Testimoni kelas public speaking Batch 89

Saya adalah orang yang sering takut salah ketika berbicara atau berkomunikasi, apalagi komunikasi tersebut dilakukan secara professional. Meskipun saya mengetahui dan menguasai apa yang ingin dibicarakan tetapi terkadang ketakutan tersebut membuat apa yang disampaikan kurang maksimal. Ketika saya mengetahui ada kelas public speaking, saya bersemangat untuk mengikuti kelas ini karena menurut saya kelas ini dapat membantu permasalahan saya ketika berbicara di publik secara professional.

Selama mengikuti kelas, semua fasilitator menjelaskan dengan detail dan memberikan contoh yang sangat membantu untuk diterapkan di dalam day to day communication dan public speaking. Menariknya, semua materinya dikemas dengan ringkas sehingga mudah untuk dipahami dan diingat.

Salah satu materi favorit saya selama di kelas adalah The Opening Speech. Materi tersebut memberikan pehamanan bagaimana cara membuka pembicaraan/presentasi dengan baik sehingga audience memiliki interest untuk mengetahui apa yang ingin kita sampaikan. Selain itu, alasan saya menyukai materi The opening speech, karena pada saat akan mulai presentasi atau berbicara saya sering merasa bingung dan takut salah ketika memulai presentasi tersebut, jika saya bisa melakukan opening dengan baik biasanya untuk penyampaian selanjutnya saya akan lebih tenang dan percaya diri dengan apa yang saya sampaikan. Dengan materi the opening speech yang salah satu materinya adalah GISI (Greetings, Introduction, Storytelling & Interaction) ini membantu saya dalam menyusun struktur dalam memulai sebuah presentasi/ pembicaraan.

Oleh Ayu Sinta

To Find Your BEST SELF

Memberikan hasil terbaik untuk diri sendiri dan terus bertumbuh, tidak ada kata menyerah! Saya sering sekali mengucapkan kata-kata ini dalam setiap pelatihan untuk para peserta. Mungkin Anda pun pernah atau sering mendengar kata-kata ini. Suatu Minggu pagi ketika saya memiliki hasrat yang besar untuk menulis rutin, saya masih kebingungan mau menulis apa, semacam virus “writer block” yang mati gaya, mau menulis tapi tidak tahu apa yang hendak ditulis. Perspektif saya, ingin menulis yang berbeda dari tulisan-tulisan terdahulu, tapi apa? Hingga saya duduk di pojok di tempat kesukaan untuk membaca buku di teras rumah sambil memandang tanaman yang tumbuh subur serta pohon besar aneka rupa ditemani kicau burung dan semilir angin dan mulailah saya meneruskan membaca buku dengan judul “The 5 am Club” karangan motivator terkenal Robin Sharma yang telah menjual bukunya laris manis hingga 15 juta eksemplar seluruh dunia. Dalam salah satu bab diceritakan percakapan antara seorang artist dan pengemis, dan pengemis ini mengatakan apa yang ia dapatkan dari sang guru: “To find your best self you must lose your weak self.” Membaca kata-kata ini saya langsung terbakar dan berbagai macam kekurangan diri mucul dalam benak saya. Sebuah kata-kata yang sederhana, sebuah perlawanan kata: Best dan Weak yang memang saling berkaitan. Jadi saya kemudian merefleksikan diri, bagaimana seseorang bisa menjadi best self tanpa membuang weak self?

Dalam berbagai pekerjaan yang kita lakoni, hubungan antar manusia selalu menjadi jembatan terbaik, entah di kantor, di rumah, di lingkungan, dimanapun, kita tidak bisa terlepas dari hubungan itu. Dan semua masalah yang timbulpun akan muncul karenanya, yaitu hubungan yang tidak harmonis akan menjadi pematik sebuah masalah. Ketika ini dibiarkan tentu nyala api akan berkobar semakin besar. Ada orang yang memilih untuk segera bertindak memadamkan api entah bagaimana cara penyelesaiannya, ada yang memilih untuk menghindar atau kabur dari situasi ini. Manusia memang kompleks, tetapi manusia juga diberikan kebebasan untuk memilih dan menentukan berdasarkan pilihannya. Ketika kita sudah paham tentang penyelesaian sebuah masalah, dan membereskannya kemudian kita akan menjadi lebih lega dan senang. Begitupun sebaliknya bila masalah tidak selesai-selesai, pikiran kita semakin terbebani, hidup menjadi lebih berat.

Sambil berjalan ke bawah mengambil sekotak buah saya di kulkas, pikiran saya langsung mengacu kepada tulisan ini, dan menumpahkannya kepada Anda. Saya lantas berpikir, terlepas dari permasalahan yang dihadapi dengan pihak lain, seseorang untuk dapat menjadi best self tentu harus mengenal dirinya terlebih dahulu, mengenal dirinya terlebih dahulu, harus betul-betul kenal, sifat, watak, perilaku, kompetensi yang kita punya, baik, buruknya dengan sungguh jujur. Saya tahu terkadang masih memiliki ekpektasi yang besar kepada orang-orang di sekitar saya, berharap mereka juga memiliki pemahaman yang sama dengan saya, tetapi saya sadar setiap orang tidak sama, sehingga saya harus membuang perasaan ingin mengendalikan mereka, terkadang saya suka terbawa emosi ketika sesuatu tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan, dan saya harus membuang emosi itu dan dapat segera mengendalikan dan mengatasinya. Jadi ketika kita jujur dengan kekurangan yang ada di diri kita, kita akan dengan mudah secara perlahan-lahan menghilangkannya.

