by admin | Aug 21, 2025 | Self Development
Oleh Erwin Parengkuan
Bertemu dengan banyak peserta dalam kelas dengan dinamika dan tantangannya masing-masing sungguh menyenangkan. Banyak sekali kendala yang mereka alami ketika harus tampil bicara atau public speaking. Berbagai macam keluhan seperti blank, grogi, tidak pede, kesulitan menemukan kata yang tepat hingga harapan untuk dapat memengaruhi audiens/lawan bicara.
Semua peserta di kelas memiliki ekspektasi yang sama untuk dapat maksimal berbicara, sayangnya ketika saya tanya satu-persatu apakah diantara mereka ada yang rutin membaca buku? jawabannya tidak! lantas bagaimana dapat menyihir audiens kalau kosa kata saja terbatas? Ini seperti istilah yang disampaikan oleh Albert Einstein; “Kegilaan adalah melakukan hal yang sama berulang-ulang dan mengharapkan hasil yang berbeda.” Masyarakat Indonesia dengan populasi melebihi 280jt jiwa pada tahun 2025 ini, dengan perbandingan 1:1000 antara orang yang rajin membaca buku dan tidak. Bayangkan rendahnya literasi kita dibanding negara-negara lainnya. Sungguh menyedihkan! Tidak heran masyarakat kita, apalagi ditambah dengan sosial media yang hanya menyuguhkan berita pendek-pendek menjadi asupan harian, seolah-olah mengerti tentang sebuah informasi, tetapi bila ditanya lebih mendalam tidak mengerti akar permasalahannya.
Sejatinya, kata-kata adalah bensin utama kita dalam berkomunikasi, ketika seseorang tidak memiliki kosa kata yang kaya dan beragam ia akan terus menggunakannya dalam rangkaian kalimat yang dibuatnya, tentu tidak akan dapat memengaruhi audiens yang lebih luas dengan intelektualitas mereka. Tetapi masih banyak sekali peserta di kelas yang berharap, tanpa mau meluangkan waktu untuk membaca buku. Buku-buku yang tersebar di dunia ini, terbagi atas 2 kategori buku, fiksi dan non fiksi. Buku fiksi yang memiliki peminat lebih besar bila dikonsumsi akan membuat seseorang mendapatkan kata-kata yang lebih banyak mengandung emosi. Sedangkan buku non fiksi akan membantu kita mengasah otak kita akan banyaknya ilmu-ilmu baru yang kita belum ketahui.
Niat yang besar, bila dilakukan, misalnya setiap hari meluangkan waktu 10 menit saja akan menghabiskan satu buku dalam satu bulan, dalam satu tahun ada 12 buku, dst, yang kita baca dari para penulis hebat di dunia ini. Buku non-fiksi sudah terbukti ampuh untuk membentangkan cakrawala berpikir kita dan juga mengahasilkan kosa kata yang kaya dan beragam. Yang saya rasakan ketika rutin membaca buku adalah membuat muscle memory lebih besar. Daya ingat lebih panjang, selain membaca buku juga memperbesar empati karena kita bersedia membaca buku dari penulis dimana kita juga akan mendalami pola pikir mereka.
Ketika kita memiliki wawasan baru, pengetahuan baru, kemampuan berpikir kritispun akan meningkat, dan secara langsung akan membuat kita lebih pede, apalagi kita tahu minimnya minat baca di negeri ini akan membuat kita diatas rata-rata kebanyakan orang yang kita jumpai. Kalau ada orang yang berbicara terbata-bata, mengulang kalimat yang sama untuk konteks yang berbeda, sehingga membuat salah persepsi, salah ucap, dan salah-salah lainnya, sudah pasti orang tersebut tidak/jarang membaca buku.
Jadi mau mulai kapan akan rutin membaca buku? itulah kalimat yang setiap mengajar selalu saya sampaikan kepada para peserta yang berbeda-beda di kelas.
by admin | May 16, 2025 | Leadership

Sumber: Cities (2018)
Memiliki jabatan sebagai “leader” belum tentu otomatis membuat seseorang jadi pemimpin yang baik. Tahun 2025, dunia kerja tidak lagi mencari sosok yang hanya bisa memberikan perintah atau mengambil keputusan dari atas. Yang dibutuhkan adalah pemimpin yang bisa menavigasi perubahan, memahami timnya, dan menjadi inspirasi dalam menghadapi tantangan baru.
