5 menit jago prinsip dasar efektif komunikasi

Seringkali kita mengalami gagal dalam berkomunikasi. Padahal, komunikasi telah menjadi hal yang sangat lumrah bahkan dari kita sewaktu bayi. Komunikasi dengan orang lain menjadi hal mendasar manusia sebagai makhluk social. Namun di dalam dunia kerja, masalah komunikasi menjadi masalah yang sering dihadapi. Masalah komunikasi sangatlah beragam, mulai tidak percaya diri, tidak dapat menyampaikan secara jelas pendapat bahkan presentasi produk, ataupun bermasalah dalam menentukan personal branding. Permasalahan serta tantangan terus muncul ketika pekerjaan menuntut untuk memiliki kemampuan komunikasi yang baik.

Ketika memperoleh kepercayaan dari perusahaan untuk mewakili ataupun menjelaskan perusahaan dalam sebuah presentasi di seminar. Tentu bagi sebagian orang yang belum terbiasa dengan public speaking menjadi masalah yang besar. Masalah-masalah muncul ketika pembicaraan kita yang tidak terarah, komunikasi bersifat satu arah, terburu-buru atau tiba-tiba demam panggung duluan.

Penting untuk diingat bahwa di dalam sebuah menyiapkan presentasi ataupun menjelaskan produk pada klien, kita memerlukan modal dasar untuk mempersiapkannya agar menjadi lebih efektif. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan guna meningkatkan kemampuan komunikasi agar lebih efektif, antara lain :

a. Tujuan

Hal pertama yang diperhatikan adalah mengetahui mengenai audiens yang dihadapi. Memahami audiens menjadi hal yang penting, untuk diketahui karena pastilah konten komunikasi dengan staff akan berbeda apabila berkomunikasi dengan Direktur. Setelah kita lebih dulu memahami audiens, sehingga memudahkan kita dapat menyusun konten komunikasi yang pas.

b. Konten

Setelah mengidentifikasi mengenai audiens. Selanjutnya kita membahas konten. Konten mungkin menjadi sebuah hal yang utama dalam sebuah presentasi. Namun di dalam konten tetap memiliki hal-hal yang perlu diperhatikan oleh speaker. Konten terdiri dari 3 komponen : Opening, Body Content dan Closing. Opening menjadi hal yang sangat penting. Hal ini dikarenakan audiens akan menilai layak/tidaknya speaker tersebut mendapatkan attention, terlihat dari 7 detik pertamanya membuka sebuah presentasi. Sehingga opening menjadi hal yang penting. Gunakan fakta-fakta yang unik dalam membuka sebuah presentasi, sehingga audiens tetap penasaran dengan body content yang akan dibahas. Sekarang, kita beralih ke body content. Body content memerlukan pengemasan sedemikian rupa sehingga terjadi interaksi antara audiens dan speaker. Sehingga terjadi interaksi dua arah selama presentasi. Pada bagian closing, kita memerlukan kata-kata penutup yang bagus sehingga dapat diingat oleh audiens. Closing dapat dikemas melalui quotes-quotes yang menarik dan sesuai dengan konten. Pemilihan kata-kata untuk closing sangatlah penting, agar audiens dapat mengingat isi dari presentasi kita. Sehingga diperlukan pemilihan kata-kata yang tepat dan gampang diingat.

c. Vokal

Suara dan intonasi menjadi hal yang mungkin dianggap sepele oleh mayoritas orang. Namun nyatanya menurut penelitian, body language dan suara mendapat persentasi yang cukup banyak dalam meng attract perhatian audiens. Menurut penelitian Mehrabian Study (1967 – 1972) berpendapat bahwa body language dan how you say it memiliki persentase hampir 80% menjadi bagian yang penting dalam sebuah presentasi. Hanya sebanyak 7% kita berkomunikasi berdasarkan words, 39% berdasarkan suara dan intonasi dan 55% berdasarkan perilaku non verbal. Maka, intonasi, vocal sampai body language sangat perlu diperhatikan dan menjadi hal yang penting dalam presentasi.

Harus PD menghadapi Persaingan MEA dan Dunia Internasional

“Harus PD, harus PD” demikian kata Jenar berkali-kali ke dirinya. Jenar adalah mahasiswa tingkat akhir yang akan melakukan presentasi didepan para dosen dan teman-teman kelasnya. Pada akhirnya, apa yang sudah dipersiapkan dengan matang oleh Jenar, tidak berhasil ditampilkan. Jenar merasa gagal, dan kondisi ini yang membuat ia selalu makin takut presentasi.