Akan sangat sulit buat seseorang ingin menciptakan dirinya menjadi versi terbaik tetapi tidak memiliki kesadaran akan hal-hal yang lemah ada dalam diri dan tentu akan terus ada dan dipertahankan. Sebuah kalimat dari buku itu telah menjadi motivasi terbesar saya untuk tidak lengah akan kelemahan yang kita miliki, untuk di buang jauh-jauh… sehingga ada ruang baru untuk menciptakan best self kita. Sudahkah Anda merefleksikan apa yang menjadi kelemahan pada diri sendiri untuk menjadi your best self?

Oleh Erwin Parengkuan

Echo Chambers Tantangan dalam Komunikasi Efektif?

Apakah kamu dikelilingi dengan orang-orang yang selalu sependapat denganmu? Apakah di antara teman-teman terdekatmu tidak ada satupun orang yang punya pendapat berseberangan denganmu dalam hal politik, ekonomi, agama, dan isu sosial? Sekarang coba buka media sosialmu. Apakah pendapat dan sudut pandang konten media sosialmu cenderung seragam dan jarang berlawanan dengan pendapatmu secara sosial, ekonomi, dan politik? Apakah semuanya seperti mengkonfirmasi pandangan pribadimu? Kalau kamu menjawab YA di hampir semua pertanyaan tadi, besar kemungkinannya bahwa kamu terjebak dengan yang dikenal dengan istilah Echo Chamber.

Istilah echo chamber pertama kali muncul tahun 2007 dari penulis dan aktivis Amerika, Cass Sunstein, dalam bukunya yang berjudul “Republic.com 2.0.” Echo chamber adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebuah lingkungan di mana opini, pandangan, dan informasi, hanya menguatkan dan mengonfirmasi keyakinan yang sudah ada, dan mengabaikan pandangan alternatif atau berbeda. Dalam sebuah echo chamber kita cenderung berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki pandangan yang sejalan dengan kita, mengonsumsi media atau sumber informasi yang mengkonfirmasi keyakinan kita, dan mempertahankan pemikiran kelompok yang homogen.

Apa bahayanya Echo Chamber? Dalam konteks komunikasi efektif, Echo chamber dapat memiliki dampak negatif pada kemampuan komunikasi kita. Ini alasannya:

1. Kurangnya eksposur pada pandangan yang berbeda. Ketika kita terjebak dalam echo chamber, kita cenderung hanya terpapar pada sudut pandang yang sejalan dengan keyakinan kita. Ini dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk memahami pandangan yang berbeda atau untuk berkomunikasi secara efektif dengan orang-orang yang memiliki pandangan atau pendapat yang berbeda. Kita akan menjadi close minded ketika berhadapan dengan pandangan yang bersebrangan dengan kita.

2. Ketidakseimbangan informasi. Echo chambers cenderung menyediakan informasi yang hanya menguatkan keyakinan yang sudah ada. Ketika kita hanya terpapar pada sudut pandang yang sejalan dengan keyakinan kita, kita tidak memiliki pemahaman yang mendalam tentang argumen, data, atau fakta yang mendukung pandangan alternatif. Akibatnya, ketika berkomunikasi dengan orang-orang yang memiliki pandangan yang berbeda, kita tidak memiliki basis informasi yang cukup untuk memahami dan merespons argumen tersebut.

3. Kehilangan kemampuan mendengar dengan objektif. Echo chambers dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk mendengar sebuah opini berbeda dengan objektif dan terbuka. Kita cenderung memfilter informasi dan argumen yang tidak sejalan dengan keyakinan kita atau langsung menolaknya. Ini dapat menghambat kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik, karena komunikasi yang efektif membutuhkan kemampuan untuk mendengarkan dengan objektif, menghargai perspektif orang lain, dan merespons secara terbuka.

Untuk memperbaiki kemampuan komunikasi, penting untuk kita melangkah keluar dari echo chamber, dengan cara:

1. Diversifikasi sumber informasi. Upayakan untuk mengakses berbagai sumber berita dan informasi yang memiliki perspektif yang beragam. Jangan hanya mengandalkan satu sumber atau jenis media tertentu. Cari sumber-sumber yang mewakili sudut pandang yang berbeda dan yang menyajikan berbagai pendapat. Also, read more books with various point of views, so you can have your own critical thinking.

2. Berinteraksi dengan banyak teman dan kolega dengan pandangan yang berbeda, buka diri untuk mendengarkan dan berdiskusi. Ajukan pertanyaan, dengarkan argumen mereka, dan cobalah memahami perspektif mereka. Ini dapat membantu kita memperluas pemahaman dan melihat sudut pandang yang berbeda. Komunikasi yang baik melibatkan kemampuan untuk mendengarkan dan memahami sudut pandang orang lain.