Dengan teknologi yang terus berubah, pola kerja yang makin fleksibel, dan generasi tim yang memiliki cara pikir baru, kepemimpinan hari ini bukan lagi soal “siapa yang paling berkuasa” tapi siapa Yang mau melangkah bareng, saling mendukung, dan berkembang bersama.
Jadi, pertanyaannya bukan lagi: “Apakah kamu seorang leader?”, tapi “Apakah skill leadership Anda masih relevan dengan kebutuhan zaman?” Kalau kamu ingin tetap menjadi pemimpin yang dipercaya, berkembang, dan bisa membawa tim menuju hasil terbaik. Ini dia 7 skill leadership yang paling dibutuhkan di dunia kerja 2025:
1. Emotional Intelligence
Pemimpin hebat tahu gimana caranya tetap tenang saat kondisi lagi tidak stabil. Bukan berarti enggak punya perasaan, tapi tahu kapan mesti tarik napas dan berempati. Kalau kamu bisa paham perasaan sendiri dan orang lain, kamu bisa menyambungkan semua energi di tim jadi satu arah.
2. Effective Communication
Komunikasi itu bukan soal seberapa banyak kita bicara tapi seberapa dalam pesan kita bisa dimengerti orang lain. Pemimpin yang hebat bisa menjelaskan hal yang ribet jadi simpel dan tahu cara ngobrol ke tiap orang.
3. Critical Thinking
Seorang pemimpin harus bisa melihat masalah dari segala sisi, tidak mudah terpancing, dan bisa mencari solusi yang benar-benar strategis. Kemampuan ini yang membedakan seorang leader dan orang yang gampang panik. Pemimpin tidak selalu punya jawaban cepat tapi dia tahu cara bertanya yang tepat.
4. Empathy
Kemampuan seorang pemimpin untuk memahami perasaan orang lain bukanlah kelemahan melainkan sumber kekuatan. Empati membantu kita tahu kapan saatnya mendorong tim untuk maju dan kapan mereka butuh dukungan agar tetap kuat.
5. Adaptability
Perubahan sudah menjadi makanan sehari-hari. Pemimpin adaptif tak sekadar siap menghadapi perubahan, tapi juga bisa menggerakkan tim untuk tumbuh bersama dalam proses transformasi. Yang menjadi kunci adalah bukan siapa yang paling kuat tapi siapa yang paling fleksibel dan bisa beradaptasi dengan perubahan. Visionary Thinking
Pemimpin itu harus memiliki pandangan jauh ke depan. Bukan hanya mikirin target bulan ini, tapi mengajak tim untuk membayangkan masa depan yang membuat mereka semangat.Tanpa arah yang jelas, tim akan kesulitan menentukan langkah yang tepat.
6. Accountability
Semua orang bisa menerima pujian, tapi tidak semua berani menerima tanggung jawab saat gagal. Pemimpin sejati adalah mereka yang maju paling depan di tengah badai, bukan yang bersembunyi di balik tim saat masalah datang.
Kesimpulan
Di dunia kerja 2025, pemimpin tidak hanya soal punya jabatan atau kuasa. Yang lebih penting adalah kemampuan untuk beradaptasi, berkomunikasi dengan jelas, berpikir kritis, dan memahami tim. Pemimpin yang baik adalah mereka yang bisa menavigasi perubahan, menginspirasi, dan tumbuh bersama tim.
Dengan tekad dan semangat yang tinggi, setiap individu memiliki potensi untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan yang efektif, yang tidak hanya mendorong pencapaian tujuan bisnis, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan berdaya.
Jika anda merasa bahwa skill leadership Anda perlu ditingkatkan agar tetap relevan dan efektif, TALKINC hadir untuk membantu Anda melalui kelas One Day Training TALKINC Bersama dua fasilitator berpengalaman, Kamidia Radisti dan Lala Tangkudung.
Jangan lewatkan kesempatan ini. Daftar sekarang juga!
by admin | Apr 25, 2025 | Public Speaking & Communication

Sumber: Nilov (2021)
Pernah dengar orang bilang, “Angka enggak bisa bohong?” Pernyataan tersebut sebenarnya tidak salah, tapi masalahnya adalah angka juga enggak bisa bikin baper.
Coba pikirkan iklan apa yang paling membekas dalam ingatan Anda hingga saat ini?. Kemungkinan besar bukan karena data yang disajikan, tapi karena cerita di dalamnya. Bisa jadi tentang perjuangan seorang ayah, persahabatan masa kecil, atau momen haru yang sederhana tapi membekas.
