8 Rahasia Membangun First Impression yang Mengesankan di Tempat Kerja

frist impression

Pernah bertemu orang yang bisa langsung klik saat pertama kali berbincang? Atau sebaliknya, baru sebentar saja berinteraksi sudah merasa, “Duh, kayaknya engga nyambung deh?” Itu yang disebut dengan first impression. Hanya dalam hitungan detik, lawan bicara bisa langsung menilai kita, faktanya, kesan itu akan bertahan lama.

Di dunia kerja, first impression bisa jadi game-changer. Atasan dan kolega bisa langsung memiliki gambaran apakah kita profesional, percaya diri, dan bisa diandalkan. Oleh karena itu, jangan sampai salah langkah! Kita harus mencari tahu mengapa kesan pertama itu penting dan bagaimana cara membuat kesan pertama yang tidak terlupakan.

Mengapa First Impression Penting?

First impression itu seperti tiket masuk kita ke dunia profesional. Begitu kita melangkah ke dalam ruangan, rekan kerja bisa langsung menilai kita mulai dari cara berdiri, berbicara, bahkan bagaimana cara kita berkontak mata. Faktanya, penelitian The Center for Sales Strategy (2023) menunjukkan bahwa first impression terbentuk dalam 7 detik pertama saat kita melihat seseorang.

Kalau dalam 7 detik itu kita kelihatan ragu-ragu, kurang percaya diri, atau terkesan acuh maka first impression yang dibangun juga tidak maksimal. Sebaliknya, kalau kita bisa menciptakan first impression yang kuat, rekan kerja juga akan lebih terbuka untuk bekerja sama, mempercayai kita, dan melihat potensi diri kita.

Lalu, bagaimana cara menciptakan first impression yang berkesan?

Ciptakan First Impression yang Berkesan dengan 8 Cara Berikut Ini:

1. Tunjukkan Sikap Percaya Diri Bukan Sombong

Percaya diri itu penting tapi jangan berlebihan. Berdiri dengan tegap, jaga kontak mata, dan berikan senyuman yang tulus. Hal tersebut akan membuat rekan kerja merasa lebih nyaman dan percaya pada kita.

2. Berpakaian Profesional Sesuai Budaya Perusahaan

Menurut Copeland, A. (2023), penampilan adalah hal pertama yang harus diperhatikan. Setiap tempat kerja memiliki aturan berpakaian yang berbeda tetapi intinya tetap sama yaitu rapi dan profesional. Gunakan pakaian yang sesuai dengan budaya perusahaan, karena cara berpakaian akan menunjukkan bagaimana kita menghargai dan mewakili tempat dimana kita bekerja.

3. Gunakan Bahasa Tubuh yang Tepat

Bahasa tubuh bisa lebih kuat dari kata-kata. Hindari menyilangkan tangan karena akan terkesan tertutup dan usahakan gerakan kita tetap santai. Dengan bahasa tubuh yang terbuka, kita akan terlihat lebih hangat dan dapat dipercaya.

4. Lakukan Jabat Tangan yang Meyakinkan

Jabat tangan yang tepat menunjukkan percaya diri dan profesionalisme. Lakukan dengan hangat, solid, dan tetap jaga kontak mata agar kesan yang kita berikan semakin kuat.

5. Berbicara dengan Jelas dan Tenang

Nada bicara kita juga sangat menentukan kesan pertama. Hindari berbicara terlalu cepat, pelan, dan kaku. Pastikan suara kita terdengar jelas, santai, dan meyakinkan. Satu hal yang juga penting adalah hindari memotong pembicaraan, komunikator yang andal akan lebih banyak mendengarkan.

6. Tunjukkan Ketertarikan pada Orang Lain

Saat berbicara dengan rekan kerja baru, tunjukkan ketertarikan kita kepada mereka. Tanyakan hal-hal sederhana seperti, “Sudah berapa lama bekerja di sini? Bagaimana rasanya kerja di sini?” atau “Kendala apa yang sering dihadapi?”. Ini akan membuat percakapan kita lebih hidup dan bermakna.

