Materi Practice Makes Perfect sangat menarik di kelas Public Speaking

Memiliki kegiatan rutin di Hari Sabtu selama 9 (Sembilan) kali dibutuhkan komitmen bagi saya. Bayangin aja, yang biasanya tiap weekend bisa bangun siang, weekend gateaway, pulang kampung ke Jogja, setelah daftar Kelas Public Speaking berarti jauh-jauh tuh mimpi liburan atau bangun siang di Hari Sabtu. So, it’s quite challenging for me! Decision has been made, so let’s go to TALKINC every Saturday!

Berbicara memang sangatlah mudah bagi orang-orang yang cerewet, tetapi cerewet belum tentu menandakan bahwa Ia memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik. Dengan seringnya diminta untuk presentasi di hadapan Direksi dan stakeholders, maka menata cara penyampaian pesan juga harus diperhatikan.  Apalagi kalau sudah nervous, buyar semua tuh tadi yang mau diomongin.

Perubahan teknik berkomunikasi, di dukungnya kemajuan teknologi, dan keberadaan sosial media terkadang membatasi kita dalam mengungkapkan pendapat. Menyampaikan pesan secara tidak langsung (melalui whatsapp, email atau artikel) juga tidak mudah, karena dituntut untuk memiliki kemampuan menulis dengan baik.

4 (empat) jam Sesi “Practice Makes Perfect” di kelas Public Speaking yang dibawakan oleh Mas Erwin Parengkuan, kami ditantang untuk role play presentasi. Materi ini menurut saya merupakan summary dari kelas-kelas sebelumnya yang tidak kalah menariknya. Kelebihan dan kekurangan setiap peserta dicatat secara detail. Pemaparan materi dijelaskan secara terstruktur dan lugas. Bagaimana menggunakan tools saat presentasi, sikap saat Greetings, pentingnya profiling dan mapping saat persiapan, tujuan presentasi mempengaruhi context dan content materi yang akan dibawakan.

Di akhir sesi, Mas Erwin Parengkuan membacakan satu artikel tentang pemain sepakbola, dan kami ditantang untuk menceritakan kembali secara bergantian dan melanjutkan apa yang sudah disampaikan peserta sebelumnya. Tentunya harus dalam konteks Preparation, Structure (GISI, 3W, and SuReP) serta Impact nya. Hal seperti ini menyenangkan, dituntut untuk berpikir cepat dan tepat. Nah, lagi-lagi mau ngomong aja musti mikir, but it was super fun! 

Ternyata, menantang diri sendiri untuk 9x Hari Sabtu bangun lebih pagi dan mengikuti Kelas Public Speaking ini berdampak positif untuk saya; bertemu dengan teman-teman baru, belajar memperbaiki kemampuan komunikasi, belajar introspeksi diri tidak hanya saran dan kritikan yang diungkapkan oleh para fasilitator untuk diri sendiri tetapi juga belajar dari teman-teman serta belajar bagaimana mengkontrol nervous sebelum presentasi.

Write The Way You Talk As MC TV Presenter

Menulis.
Hmm… Bagi sebagian orang, ini ‘pekerjaan’ berat. Begitu juga bagi banyak siswa reguler class PROFESSIONAL MC TV PRSENTER TALKINC.

 

Mau jadi MC, kok malah disuruh nulis?”
“Liat rundown, langsung ngomong aja bisa, kok…”
“Aku sih mending disuruh ngomong berjam-jam deh, daripada disuruh nulis satu paragraf.”
“Helooooww… kerjaan dua kali kaleee kalo mau ngemsi harus bikin naskah dulu…”
“Nulis naskah? Uh lalaaa… gubraxxx!!! “

Kalemmm Mas Brooo, Mbak Sis…. Tarik nafas, buang nafas…. Sudah tenang?
Ok… Jadi begini…

 

Kemampuan berbicara, memang sudah Tuhan kasih lebih dulu sejak usia kita masih bulanan; sedangkan kemampuan menulis, baru bisa kita miliki setelah sekolah. Wajar, kalau kita lebih pandai ngomong dari pada nulis. Tapiii… Ngomong dalam kaitannya dengan public speaking, enggak gampang juga. Itulah sebabnya kenapa Talkinc juga menyelenggarakan kelas Public Speaking. Jadi intinya, untuk menjadi MC atau host atau presenter, atau pembicara, harus memiliki keahlian berbicara yang tidak hanya mengandalkan talenta. Karena “berbicara”nya seorang pembawa acara, bukan sekedar berbicara layaknya ngobrol dengan teman.