Faktanya, 79% orang cenderung mengalihkan perhatiannya ketika disajikan dengan terlalu banyak teks dan data (Prezi & Poll, 2018). Mengapa cerita begitu mudah menempel di kepala, sementara grafik dan statistik cepat sekali menguap?
Yuk, kita bahas lebih dalam soal kekuatan storytelling, mengapa otak lebih suka cerita daripada data dan bagaimana Anda bisa memanfaatkannya dalam komunikasi sehari-hari.
1. Otak Lebih Aktif Saat Mendengar Cerita
Ketika kita mendengarkan sebuah cerita, otak kita merespons seolah-olah sedang menyaksikan sebuah film. Bukan hanya bagian bahasa yang aktif, tapi juga area emosi, sensorik, dan visualisasi ikut terlibat.
Artinya, cerita bukan hanya didengar tapi juga dirasakan. Hal tersebut yang membuat cerita lebih mudah diingat dan lebih kuat dampaknya daripada sekadar data.
2. Cerita Lebih Menyentuh Hati Bukan Hanya Logika
Data memberi kita informasi tentang “apa yang terjadi,” sementara cerita menjelaskan “mengapa itu penting.” Ketika orang mulai merasa peduli, mereka lebih mudah tergerak untuk bertindak.
Cerita menciptakan empati. Kamu bisa tahu bahwa 1000 orang kehilangan rumah karena bencana, tapi cerita tentang seorang ibu yang kehilangan dapur tempat ia memasak untuk anak-anaknya? Itu lebih membuat hati kita tersentuh.
3. Struktur Cerita Membantu Otak Menyusun Makna
Cerita punya pola: awal, konflik, dan solusi. Otak kita suka pola ini karena memudahkan kita untuk mengerti dan mengingat informasi.
Jika kamu ingin orang benar-benar mengerti pesanmu, ceritakan dengan cara yang menarik. Bukan hanya supaya mereka paham, tapi juga supaya mereka peduli dan gampang mengingatnya.
4. Storytelling Bisa Digunakan di Semua Bidang
Storytelling tidak hanya relevan di dunia kreatif, tetapi juga sangat efektif dalam berbagai konteks profesional. Baik Anda seorang HR yang sedang mempresentasikan ide kepada manajemen, seorang guru yang menjelaskan materi kepada murid, atau seorang karyawan yang menyampaikan proyek, bercerita dapat menjadi alat yang sangat powerful.
Melalui dari cerita, Anda bisa menyampaikan pesan dengan cara yang lebih hidup, autentik, dan dapat dipercaya, sekaligus mengurangi jarak antara pembicara dan audiens.
5. Cerita Adalah Bahasa Asli Manusia
Dari zaman purba, manusia sudah berkumpul di sekitar api unggun dan berbagi kisah. Storytelling bukan sebuah teknik baru tetapi cara alami untuk menyampaikan pengetahuan, nilai, bahkan membentuk budaya.
Jadi, saat Anda ingin menyampaikan sesuatu mulailah dengan cerita. Meskipun data menjelaskan, tetapi cerita membuat orang merasa. Dalam komunikasi, rasa itulah yang membuat pesan tinggal lebih lama.
Kesimpulan
Di tengah lautan data, cerita punya kekuatan untuk menyentuh hati dan bertahan lebih lama dalam ingatan. Meskipun angka memberikan informasi, cerita membangkitkan emosi dan menciptakan koneksi yang lebih dalam.
Storytelling tidak hanya relevan di dunia kreatif, tetapi juga sangat efektif dalam dunia profesional. Cerita adalah cara alami kita berkomunikasi, menyampaikan pesan dengan cara yang lebih hidup, autentik, dan mudah diingat. Jadi, mulai berbicara dengan cerita, karena itu yang membuat pesan Anda tetap terasa.
Siapkah Anda mengubah pesan biasa menjadi sesuatu yang menyentuh lewat storytelling? ingkatkan cara Anda berkomunikasi dan membangun koneksi lewat storytelling. Ikuti kelas-kelas di TALKINC untuk menguasai teknik public speaking yang relevan dan berdampak untuk kemajuan karier Anda. Yuk, mulai perjalanan ceritamu bersama TALKINC!
by admin | Apr 16, 2025 | TALKINC Academy

Mendaftar dan ikut kursus public speaking profesional di TALKINC jadi salah satu keputusan terbaik yang pernah saya ambil. Kenapa? karena banyak sekali ilmu dan insight yang saya dapatkan, meski awalnya sempat maju mundur dan dipertanyakan oleh banyak orang untuk apa di jenjang karir dan usia saya saat ini saya baru tergerak untuk mengikuti kursus komunikasi ini. Untunglah saya insisted dan maju terus pantang mundur.