7. Tepat Waktu Itu Wajib

Datang tepat waktu merupakan bukti disiplin dan profesionalisme (Copeland, A., 2023). Sebaliknya, keterlambatan bisa langsung memberikan kesan buruk yang sulit diubah.

8. Jadi Versi Terbaik dari Diri Sendiri

Kita tidak perlu pura-pura menjadi orang lain demi disukai. Keaslian itu jauh lebih otentik dan dihargai daripada kesan yang dibuat-buat. Tetap menjadi diri sendiri tapi dengan versi terbaik yang profesional, percaya diri, dan menyenangkan.

Kesimpulan

Membangun first impression yang baik di tempat kerja bukan sesuatu yang sulit, tetapi membutuhkan kesadaran dan latihan. Dengan menerapkan strategi di atas, kita dapat memastikan bahwa rekan kerja dan atasan memandang kita sebagai individu yang berintegritas dan dapat diandalkan.

Sudahkah Anda siap memberikan kesan pertama yang positif dan profesional? Bergabunglah dalam kelas-kelas di TALKINC untuk mempelajari teknik komunikasi dan public speaking yang efektif guna mendukung perkembangan karier kita. Jangan lewatkan kesempatan ini. Daftar sekarang juga!

 

 

References

Copeland, A. (2023, May 22). 19 tips to make a great impression at a new job | LiveCareer. LiveCareer. https://www.livecareer.com/resources/jobs/networking/first-days-working

MindTools | Home. (n.d.). https://www.mindtools.com/a391uhu/making-a-great-first-impression

Paparo, K. (2019, May 22). man standing near podium. Unsplash. https://unsplash.com/photos/man-standing-near-podium-XSDTr93bhBo

The Center for Sales Strategy. (n.d.). Seven Seconds to Make a First Impression — Make it Count!https://blog.thecenterforsalesstrategy.com/seven-seconds-to-make-a-first-impression

YONO: Kunci Gen Z Biar Hidup Gak Cuma Modal Nekat

Oleh : Shahnaz Haque

Istilah baru yang muncul di kalangan Gen Z saat ini adalah YONO (You Only Need One),berarti Kamu Hanya Butuh Satu. Cara ini sebagai pengganti YOLO (You Only Live Once), yang berarti Kamu Hanya Hidup Sekali. Alih-alih mengejar kesenangan sesaat, TALKINC Friends sekarang sudah mulai cerdik untuk fokus memilih satu dalam merancang masa depan. Jadi, untuk para mahasiswa, fresh graduate, dan first jobber, ini adalah saat yang tepat untuk mempersiapkan karier bersama ahlinya di program TALKINC. ​​Untuk Gen Z yang lahir tahun 1997-2012, daripada bingung atau malah #KaburAjaDulu, ikuti program persiapan kerja. Di sini, para pembaca akan dibantu mempersiapkan karier terbaik mulai dari dasar hingga siap terjun ke dunia kerja.

Gen Z saat ini adalah YONO (You Only Need One)

TALKINC Friends yang berusia 13-28 tahun pasti paham bahwa belakangan ini marak tagar #KaburAjaDulu menjadi perbincangan nasional. Karena beranggapan jika TALKINC Friends di negeri sendiri sulit mendapat lowongan pekerjaan, TALKINC sampai mempelajari keinginan dan prioritas Gen Z di tempat kerja. Berdasarkan penelitian, TALKINC Friends ingin bekerja dengan gaji yang fair sekaligus bisa menjaga mental health. Apakah memang benar, nasionalisme tidak tebal? Sederhana saja, ini bukan soal tidak cinta tanah air. Tapi tentang membangun pondasi kehidupan menuju kehidupan dewasa kelak.

Di TALKINC, para pembaca akan dibimbing langsung oleh para fasilitator profesional untuk memahami sejauh mana kemampuan dan potensi diri. Peserta akan mendapatkan Assessment, Sertifikat, Career Plan Journal, dan Training, serta wawasan berharga tentang  cara mendapatkan insentif & percepatan karier, memahami rekan kerja & membangun kompetisi sehat, meningkatkan profesionalisme & stabilitas pekerjaan, menentukan tujuan karier dengan jelas, menjaga work-life balance & fleksibilitas kerja, dan mengasah keterampilan dalam menyampaikan pendapat. Dengan pendekatan yang terarah, TALKINC akan membantu para pembaca berkembang secara profesional dan meraih kesuksesan dalam dunia kerja.