“Berbicara”nya MC adalah “berbicara” yang berkaidah, harus memperhatikan berbagai aspek: Materi pesan yang akan disampaikan, khalayak yang dituju, gaya bahasa penyampaian, pilihan kata, intonasi, durasi , speed, dan penampilan.

Nah, dengan batasan kaidah yang banyak itu, bisakah kita bicara tanpa naskah?
Jawabannya, bisa. Tapiii.. rasanya hanya orang-orang pilihan yang diberkahi ‘gift’ dari Tuhan yang akan mampu, ataaaauu… mereka yang sudah lama malang melintang (memiliki jam terbang yang banyak) di bidang per-MC-an. Kalau kita bukan dari dua kelompok di atas dan tetap mau ngemsi tanpa naskah, ya monggo… Silakan bandingkan hasilnya dengan mereka yang menyiapkan pekerjaan MC-nya dengan membuat naskah terlebih dahulu.

Pertanyaan selanjutnya adalah: Memangnya pihak stasiun televisi atau event organizer penyelenggara acara tidak menyediakan naskah untuk MC? Jawabnya: Tidak semua.

Oke, jadi, harus belajar membuat naskah, ya? Iya. Sekali lagi, iya. Percayalah, belajar membuat naskah di kelas HOW TO CREATE YOUR SCRIPT, tidak sehoror yang dibayangkan (kalau tidak percaya, boleh tanya tetangga sebelah, hahaa….). Materi utamanya adalah membuka kotak pandora tempat ide-ide berkeliaran; membuka simpul kusut saat mau memulai kata pertama; dan selanjutnya adalah merangkai kalimat-kalimat ujaran sesuai prinsip “Write The Way You Talk”.

InsyaAllah, meski agak senam otak, di akhir pembelajaran, siswa pasti bisa membuat naskah kata per kata. Hah??? Naskahnya harus kata per kata? Iya. Tapi, meski dibuat kata per kata, pada saat bertugas nanti, naskah di cue card tidak dibaca word by word . Fungsi naskah hanya sebagai primary supporting tool, yaitu sebagai alat pendukung utama, membantu kita saat ada bagian yang kita lupa. Lalu, kalau tidak dibaca, apakah harus dihapal? Tidak juga, karena ketika kita menyusun kata-kata sendiri di naskah, lalu membacanya, merevisinya, membacanya lagi, merevisinya lagi, secara tidak sengaja, kita sudah ‘menanam benih’ dalam memori. Ingat, menulis adalah menguatkan ingatan.

Dengan menyiapkan naskah terlebih dahulu, kita bisa membuat pemetaan di bagian mana (segmen berapa, slot ke berapa) pesan utama harus ditekankan, jokes harus dilontarkan, suasana khidmat harus dibangun, atmosfir ceria harus dibangkitkan. Dengan membuat naskah terlebih dahulu, kita bisa mencari pilihan kata yang lebih tepat, bridging sentence yang lebih nyambung, dan yang paling penting dari itu semua adalah kita bisa membuat acara yang kita bawakan memiliki jiwa (soul) dan penuh dengan nilai (value).

Jadilah MC yang mampu memberi “isi” pada acara, bukan hanya sekedar MC yang cuma bisa ngomong: “Demikian tadi…. Selanjutnya adalah….”.

Regards,
Lia Halim – Fasilitator TALKINC

Out Of Your Comfort Zone as MC-TV Presenter

Sebagai seorang remaja berusia 18 tahun, tentu saya memiliki zona nyaman diri saya sendiri. Menurut saya, usia ini adalah fase yang tepat untuk mempersiapkan segala hal yang diperlukan untuk dewasa nanti yaitu dengan cara menciptakan pengalaman-pengalaman baru di hidup saya. Dengan saran dari orang tua, saya mengikuti Talkinc yang tentunya dengan kemampuan yang sangat minim.

Saya belum pernah menjadi MC satu kali pun. Kalau perihal public speaking, bisa terbilang lumayan. Akhirnya, saya memutuskan untuk mengikuti kelas MC-TV Presenter. Hanya dengan bermodalkan tekad dan nekad. Saya percaya bahwa langkah yang saya ambil tidak salah. Karena TALKINC merupakan wadah pengembangan diri yang berkualitas.