Melihat contoh diatas, bisa jadi kondisi ini juga pernah atau sering kita alami, ketika ingin berbicara dengan orang lain, kita menjadi takut dan kerapkali membandingkan potensi yang kita miliki dengan orang tersebut, apakah dia lebih berpengetahuan dan berpengalaman atau membandingkan strata ekonomi bahkan beberapa orang membandingkannya dengan kondisi fisik. Akhirnya membuat apa yang sudah kita persiapkan dengan matang menjadi sia-sia.

Sebagian orang punya rasa Percaya Diri yang baik, ada yang merasa masih jauh tertinggal, masih ragu dan malu untuk menyampaikan gagasan atau sekedar memberikan komentar. Seperti Jenar yang akhirnya merasa gagal dalam presentasi karena kemampuan bicara yang kurang baik karena minimnya Percaya Diri.

Percaya Diri, bila kita uraikan maknanya adalah Percaya akan kemampuan Diri untuk tampil dan bicara. Di dalam meningkatkan rasa percaya diri, terdapat 3 komponen yang mempengaruhi, yaitu self esteem, self image dan social image. Pengertian dari self esteem merupakan value yang ada di dalam diri seseorang. Nilai ini yang menegaskan individu menjadi baik dan berharga. Self image adalah citra diri yang kita tampilkan, baik berdasarkan pengalaman maupun internalisasi orang lain. Sedangkan, istilah social image yang cukup umum didengar adalah proses dimana orang melihat dan menerima kita sebagai individu. Ketiga komponen tersebut merupakan hal-hal yang mendasari rasa kepercayaan diri pada seseorang.

Dari uraian diatas, bahwa semua manusia hakikatnya mempunyai kemampuan atau potensi yang sama, tidak terkecuali, bahkan bila kita lihat salah satu pianis handal, Hee ah Lee dari Korea Selatan yang mahir bermain Piano hanya dengan menggunakan keempat jari tangannya. Terlahir dengan ketidaksempurnaan yang dimilikinya, Hee ah Lee lahir hanya memiliki 4 jari tangan dengan kaki yang hanya sebatas lutut. Bahkan untuk bermain piano saja, Hee Ah Lee sengaja meninggikan pedal piano agar tetap terjangkau olehnya. Keterbatasan fisik itu, tidak menjadikan Hee ah Lee patah semangat dalam membuktikan potensinya sebagai seorang pianis handal. Hee ah Lee telah membuktikan kemampuannya dengan mendapatkan sederet penghargaan atas keterampilannya dalam bermain piano.

Di Talkinc kami menyadari dan percaya bahwa setiap individu mempunyai kemampuan dan potensi diri yang baik, untuk itu proses pengenalan diri menjadi penting, dengan membuka diri dan mengetahui apa saja yang menjadi
kekuatan kita, mengetahui nilai-nilai hidup dan kebaikan bagi sesama, sehingga kita dapat menilai diri kita sebagaimana mestinya. Hal sederhana adalah memahami hal yang membuat kita merasa menjadi manusia yang utuh, mulai dari hal apa yang membuat kita bangga akan diri kita baik dari sisi mental, pengetahuan, persiapan yang telah dilakukan dst. Proses ini menjadi penting karena kita akan mengetahui hal-hal apa saja yang perlu ditanamkan dan dikembangkan, sehingga disisi lain kita akan mengembangkan potensi lainnya yang belum dimaksimalkan.

Kemampuan mau belajar menjadi penting untuk membuka diri dan menggalinya. Karena kebanyakan orang yang tidak percaya diri adalah kurang mampu menilai dirinya, tidak tahu siapa dirinya serta tidak mengenal dirinya dengan baik, sehingga potensi diri tidak dikembangkan dengan baik. Padahal bisa saja, masih banyak sekali potensi yang ada dalam diri kita, namun belum ter-eksplore dengan baik. Dengan demikian, percaya diri adalah kunci atau syarat utama dalam menunjukkan potensi yang dimiliki tiap individu.

Ketika seseorang sudah Percaya Diri, ia akan dapat berani bicara dan menyampaikan apa yang menjadi buah pikirannya atau sekedar membuka pembicaraan dengan orang lain. Mulailah dari hal yang sederhana seperti berani memulai pembicaraan kepada orang lain saat antri disebuah antrian. Tindakan kecil seperti ini mungkin terlihat sederhana, namun dapat memiliki impact yang besar ketika kita sering melalukannya.