Cari kerja di perantauan atau di dalam negeri itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Para pembaca harus bisa bersaing dan bisa memilih mau #KaburAjaDulu atau berjuang di Indonesia. Kedua hal tersebut memiliki branding yang berbeda, tapi tekanannya sama. Jadi, ayo belajar hidup, Gen Z Indonesia. Di mana pun berpijak, para pembaca bisa mengharumkan! Hidup itu memang perjuangan. Gunakan akal sehat saat memutuskan sesuatu dan gunakan hati saat bertindak dan berkata. Berkomunikasi dengan baik adalah kunci kesuksesan di dunia kerja.

Kegigihan itu lebih baik dari sekadar bakat dan kecerdasan. Sikap apatis tercermin dalam perilaku yang tidak peduli serta pendekatan yang pasif terhadap kehidupan. Para pembaca yang bersikap apatis akan kehilangan gairah dan motivasi dalam pekerjaan ataupun hal lain yang seharusnya penting. TALKINC percaya bahwa komitmen para pembaca untuk menciptakan lingkungan yang lebih positif dapat menciptakan semangat untuk membawa perubahan yang lebih baik bagi komunitas yang lebih besar.

Jangan takut gagal karena itu bukan aib. Kegagalan-kegagalan yang dialami tidak pernah menjadi sia-sia karena dapat membangun daya tahan serta memberikan pelajaran-pelajaran baru. Jikalau para pembaca diam saja tidak menabur benih apapun karena khawatir benih dimakan burung, disapu hujan padahal sudah bersusah payah, para pembaca juga tidak akan memanen apapun.

Bangunlah komunikasi dua arah yang membuat orang lain merasa didengar dan dihargai hingga menumbuhkan rasa percaya. Mulailah dari diri sendiri, lingkungan kecil di sekitar, hingga sikap positif ini dapat menular dan memberikan energi kepada orang lain untuk melakukan hal yang sama. Ingin tahu lebih banyak tentang TALKINC? Temukan semua informasinya di sini!

Kursus Public Speaking di Talkinc sangat menarik bagi saya

Kursus Public Speaking di Talkinc sangat menarik bagi saya, dalam pembelajaran yang saya ikuti di Talkinc, diajarkan bagaimana urutan dari pembukaan sampai penutup dalam public speaking, serta hal-hal yang perlu diperhatikan dalam public speaking.  Dengan sistem belajar yang banyak praktek, membuat lebih terlatih untuk berani berbicara di depan umum.  Selain itu, dengan mendapatkan feedback dari para fasilitator yang sudah professional dibidangnya, menjadi pengalaman penting bagi saya untuk mengetahui kekurangan apa yang saya miliki dan bagaimana cara memperbaikinya.

Materi-materi yang disampaikan sangat bermanfaat dan penyampaian dari para fasilitator juga sangat jelas dan mudah dipahami. Suasana di kelas pun dibuat  nyaman, lalu teman-teman sekelas yang saling mendukung, membuat saya yang mudah panik, gugup dan kurang percaya diri ini lama-lama bisa beradaptasi dan lebih berpikir terbuka.

kursus public speaking talkinc

Salah satu materi Public Speaking di Talkinc yang menarik bagi saya adalah body language. Dari materi ini saya mengetahui ternyata body language ini sangat berperan penting dalam komunikasi, baik dalam situasi formal maupun non formal. Body language dapat mendukung materi/topik yang disampaikan kepada audience, serta membantu audience tidak bosan dan bisa tetap fokus. Selain itu juga dapat memengaruhi penerimaan pesan yang disampaikan.