Mengikuti kursus ini adalah pengalaman yang sangat berkesan dan membawa banyak manfaat bagi saya. Salah satu kesan mendalam yang saya rasakan adalah bagaimana kursus ini tidak hanya berfokus pada teknik berbicara, tetapi juga menggali aspek psikologis yang mendasari komunikasi yang efektif. Pengajar dengan pengalaman luas memberikan wawasan berharga tentang cara mengendalikan rasa gugup, menjaga kontak mata, hingga membangun kepercayaan dengan audiens. Team pengajar yang sangat professional namun sangat humble dan akrab, membuat teori yang disampaikan menjadi lebih mudah dipahami dan diterapkan dalam situasi nyata.
Selain itu, kursus ini juga memberikan banyak insight berharga tentang bagaimana menyusun pesan yang kuat dan berpengaruh. Salah satu teknik yang sangat bermanfaat adalah penggunaan storytelling untuk menarik perhatian audiens sekaligus menyampaikan pesan secara emosional. Saya juga belajar pentingnya mengatur intonasi, jeda, dan bahasa tubuh untuk memberikan kesan yang lebih meyakinkan. Saya merasa banyak sekali hal-hal yang belum saya tahu, walaupun mungkin saya sudah melakukan public speaking secara intensif. Di kursus ini yang menarik juga saya bertemu teman teman dari berbagai profesi, usia dan beragam karakter yang tentu saja menambah fun nya setiap kelas yang berjalan.
Terima kasih TALKINC dan semua guru yang telah berbagi ilmu dengan cara yang sangat menyenangkan namun bisa bikin kita semua ingat dan menancap! Saya sungguh bersedia kalau diminta ikutan kursus di sini lagi atau diajak kumpul kumpul alumni demi mendalami seni berkomunikasi!
Ditulis oleh Mirna Damayanti (TALKINC Professional Public Speaking Batch 103)
by admin | Mar 27, 2025 | TALKINC Academy

Berawal dari keingintahuan bagaimana sebenarnya Public Speaking yang seharusnya? Seperti apa yang para profesional dapatkan untuk Public Speaking yang baik. Dengan beberapa referensi yang mengarah pada TALKINC sebagai pilihan yang “Terbaik” dalam hal Public Speaking, dimana pengajarnya sangat profesional dan ahli di bidangnya.
Sangat exciting saat akan memulai program karena penasaran dan semangat akhirnya bisa mengetahui ilmunya seperti apa. Saat menerima buku training-nya, dilihat ada beberapa Encounter atau bab dalam tahapan pelajaran yang mengupas secara menyeluruh dari mulai Profile Mapping, Opening, Flow of Mind, Closing Speech, Body language, When Things Gone Bad, dan lainnya. Saya merasa modulnya sangat komprehensif dan setiap masuk ke encounter berikutnya penasaran seperti apa yg akan diajarkan.
Merasa lebih tertantang lagi saat setiap Encounter itu harus berpraktik dan mendapatkan feedback langsung dari ahlinya, sehingga bisa langsung mengoreksi diri apa yang belum tepat. Modul yang paling menarik adalah sesi dalam profile mapping dan when things gone bad. Kita belajar untuk memahami audience dan bisa engage dengan audience, sehingga bisa memahami apa yang akan kita sampaikan dapat diterima sesuai dengan tujuan kita.
Selain itu, mempelajari juga bagaimana mengantisipasi keadaan saat sudah tidak berjalan lancar, sehingga kita dilatih untuk bisa menghadapi beberapa skenario yang mungkin terjadi saat presentasi terjadi. Overall, belajar di TALKINC menyenangkan, semua staf ramah, sepertinya sudah dilatih juga untuk mempunyai attitude yang baik, sesuai dengan slogan di depan kaca “SMILE”. Hal tersebut otomatis membuat kita yang mau masuk ke pintu tempat training untuk SENYUM.
Terima kasih TALKINC, The Right Place to Learn.
Oleh Puri Agustinar (Public Speaking Professional Batch 103)