Materi yang paling saya sukai adalah Encounter 3 oleh Miss Kamidia Radisti mengenai Teaming with Your Partner. Figur yang sangat menginspirasi, rendah hati, dan menyalurkan energi positifnya setiap saat namun dengan penampilan yang santai dan terkesan effortless. Ia sosok pengajar yang mampu melihat potensi setiap muridnya tanpa memandang sebelah mata.

Saya paham betul betapa sulitnya menjadi MC, sehingga pada awalnya materi ini terkesan lebih sulit karena mengajarkan kita bagaimana melakukannya bersama dengan orang lain atau partner yang bisa jadi berbeda pemikiran dengan kita. Namun dengan pengajar yang berkompeten, saya dapat menyerap materi yang terkesan sulit menjadi lebih mudah.

Saat itu, kami memutuskan untuk menjadi MC Music Awards sehingga kami harus bernyanyi bersama pada bagian awalnya. Ternyata bukan suatu hal yang buruk untuk MC bersama orang lain. Bahkan saya dapat menemukan potensi teman-teman saya yang tidak pernah saya tahu sebelumnya dan tentunya mengembangkan potensi yang saya miliki. Yang terpenting adalah mau keluar dari zona nyaman dan yakin pada diri sendiri bahwa dengan niat dan cara yang tepat, tiada yang mustahil. Terimakasih TALKINC!

Sharing fasilitator di kelas MC TV Presenter

Pengalaman menjadi Fasilitator Talkinc dr awal 2012 banyak memberi manfaat buat saya.Tidak hanya berbagi pengalaman,tapi juga mendapat banyak pengalaman baru. (Termasuk memberikan “nama panggung” untuk peserta).

Membimbing peserta untuk siap menjadi MC/Presenter professional.

8 module yg diberikan melalui teori & praktek dan diakhiri dengan ujian dengan sertifikasi,dari mulai persiapan menjadi seorang MC & Presenter,cara interview yg baik sampai cara berpenampilan dan bersikap selalu humble membuat peserta siap tampil secara professional.

Mengikuti kemajuan peserta sampai akhirnya beberapa diantaranya tampil di stasiun televisi dan tampil dalam panggung2 acara,sungguh kebanggaan yang luar biasa untuk saya.

Dian Eka Puspitasari MC TV Presenter Batch 91 : “Materi membuat script sangat membantu”

Selama saya mengikuti training MC dan Presenter ini, materi yang paling membantu saya adalah membuat script. Ibu Lia Halim mengajarkan bahwa sebagai “calon” MC Professional kita harus menulis sendiri scriptnya, untuk mempermudah kita menguasai materi acara. Dalam penulisan script juga harus dituliskan kata –kata seperti nah, ooh, masa., tidak hanya point-pointnya saja, sehingga kita sebagai MC pemula tidak akan mengalami momen “blank ” saat memandu sebuah acara.

Dalam penulisan skrip, ini juga dijelaskan tahap-tahapnya, dari pembukaan, ice breaking, bridging, sampai penutup. Hal yang selalu ditekankan adalah jangan jadi MC terima kasih dan acara selanjutnya, perkaya script dengan informasi tentang materi acara atau hal-hal yang personal pengundang acara, seperti: lagu kesukaan, makanan kesukaaan, dll.

Praktek membuat script juga cukup berkesan, saya juga dapat beberapa koreksi, salah satunya tidak nyambung, antara kalimat, sehingga membingungkan bagi yang mendengar, ini menjadi kelemahan saya yang harus diperbaiki. Ibu Lia juga menjelaskan, pembuatan script itu gampang gampang susah, semakin sering membuat script, semakin baik kemampuan kita menulis, semakin baik menyikapi situasi saat memandu acara.

Menjadi MC dan TV presenter tidak hanya memilki fisik yang menarik, tetapi juga mempunyai kemampuan yang mumpuni untuk memahami kliennya. Kata-kata yang dikeluarkan harus berisi disesuaikan dengan tema acara. Membuat script yang baik menjadi salah satu modal yang harus dimiliki MC professional.

Testimoni Kelas Reguler Public Speaking Batch 62 “Deddy Machdan”

9 hari Sabtu saya lalui di Jalan Kendal no. 18 A-B, Menteng, Jakarta Pusat. Setiap pagi di hari Sabtu saya harus bangun subuh demi mengejar kereta Bogor menuju stasiun Dukuh Atas. Demi apa? Demi duduk manis di dalam kelas selama 4 jam full mendengarkan penuturan para fasilitator training Public Speaking. Sounds like a torture, huh?