Dian Mara – Public Speaking Batch 97

 

 

Bahaya Public Speaking tanpa Bobot dan Originalitas

Oleh Erwin Parengkuan-Founder, CEO, Strategic Communication Coach TALKINC

Public Speaking skills sangat dibutuhkan di era hyper-connected ini. Bayangkan jika seseorang memiliki keahlian yang luar biasa namun tidak memiliki kemampuan untuk mengartikulasikan dan menyampaikan apa yang ada di kepalanya kepada publik dengan menarik. Bagaimana ia dapat mengungkapkan keahlian tersebut? Selama dua puluh tahun saya menekuni profesi sebagai Professional Communication Coach, saya melihat banyak contoh dari para murid maupun peserta training memiliki kendala dalam menjadi Public Speaker yang menarik dan berbobot. Rendahnya rasa percaya diri dan mental block menjadi faktor utama terbesar mereka dengan kata-kata yang sering saya dengar, “Susah yaa bicara secara terstruktur,” “Susah ya menjadi menarik ketika tampil,” “Susah ya untuk jadi pede,” dan “susah-susah” lainnya. Ini merupakan contoh konkret ketika seseorang menolak perubahan karena tidak mau membayar harganya dengan usaha yang gigih dan konsisten. Ketika saya mengikuti pelatihan di London Business School, UK, 2 tahun yang lalu dengan materi Coaching and Leadership, saya sempat berbincang dengan seorang profesor yang membahas tentang Epigenetics (above genetic); bagaimana Nature dan Nurture akan memengaruhi hidup seseorang. Jujur, pada saat itu saya tidak paham apa yang dimaksud dan setelah selesai berbincang dengannya saya mencari tahu arti terminologi neuroscience yang mulai dibahas oleh para pakar neuroscientist dunia di awal tahun 2000-an. Intinya, bagaimana sebuah effort bila digabungkan dengan environment yang tepat akan membuat seseorang menjadi mahir di bidangnya. Hal ini menurut saya adalah jalan yang mutlak dipilih oleh setiap orang untuk menjadi sukses dan berdaya serta menonjol; termasuk kemampuan berbicara di depan publik. Sayangnya, tidak semua dari kita memiliki Mental Energy dan Mental Maps untuk mau mencintai sebuah proses yang merupakan satu-satunya kunci keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan hidup (purpose).

TALKINC mengajarkan kepada peserta untuk menjalankan 3 pilar utama dalam berkomunikasi; yang pertama adalah mengenal dirinya dengan baik yang terdapat dalam modul-modul Personal Development, dilanjutkan Communication Fundamentals yang akan saya jabarkan dalam artikel ini – setiap individu harus menguasai komponen-komponen komunikasi dengan tepat, dan diakhiri pilar Ketiga yaitu, Advancing in Public Speaking Skills. Ini adalah tahapan yang harus dilewati oleh para peserta, tidak mudah, tetapi bisa dijalankan dengan proses berkesinambungan. Ditambah lagi, kebanyakan orang memiliki kecenderungan maunya yang mudah saja. Pertanyaan berikutnya; apakah spirit shortcut juga sudah menjadi budaya masyarakat kita saat ini? Maunya serba cepat, maunya serba gampang. Aneh juga bila seseorang ingin menjadi Public Speaker yang andal tapi malas berlatih dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Di dalam kelas, saya juga mengamati kemampuan Public Speaking dari berbagai level peserta, baik itu entry level, professional, bahkan top level management. Dari data yang kami peroleh, hanya di bawah 20% yang menarik, sisanya mereka kesulitan untuk mengartikulasikan dan mengelola apa yang ada dalam pikiran dan perasaannya. Padahal, tugas seorang Public Speaker harus percaya diri, menjadi pribadi yang hangat, dapat diandalkan, serta menyenangkan. Kalau kita menelaah secara historis, bahwa bangsa kita dijajah sangat lama oleh V.O.C, ditambah

Komunikasi Otomatis atau Komunikasi Reflektif?

“Otomatis & Reflektif” 2 kata ini menunjukkan tentang respon seseorang — dalam segala hal, baik itu dalam sebuah tindakan, cara berpikir, dan tentu berkomunikasi. Saya jadi ingat buku yang dulu pernah saya baca dengan judul “Thinking Fast and Slow” dari Daniel Kahneman, penulis buku terkenal dunia yang memenangkan Nobel Memorial Prize: Economic Sciences. Dalam buku tersebut menceritakan tentang bagaimana cara kita otak kita dalam merespon ada dua system yakni sistem 1 yang cepat dan sistem 2 yang lambat. Proses berpikir otak saya mengembang dan mencari lebih lanjut maknanya setelah membaca buku tersebut.