3. Jika aktif di media sosial, pastikan bahwa lingkaran media sosialmu tidak terlalu homogen. Ikuti dan lakukan interaksi dengan orang-orang yang memiliki pandangan berbeda. Change your algorithm.

Ditulis Oleh : Irina Dewi

Libur sekolah lebih bermanfaat dengan Holiday Program – Fun Learning Public Speaking bersama TALKINC

Holiday Program Public Speaking

Hai Parents,

Public Speaking merupakan hal yang kerap kali digunakan dalam keseharian anak-anak terutama di sekolah. Dalam lingkup sekolah, tidak hanya kemampuan akademik namun softskill termasuk salah satu kemampuan Skillset yang harus dimiliki oleh anak-anak Anda.

Dalam prosesnya, tampil lebih percaya diri dan berani saat melakukan public speaking masih menjadi tantangan yang dirasakan oleh anak-anak. Faktor utama yang dialami oleh anak-anak adalah mereka merasa malu dan takut untuk berbicara di depan umum. Padahal rasa nyaman saat melakukan public speaking merupakan salah satu pondasi agar anak-anak memiliki keberanian dalam menyampaikan pemikirannya dan lebih mudah untuk bersosialisasi. Lalu bagaimana caranya? Berlatih public speaking !

Parents dapat mendaftarkan Youth Public Speaking sebagai aktivitas yang bermanfaat dan seru pastinya saat libur sekolah pada Desember 2023 nanti. Dengan metode fun learning dan fasilitator yang berpengalaman lebih dari 15 tahun pada bidang psychology, radio announcer, MC & tv presenter, dan public speaker akan membantu meningkatkan kemampuan public speaking anak Anda.

Pelaksanaan Holiday ProgramYouth Public Speaking  bertujuan untuk pengembangan diri, komunikasi, public speaking , meningkatkan kepercayaan diri, dan kepemimpinan. Program ini eksklusif untuk 15 peserta sehingga membuat interaksi kelas menjadi lebih private dan intimate dengan latihan secara individu dan grup.

Tertarik mendaftarkan anak Anda? silahkan klik link : Registrasi Youth Program

Untuk informasi lebih lanjut. Sampai bertemu di Desember 2023

Testimoni Kelas Professional Public Speaking Batch 79

Tuntutan dalam dunia kerja maupun sehari-hari membuat saya ingin mengembangkan cara dalam menyampaikan materi, berkomunikasi dengan baik, maupun menghidupkan suasana saat terjadinya komunikasi. Membutuhkan waktu cukup lama bagi saya melalukan research di sosial media maupun internet tentang kelas komunikasi atau public speaking hingga saya menemukan TALKINC. Alasan saya memilih TALKINC karena materi yang sangat menarik serta pengajar-pengajar yang ada merupakan orang profesional dalam bidang komunikasi. Sudah banyak juga rekan-rekan kerja saya yang mengikuti kelas TALKINC, sehingga saya tidak ragu untuk mengambil kelas Professional Program Public Speaking.

Terdapat beberapa materi yang disampaikan dalam 8 pertemuan dengan pengajar yang beragam sehingga dapat memberikan ragam sudut pandang profesional juga dengan pesertanya. Awal mula mengikuti kelas, saya cukup ‘kaget’ karena peserta dituntut untuk aktif dan melatih public speaking dari awal pertemuan. Namun, seiring berjalannya waktu dengan tuntutan tersebut membuat saya praktik secara langsung bagaimana menjadi public speaker yang baik dengan berbagai aspek penilaian seperti body language, flow of mind, intonasi berbicara, cara berpresentasi, dan lain sebagainya.

Dari semua kelas yang saya ikuti dengan para pengajar (mas Edo, mas Addry, mas Willy, mas Imam, mas Erwin, dan mas Rio) yang beragam memiliki kesan tersendiri yang tidak bisa dilupakan, saya banyak sekali belajar di setiap pertemuannya. Namun, ada satu kelas yang saya sangat ingat karena topik tersebut merupakan kelemahan saya, yaitu closing speech. Setiap saya melakukan presentasi atau menjadi pembicara maupun menjadi MC dalam berbagai acara, saya tidak memiliki kemampuan dalam memberikan closing yang berkesan untuk peserta. Cukup banyak kesalahan yang saya lakukan dalam pertemuan kali ini, namun Mas Imam Prabowo selaku pengajar memberikan banyak sekali pengetahuan akan closing speech ini dari yang berkesan, lucu, dapat mempengaruhi orang, dan masih banyak lagi.

Sebenernya masih banyak kesan mengenai pengalaman saya selama mengikuti kelas TALKINC yang tidak cukup saya sampaikan dalam tulisan singkat ini. Penyampaian yang dilakukan pun sangat menarik dan beragam sehingga membuat saya & teman-teman di kelas untuk terus mengikuti penyampaian materi yang diberikan. Terima kasih, TALKINC semoga terus maju dan sampai jumpa di kelas-kelas selanjutnya!

Oleh : Tara Nadira

Penyunting: Alyezca Disya Rahadiz