Well, apparently it is not that bad, at all. Materi ‘pelajaran’ sangat mencerahkan, dan most of the time juga menghibur. Fasilitator penuh insights, selalu siap berbagi pengalaman tentang banyak hal yang tidak kita dapat dari teori, teman-teman di kelas yang asyik dan menyenangkan, serta kopi sachet gratis yang disediakan di depan kelas, menjadi sebuah support system yang komplit. What a bless.

If I am to a have a thing to regret is probably not be able to be taught by Erwin Parengkuan and Rebecca Tumewu, the founder. It would be great to attend their knowledge sharing and get some inputs directly from the masters. But overall, what Talk Inc. has that others don’t, is the whole package (system, content, experts, place and people); they are fun, they are good, and they are ‘talk-ing’ to us in such personal ways.

Talk Inc. is definitely a school I would recommend!

Keterampilan Esensial Public Speaking dalam Komunikasi Efektif

Tahukah anda bahwa komunikasi adalah suatu aktivitas timbal balik? Satu pihak menjadi penyampai pesan sedangkan pihak lainnya menjadi penerima pesan. Dalam Public Speaking komunikasi efektif terjadi apabila pesan yang disampaikan dapat diterima secara lengkap dan utuh, serta tidak terjadi kesalah pahaman.

Umumnya dalam memahami komunikasi efektif, kita menitik-beratkan pada pembicara atau pemberi pesan. Padahal pihak yang tidak kalah penting dari itu adalah pendengar. Seringkali kesalah-pahaman terjadi ketika pendengar salah menerima dan menafsirkan informasi yang disampaikan. Mengapa bisa demikian? Jawabannya sederhana, kita tidak menaruh cukup perhatian kepada pesan yang sedang disampaikan. Oleh karena itu, diperlukan suatu keterampilan bagi pendengar, yaitu Active Listening.

Active Listening atau mendengar aktif adalah upaya secara sadar untuk tidak hanya mendengarkan kata-kata yang orang lain sampaikan tetapi yang terutama adalah untuk menangkap pesan lengkap yang dikomunikasikan. Bagaimana cara kita dapat mendengar aktif?

1. Menyimak, perhatikan lawan bicara dan jaga kontak mata. Berusaha mengabaikan distraksi lingkungan.
2. Tunjukkan bahwa kita mendengarkan dengan cara sesekali mengangguk, menunjukkan dukungan melalui ekspresi wajah dan komentar verbal seperti, “Benar” dan “Iya”.
3. Berikan feedback, meskipun kita berusaha mendengarkan tetapi asumsi pribadi dapat mempengaruhi apa yang kita pahami. Bertanya untuk mencocokkan pemahaman.
4. Hindari menghakimi, interupsi membuang waktu. Lebih baik kita mempersilahkan lawan bicara untuk menyampaikan pesan secara utuh baru kemudian bertanya.
5. Tanggapi dengan tepat, mendengar aktif bertujuan untuk mendorong rasa menghargai dan pengertian, bukan untuk menyerang lawan bicara.

Mendengar aktif memerlukan banyak konsentrasi dan tekad. Kebiasaan lama memang sulit untuk ditinggalkan, akan tetapi kita harus memulai untuk menjadi komunikator yang lebih baik. Mulailah menggunakan keterampilan mendengar aktif untuk meningkatkan produktivitas di tempat kerja, dan membina hubungan yang lebih baik.

Media Sosial dan Perubahan Cara Berkomunikasi

Perkembangan teknologi dan kemudahan akses internet berdampak pada tren penggunaan media sosial. Lebih jauh lagi, tren penggunaan media sosial juga berdampak pada perubahan cara komunikasi interpersonal kita. Menurut Paul Booth, PhD (2013), seorang profesor Fakultas Komunikasi di DePaul University Chicago, setidaknya terdapat tiga isu yang muncul terkait peran media sosial dan cara kita berkomunikasi. Pertama, kita berkomunikasi via media sosial kita cenderung mempercayai lawan bicara sehingga pembicaraan menjadi lebih terbuka.

Kedua, koneksi sosial tidak sekuat komunikasi tatap muka sehingga kita tidak terbiasa untuk membina hubungan yang lebih mendalam. Ketiga, kita cenderung memilih untuk berinteraksi dengan lawan bicara yang sependapat dengan kita sehingga cara pandang kita menjadi kurang luas dan terbatas.