Jadilah pribadi yang percaya diri dan berani untuk menyampaikan gagasan atau pendapat kita. Sayang sekali bila setiap individu mengabaikannya, karena Rasa Percaya Diri adalah komponen Utama seseorang untuk hidup dan menjadi
Pribadi yang lebih baik lagi, yang siap menjawab tantangan dan tuntutan jaman, terlebih untuk menghadapi kompetisi Tingkat Asean ataupun dunia Internasional.

Effective Communication & Public Speaking Skills for BNI

Bank BNI adalah klien TALKINC sejak tahun 2013, dimana sebelumnya TALKINC pernah mengadakan pelatihan dengan pihak Bank BNI untuk para Teller & Customer Service. Di tahun ini Bank BNI mengadakan pelatihan kembali dengan TALKINC dimana pesertanya berasal dari jajaran Managerial & Assitant Vice President. Maksud dan tujuan pelatihan ini adalah untuk mengupgrade kemampuan peserta dalam berkomunikasi. Walaupun para peserta sudah berpengalam dalam public speaking, peningkatan kemampuan serta konsep-konsep baru dan modern tentang Public Speaking semakin memperkaya kemampuan mereka melalui pelatihan bersama TALKINC.

Training ini diadakan selama 2 hari, dihari pertama dibawakan oleh main facilitator TALKINC yaitu Mas Bona Sardo dimana materi yang disampaikan adalah tentang Boosting Confidence dan understanding people & professional positioning. Seperti biasa sebelum sesi dimulai, Mas Bona Sardo memberikan pertanyaan satu persatu sebelum masuk ke materi yaitu “Bagaimana caranya meningkatkan rasa percaya diri?” disini fasilitator memberikan contoh-contoh dan penjelasan bahwa cara pertama kali yang harus dilakukan adalah pahami dahulu diri kita.
Kemudian fasilitator meminta kepada peserta untuk melakukan aktifitas dengan meminta peserta untuk mengambarkan dirinya disebuah kertas flip chart. Dari gambar yang mereka tulis dan deskripsikan, peserta diminta untuk memberikan tanda panah dimana letak kekuatannya pada gambar yang sudah dibuat, lalu fasilitator meminta pendapat beberapa temannya mengenai kekuatan dari gambar temannya dengan memberikan tanda panah juga pada gambar yang sudah dibuat, begitupun sebaliknya peserta yang lain. Dengan aktifikitas ini maka peserta bisa menilai dirinya sendiri maupun orang lain menilai dirinya.

Pelatihan ini sangat menyenangkan dan Seru! Disesi boosting confidence ini fasilitator memutar sebuah video- X-Factor yaitu Christopher Maloney, disini peserta diminta penjelasan tentang kesan dari video tersebut apabila dikaitkan dengan materi yang disampaikan di sesi ini. Dari video yang ditampilkan bahwa Maloney bisa melawan rasa tidak percaya dirinya diatas panggung. Disamping itu juga fasilitator memberikan penjelasan bahwa faktor utama yang mempengaruhi percaya diri adalah:
1. Faktor keluarga
2. Faktor lingkungan
3. Budaya
4. Pengalaman Sucsess or Failure.
Selain itu disesi pertama ini, Mas Bona juga memberikan materi tentang bagaimana mengenal karakter atau pribadi lawan bicara kita kemudian dikatikan dengan materi professional positioning.

Disesi ini peserta diajak untuk mengisi form dimana form ini lebih mengenal karakter diri sendiri maupun orang lain, kemudian peserta dibagi menjadi 4 kelompok berdasarkan 4 karakter. Pada sesi inilah setiap kelompok diberikan tugas untuk membuat acara dimana budgetnya tidak terbatas. Kemudian setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya lalu fasilitator memberikan feed back.
Secara garis besar pelatihan berjalan dengan lancar dan peserta menilai pelatihan komunikasi ini sangat bermanfaat dan antusias untuk mengikuti pelatihan berikutnya bersama TALKINC.