Akhirnya saya menemukan maknanya bahwa Otomatis yaitu: tidak terkontrol, tidak perlu usaha, terasosiasi, cepat, tidak sadar dan ahli. Reflektif yaitu: terkendali, perlu usaha, deduktif, pelan, sadar penuh dan mengikuti aturan. Bagaimana kita bisa lebih baik dari waktu ke waktu, tidak otomatis tapi lebih reflektif. Contoh yang sering terjadi dalam 3 aspek kehidupan ini (berpikir, bertindak dan berkomunikasi). Kalau kita berpikir selalu secara otomatis, berdasarkan apa yang saat itu kita rasakan mungkin hasilnya selalu reaktif tanpa pertimbangan dan bisa jadi tanpa perencanaan. Misalnya pada situasi harus menjawab pertanyaan atau melemparkan pertanyaan, label yang muncul dari pihak lawan bicara kepada kita adalah kita dikenal sebagai orang yang ceplas-ceplos. Kebiasaan yang mungkin dianggap tidak memiliki pengaruh apa-apa ini justru nyatanya akan menjadi karakter seseorang yang akan semakin menebal. Sebut saja Rinta sosok yang terkenal sangat spontan, ekspresif dan menakutkan. Setiap input yang datang padanya, ia akan melawan, tanpa mencerna/reflektif terlebih dahulu. Akhirnya semua orang di sekelilingnya malas bertemu dan berbicara dengannya karena selalu merasa paling benar, paling tahu dan ngotot. Padahal usianya sudah matang tetapi sikap, pemikiran, dan cara bicaranya tidak merefleksikan usia kematangannya.

Saya dulu terkenal dengan orang yang ceplas-ceplos, mungkin sekarang masih ada kebiasaan itu yang terkadang lepas tanpa kendali. Beberapa teman dekat mengatakan saya adalah orang tidak mau dikalahkan. Sosok yang kompetitif. Saya lambat laun menyadari kekurangan itu, saya tentu tidak ingin dilabel sebagai orang yang tidak mau ngalah. Duh, sedih amat yaaa… Perlahan-lahan saya mulai mengendalikan diri saya, tidak terlalu dominan dan lebih banyak mendengar. Itu adalah saya yang memiliki kesadaran untuk merubah tabiat buruk saya. Bagaimana dengan orang-orang di luar sana yang masih terbelenggu atau bahkan tidak memiliki kesadaran akan hal tersebut? Sudalah kita kan tidak dapat merubah mereka semua. Lebih baik kita berfokus pada peningkatan diri agar jadi pribadi yang lebih baik dari waktu ke waktu.

Tentu dengan banyaknya pengetahuan yang kita miliki, akan membuat seseorang memiliki referensi yang beragam, kekayaan informasi yang dimiliki oleh seseorang akan membuat dirinya lebih reflektif dalam membawakan dirinya. Orang-orang yang terlihat cerdas, senang mengumbar pengetahuannya kapanpun dimanapun ia berada, adalah orang-orang yang masuk kategori mereka yang Otomatis. Karena ketika saya refleksikan kembali berdasarkan pengalaman berjumpa dengan orang-orang yang reflektif dengan kekayaan informasi yang mereka miliki, mereka itu tidak sok tahu, tidak menjadi “preacher” dan sangat tahu kapan perlu bertindak, dan berbicara kepada kita.

Mengasah kebiasaan reflektif menurut saya sangatlah penting. Seperti berpikir dulu sebelum bertindak, berpikir dulu ke dalam diri sebelum berkomunikasi adalah latihan terbaik agar seseorang dapat mengaktivasi fungsi otak kiri, otak kanan, dan otak tengahnya. Dengan demikian, dapat menjadi lebih responsif, lebih tenang, kapan tahu harus menekan tombol otomatis untuk hal-hal yang sudah kita ketahui dengan benar, tapi di sisi lain kita tidak reaktif. Sehingga kita menjadi pribadi yang menyenangkan.

Ditulis oleh Erwin Parengkuan