Lalu bagaimana media sosial mengubah cara kita berkomunikasi?

1. Keberadaan media sosial menciptakan rasa urgensi dan kebutuhan untuk berbagi. Prinsip dasar komunikasi adalah kita mengirimkan pesan dan kemudian menerima umpan balik. Keberadaan Instagram dengan fitur Stories yang hanya bertahan selama 24 jam memunculkan kebutuhan untuk segera merespon secara real time.

2. Media sosial membuka perspektif mendalam mengenai tempat-tempat yang jauh. Kita dapat menampilkan cuplikan dunia kita melalui media sosial dan siapapun di internet dapat melihatnya serta melakukan hal yang sama. Dengan demikian, tempat-tempat yang dahulu terasa jauh menjadi dapat kita lihat tanpa harus kita datangi.

3. Melalui media sosial kita juga dapat mengakses cerita lengkap dari suatu informasi, bukan hanya potongan atau cuplikan. Media sosial telah begitu berkembang, tidak hanya tulisan, kita juga dapat mengunggah gambar dan video.

4. Media sosial juga membuat pesan digital menjadi lebih pribadi dengan adanya fitur gambar, tulisan, stiker, dan filter. Kita dapat berkreasi dengan menambahkan sentuhan personal pada setiap konten yang akan kita tampilkan di media sosial.

5. Selain menjadi salah satu jalur komunikasi, media sosial juga membawa warta berita kembali ke kehidupan Milenial. Warta berita yang dikemas singkat dan padat, penggunaan tagar di media sosial membuat persebaran warta berita menjadi sangat cepat dan massive.

6. Sosial media memberikan kemampuan untuk menyebarkan momen secara langsung (live). Hal-hal yang sebelumnya tidak pernah terungkap, kini dapat diakses semua orang. Ini membuka perspektif baru dalam berkomunikasi dan dapat dijadikan momentum untuk perubahan ke arah yang lebih baik.

Media sosial saat ini telah mengubah cara kita berkomunikasi, menciptakan peluang baru untuk citra diri dan pembelajaran, bahkan memberi kesempatan untuk menampilkan kepribadian kita kembali ke dunia digital.

“Strategi Public Speaking” Bagaimana membangun kepercayaan diri sendiri sebagai pembicara?

Seorang pembicara yang sukses tahu cara membangkitkan kepercayaan dalam dirinya sebaik ia tahu cara membawakan pridato dan presentasinya. Mereka sadar apalah artinya kata-kata yang hebat apabila tidak disertai keyakinan pada saat menyampaikannya.

Ada 3 (tiga) strategi Public Speaking yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan diri anda sebagai pembicara, yaitu :

1. Kembangkan sikap matang dalam diri anda (be mature)

Sikap yang matang meliputi : kecerdasan emosional, kematangan usia, dan gambaran diri yang positif terhadap diri sendiri.

2. Kenali dan kendalikan penghambat kepercayaan diri (combat your hidden enemies)

Hidden enemies meliputi cara berpikir dan merasakan, cara mengungkapkan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan, dan cara menempatkan diri dihadapan orang lain.

3. Atasi rasa takut dan cemas saat berbicara (overcome fear)

Mengatasi rasa takut meliputi cara mengendalikan ketakutan berbicara di depan umum, dan mengalahkan rasa takut untuk memenangkan hati hadirin.

Komunikasi yang baik di dalam Public Speaking

Didalam Public Speaking, komunikasi yang baik menyampaikan apa sesungguhnya pembicara pikirkan dan rasakan. Ada situasi-situasi tertentu dimana pertimbangan adalah pilihan yang tepat daripada mengungkapkan secara gamblang apa yang kita pikirkan dan rasakan. Tapi umumnya komunikasi akan lebih efektif apabila kita berterus terang. Agar tercipta atmosfer pembicaraan yang dilandasi kepercayaan, seorang pembicara harus mampu menciptakan presentasi dimana dia dan hadirinnya saling :

1. Berbagi informasi dan pengalaman

2. Mengatakan kebenaran dan kejujuran

3. Mengakui kesalahan

4. Memberi dan menerima tanggapan yang membangun

5. Berbicara dengan tujuan baik, bukan untuk menguji atau menjatuhkan .

6. Konsisten baik antara kata demi kata, ide demi ide, maupun antara pemikiran, perkataan dan tindakan.