksa setiap orang keluar dari zona nyaman. Peserta dituntut untuk berani bicara, dan berani mengeksplorasi diri. Pertemuan demi pertemuan yang kami berikan akan membuat mereka disiplin terhadap perubahan yang akan dicapai, apalagi mereka sendiri yang mau berubah. Seperti halnya dalam setiap training yang kami lakukan untuk para profesional di semua industri yang berbeda-beda. Sayangnya ketika seseorang diminta agar berubah oleh perusahaan dimana mereka bekerja, dan in house training ini diadakan, kesadaran dari setiap peserta tidak semuanya timbul. Apalagi melihat atasan mereka tidak berubah, dan hanya bisa menyuruh akan semakin sulit kondisi sebuah perubahan itu terjadi. Intinya, seseorang ingin berubah harus didasari oleh sebuah kesadaran penuh yang datang dari dalam dirinya.
Dari pengalaman kami disetiap kelas, kunci keberhasilan seseorang akan personal development adalah ketika memiliki jurus 3 C:
Courage
Sebuah keberanian untuk memulai, mencoba, gagal, mencoba lagi dan akhirnya menemukan sebuah cara baru yang ingin dikuasai
Curious
Seseorang memiliki rasa penasaran untuk meningkatkan kapasitas diri. Dan menantang dirinya untuk mencari tahu hal-hal yang penting untuk dilakukan, dan mencari metode seperti apa yang akan membentuk mereka menjadi pribadi yang unggul
Consistence
Bagian ini adalah penentu, apakah ketika kita sudah berani mencoba, penasaran dengan proses menemukan cara terbaik, apakah ia selalu konsisten dalam menjalankan perubahan yang akan dimulai dengan membuat sebuah kebiasaan baru.
Tentu tidak semua orang konsisten dalam menjalankannya, sehingga kita lihat, lebih banyak orang yang berhenti ditengah jalan karena mereka mudah menyerah dan tentu tidak konsisten.
Apakah anda berani menantang diri untuk menuju sebuah perubahan diri yang lebih baik? Agar makin PD, berani menggali potensi diri? Apakah ini saatnya untuk berubah? Kalau tidak, mau menunggu sampai kapan?
by admin | Aug 15, 2022 | Information, News
Oleh Erwin Parengkuan
Bangsa kita terkenal dengan istilah bangsa yang ramah. Salah satunya yang sering saya dengar kalau orang asing berkunjung ke negara kita, mereka sangat terkagum-kagum dengan senyuman ramah dan tulus yang dijumpai ketika bertemu dengan masyarakat Indonesia. Saya sendiripun selalu merasakannya, terutama ketika berpergian ke pelosok daerah.
Faktanya kini, sejumlah senyuman itu semakin memudar, terutama untuk mereka yang hidup di kota besar. Berbagai gempuran tekanan pasca covid, naiknya bahan pokok, tantangan dan persaingan bisnis, belum lagi peperangan yang terus berkecamuk hingga kini di banyak belahan dunia secara tidak sadar telah merubah perilaku manusia. Memudarkan senyum yang dulu lahir begitu tulus, kini perlahan mulai sirna. Saya sendiri tidak tahu apakah ada data terpercaya dari balai riset dalam pengukuran seberapa besar menurunnya kadar jumlah senyum yang tulus, dulu dan sekarang di negeri kita. Walaupun demikian, senyum tetap menjadi esesi utama ketika seseorang akan berinteraksi bahkan berkomunikasi dengan siapapun. Seperti yang kami bagikan di dalam kelas, mulai dari program elementary class tentang keuntungan besar dan makna sebuah senyuman yang tulus akan memberikan pengaruh besar dalam sebuah relasi.
Sejumlah penelitian di luar negeri tentang manfaat senyum telah membuktikan dampak hidup seseorang akan lebih ringan sejalan dengan berkurangnya stress. Hanya sayang, hal tersebut masih menjadi tantangan terbesar para peserta kami di dalam kelas. Siapapun mereka, baik seseorang dengan jabatan tinggi atau tidak serta generasi manapun tanpa terkecuali semakin sulit untuk tersenyum ketika pertama kali mereka berbicara. Beban berat pekerjaan yang dipikul, kurangnya perhatian dan menurunnya tingkat percaya diri, belum berhasil menumbuhkan kesadaran diri tentang manfaat andal sebuah senyuman.
Bulan lalu, seorang kawan yang memang jarang tersenyum, telah mencoba membuktikan pernyataan ini. Ia mulai tersenyum ketika bertemu siapapun. Saya sendiri sangat senang mendengarkan cerita tersebut dan ketika kami berjumpa ia bertanya kepada saya ” Kenapa ya, ketika saya tersenyum kok orang itu malah menatap saya tajam?” Begitu ujarnya bingung. Saya lantas bertanya “hatimu tersenyum juga tidak?
Contoh kecil ini adalah latihan sehari-hari yang dapat kita manfaatkan. Tentu awalnya tidak mungkin kita langsung dapat tersenyum tulus. Akan tetapi, bila terus dilakukan, kita akan menjadi terbiasa, sama halnya dengan semua hal yang kita pelajari di dunia ini. Senyum yang lahir dari ketulusan hati akan berdampak kepada hidup dan citra yang positif, juga akan membuat orang akan tertarik dengan keberadaan kita.
Begitupun dengan semangat yang juga memiliki makna lebih besar. Lawan bicara tidak hanya senang dengan kehadiran kita, mereka juga mendapatkan energi baru dari kita. Selain itu semangat akan menghasilkan berbagai macam variasi tekanan suara yang yang akan menciptakan pengaruh besar ketika kita berkomunikasi.
Jadi mulai sekarang, jangan ragu untuk memberikan senyuman tulusmu dan semangatmu ketika berbicara. 2 kualitas ini sudah ada di dalam diri setiap orang dan mudah untuk ditampilkan, bring it on!