When Things Gone Bad materi favorit Public Speaking Batch 47

Saya Henry Erlande Lika Kelas Reguler Public Speaking Batch 47, selama menjalani kursus di TALKINC, materi favorit saya adalah “When Things Gone Bad”, yang difasilitasi oleh Bona Sandro. Sebagai seorang dengan background psikolog, beliau tahu bagaimana melihat kelemahan dan kelebihan masing-masing anggota, tanpa perlu berasumsi apapun. Dengan hal tersebut, kelas berjalan dengan smooth.

Photo Documentasi : Kelas Reguler Public Speaking Batch 47 sesi Bona Sardo

Kami diajarkan beberapa contoh kejadian jika kejadian buruk terjadi, dan bagaimana cara menyikapinya. Kita juga diajak terlibat untuk menentukan kejadian-kejadian apa yang bisa kita cegah, dan mana yang tidak. Selebihnya kami diajak untuk role play, dimana seorang murid akan berbicara di depan kelas, dan yang lainnya mengambil peran sebagai “pengganggu”. Melihat respon pembicara saat “diusik” oleh audience sangatlah menarik dan sedikit menghibur.

Foto bersama: Henry Erlande Lika – Kelas Reguler Public Speaking Batch 47 sesi Erwin Parengkuan

Kesimpulan yang bisa saya ambil adalah, sebagai pembicara kita mempunyai control yang sebesar-besarnya atas diri sendiri. Faktor apapun yang berasal dari diri sendiri seharusnya bisa diatasi dan dicegah. Namun faktor-faktor eksternal yang sering timbul memang tidak dapat dihindari, sehingga dengan mental dan konsentrasi pikiran yang kuat, kita dapat mengatasi gangguan tersebut dengan baik.

Peradaban Zaman vs Gap Generation oleh Erwin Parengkuan

Sebelum kita mengenal bahasa tulisan yang dipahami oleh sebuah bangsa, peradaban dimulai dari masa Pra Aksara atau yang sering disebut masa Pra Sejarah. Zaman Pra Aksara di Indonesia berlangsung sampai abad ke-3 Masehi. Pada masa Pra Aksara, manusia masih berkomunikasi secara terbatas. Komunikasi pada masa ini hanya menggunakan simbol-simbol dan isyarat tangan dalam menyampaikan dan menerima pesan. Kemudian pada awal abad ke-4 Masehi, manusia mulai mengetahui dan mengenal aksara dalam berkomunikasi. Dengan seiring waktu, komunikasi mengalami perkembangan dan menjadi semakin sempurna. Walaupun demikian, komunikasi dengan kondisi dulu-pun dapat dipahami maknanya.

Zaman berganti dan kini semua bangsa menjadi universal, global citizen bahasa kerennya. Sebagai pemersatu, bahasa Inggrislah yang unggul menjadi pemenang, saya tidak akan menyorot asal-usul kenapa Bahasa Inggris. Bahwa saat ini kita menjadi sangat mudah berkomunikasi dengan bahasa sebagai pemersatu global citizen juga karena tehnologi-lah yang membuatnya menjadi global.

Ada yang menarik ketika zaman terus berganti dan generasi demi generasi lahir. Pada era tahun 80-an hanya ada generasi Baby Boomers. Baby Boomer merupakan individu-individu yang lahir sekitar tahun 1945 sampai 1964. Dan anak-anak mereka yaitu Generasi X (lahir tahun 1965-1980). Dimana dua generasi ini, misalnya ayah saya yang Baby Boomers dan saya yang generasi X, harus tunduk dengan aturan dan kedisiplinan serta nilai luhur. Interaksi-interaksi tidak banyak bersinggungan diantaranya karena belum kontras ditambah dunia digital masih merangkak pada saat itu.
Zaman berganti, sekarang ada generasi lain yang lahir, yang populer disebut Millenial atau Generasi Y yang lahir pada 1981 hingga 1997. Generasi Millenial merupakan individu-individu yang berumur 18 sampai 34 tahun pada tahun 2015. Mereka lahir di abad teknologi yang serba cepat dan membuat dunia menjadi global. Dulu ketika saya membutuhkan berita dari luar negeri harus menunggu keesokkan harinya atau beberapa hari untuk mendapatkan berita tersebut, berbeda dengan sekarang yang sangat “real-time.” Apa yang terjadi di belahan dunia manapun, kita langsung dapat mengaksesnya.

Bagaimana dengan dunia komunikasi abad ini? Kini ketiga generasi tersebut hidup dan saling bersinggungan. Begitu pula di dunia kerja, pada saat dikantor pun terjadi interaksi antar generasi tersebut. Hal ini menjadi kompleks, ketika generasi senior (baby boomers) masih menjadi pemegang kekuasaan di divisi mereka, atau di perusahaan yang harus berhadapan dengan generasi millenial yang memiliki kateristik spontan dan fokus kepada hasil. Cara pandang yang berbeda dan cara berkomunikasi yang berbeda membuat gap yang jauh antar generasi satu dengan yang lain.
Dalam banyak pelatihan in-house training yang kami lakukan di TALKINC dengan banyak perusahaan, pemintaan pelatihan untuk training ”Generation Gap” semakin banyak, terutama untuk perusahaan besar dan pemerintahaan. Hakikatnya setiap generasi layaknya adalah kita sebagai manusia, mau dipahami, dimengerti. Sehingga berkomunikasi dengan respect harusnya dijalankan untuk siapapun, tanpa terkecuali. Generasi Baby Boomers harus membuka diri untuk perubahan zaman, sedangkan Generasi Millenial harus tetap menjaga kesantunan dengan menyapa dan peduli dunia sekitar.

Mari kita kembali ke nilai komunikasi yang fundamental, komunikator dan komunikan hendaknya dapat selalu menjalin interaksinya dengan saling menghargai satu-sama lain. Tidak sulit seperti zaman Pra Aksara, dimana komunikasi hanya dilakukan menggunakan isyarat dan simbol saja. Maka luangkan waktu untuk saling memahami satu sama lain.

Penulis adalah:
Praktisi Komunikasi dan Personal Branding Specialist
Managing Director Talkinc
School for Public Speaking and MC/TV Presenter
www.talk-incorporation.com

Pelatihan Public Speaking dan Effective Communication Strategy

Dibulan Desember 2015 ini TALKINC mengadakan pelatihan di jakarta ke perusahaan Putera Sampoerna Foundation atau Sampoerna University untuk level staff officer tentang bagaimana berkomunikasi lebih effektif dan bagaimana cara strategi penyampaiannya? sehingga lebih effektif dan terstruktur karena keduanya berkaitan dan saling menunjang.
Cara berkomunikasi juga dapat membantu banyak hal, misalnya dalam presentasi, negosaiasi, email, sms atau media sosial. Tantangan kita saat ini adalah bagaimana meningkatkan kemampuan komunikasi kita? Sebenarnya banyak cara melakukannya, dan untuk kali ini TALKINC memberikan pelatihan ke Putera Sampoerna Foundation (PSF).

Pada Pelatihan ini TALKINC memberikan pelatihan selama satu hari dimana pelatihan terdiri dari dua sesi materi yaitu sesi pertama materinya tentang understanding people dan perofessional positioning, sedangkan untuk sesi kedua materinya tentang strategi komunikasi.

Fasilitator TALKINC yang membawakan pelatihan ini dibawakan oleh Bona Sardo seorang psikolog dan pengajar yang saat ini aktif menjadi dosen Psikologi di Universitas Indonesia. Selain itu, Bona Sardo juga praktek di beberapa rumah sakit swasta di Jakarta. Materi yang dia sampaikan di PSF kali ini adalah bagaimana berkomunikasi secara lebih effektif dan bagaimana memahami karakter lawan bicara kita agar dapat berkomunikasi sesuai karakter lawan bicara. Sebelum memahami orang lain kita harus memahami diri kita sendiri terlebih dahulu karena dengan kita memahami orang lain kita akan bisa menempatkan posisi, memahami dan menghargai lawan bicara kita.

Sedangkan sesi kedua fasilitator dari TALKINC Disampaikan oleh Adinda Djoko Sanjoto, beliau kegiatannya sehari-hari selain menjadi main fasilitator TALKINC juga seorang pakar dan konsultan komunikasi. Materi yang dibawakan Adinda adalah strategi berkomunikasi. Dalam effective komunikasi kita harus tahu apa yang menjadi obyek yang akan disampaikan, sehingga sesuai dengan tujuannya. Pada saat kita tampil, kesan pertama kita dipengaruhi banyak hal yaitu dari penampilan, gaya bicara, bahasa tubuh sampai level percaya diri.


Keseluruhan sesi pelatihan berjalan dengan interaktif dan para peserta secara langsung menerapkan teknik Public Speaking dan Presentasi melalui praktek di akhir sesi pelatihan komunikasi.