by admin | Sep 20, 2025 | Self Development
Oleh Erwin Parengkuan
“Seberapa cepat first impression akan tercipta kita kita melihat seseorang?” Pertanyaan ini selalu saya tanyakan di kelas ketika memulai materi tentang diri, entah itu Boosting Confidence, Personal Branding, Public Speaking dan Presentation Skills. Beragam jawaban saya dapatkan; 5 menit, 2 menit, 3 detik, jawaban terlontar ,mewakili beragam usia peserta. Makin senior mereka, biasanya mengatakan memerlukan waktu yang lebih lama, diatas 1 menit, akan tetapi buat generasi Z atau bahkan millennials mereka akan meyebutkan dalam hitungan detik.
Dalam sebuah tontonan rutin saya di Masterclass, platform berbayar yang menghadirkan para jagoan internasional di industrinya masing-masing, seorang seniman mengatakan seperti ini: “Perlu berapa waktu kita memutuskan mau dengar sebuah lagu, atau keputusan untuk menonton sebuah film, misalnya di Netflix?” Semua terjadi dibawah 8 detik, begitu cepat, demikian halnya dengan first impression. Banyak peserta yang senior akan terkaget-kaget dengan analisa ini, tetapi sangat masuk akal ketika kita bertemu dengan seseorang, dalam waktu hitungan detikpun kita akan menilai seperti apa orang tersebut menampilkan dirinya. Di waktu yang bersamaan, merekapun akan menilai kita juga.<>/p
Kesadaran seseorang untuk fokus dalam membangun impresinya menjadi sangat penting, itu yang terkadang dilupakan banyak orang ketika mereka hanya fokus terhadap tujuan dan bobot materi yang akan disampaikan. Sebuah impresi sangat berdampak dengan ingatan yang akan menempel didiri seseorang. Kita tentu mudah mengingat perasaan apa yang muncul ketika kita pertama kali menerima gaji? pertama kali bergandengan tangan dengan seseorang yang kita sukai, dan intimasi lainnya yang tercipta dari hubungan itu? Atau pertama kali kita gagal dalam sebuah presentasi!
Impresi yang timbul memang selalu dekat dengan perasaan manusia, senang, sedih, kecewa, marah, bahagia dll adalah momen-momen yang selalu kita lewati dalam hidup ini. Untuk seseorang dapat sukses berkomunikasi apalagi bertujuan untuk menaklukan audiens tentu kita harus memikirkan kesan pertama seperti apa yang akan kita tampilkan. Kesan pertama juga akan membuat seseorang akan dikenal atau diabaikan oleh audiensnya ketika mereka gagal membangun raport ini. Walaupun ada kalanya sebuah presentasi diawal yang gagal, bisa menjadi menarik perhatian pada bagian body content, tetapi hal ini sangat jarang terjadi. Seperti menentukan musik yang akan kita dengar, kalau ritme awalnya saja kita sudah tidak tertarik, kita tidak memiliki niat untuk terus mendengarkannya.
Strategi utama dalam membangun kesan pertama adalah sebuah perencanaan yang jelas akan kesan apa yang ingin kita bangun dan tampilkan. Kesan yang sudah jelas ini akan menjadi acuan dalam membangun relasi dan memberikan pengaruh. Ada kalanya sebagai manusia, emosi yang naik turun menjadi tantangan tersendiri. Untuk itu, taklukan dirimu, bentuk kesadaran yang tinggi ketika ingin tampil, buang semua pikiran negatif yang menghantui kita. Jadi sepenting itu sebuah perencanaan dalam membangun first impression yang ingin saya garisbawahi. Jangan sampai kita lalai hanya fokus kepada bobot tetapi melupakan gestur, intonasi suara, atau cara kita berpenampilan yang menjadi bagian utama dari lahirnya sebuah kesan. Oh ya, satu lagi yang penting, semua kesan yang kita tampilkan, mutlak 100% otentik bukan dibuat-buat ya.
by admin | Sep 11, 2025 | TALKINC Inspiring Stories
Halo! Perkenalkan, saya Alya Rizqi dan saya ingin berbagi pengalaman yang berharga bagi saya dalam mengikuti kelas Professional Public Speaking di TALKINC.
Selama kurang lebih 2 (dua) tahun saya bekerja sebagai Marketing Communication Officer, saya merasa bahwa kemampuan berbicara di depan umum adalah hal yang secara fundamental penting untuk saya. Menyadari pentingnya hal ini, saya memutuskan untuk mengikuti kelas Professional Public Speaking di TALKINC. Pengalaman ini tidak hanya memperkaya wawasan saya dalam berbicara di depan umum, tetapi juga memberikan dampak positif yang signifikan dalam kehidupan profesional dan pribadi saya.

Seluruh kelas yang ada tentunya sangat berkesan dan membantu saya dalam membangun karisma serta attitude yang baik sebagai pembicara. Namun, terdapat dua sesi kelas yang paling saya sukai, yaitu kelas Closing bersama Mas Erwin Parengkuan dan kelas Body Language bersama Kak Bona Sardo. Tanpa disadari, kelas bersama Mas Erwin memberikan saya insight untuk menjadi pribadi yang mindful saat berbicara di depan umum. Ilmu seperti ini adalah ilmu yang mahal karena tidak hanya meningkatkan keterampilan berbicara, tetapi juga membentuk pola pikir yang lebih percaya diri dan terkendali. Selain itu, saya juga menyadari bahwa public speaking bukan hanya tentang berbicara, tetapi juga tentang mendengarkan dengan baik agar komunikasi lebih efektif dan bermakna.
Dari Kak Bona, saya belajar bahwa visual dan bahasa tubuh memegang peran krusial dalam public speaking. Cara kita membawakan diri; mulai dari ekspresi wajah, gestur, hingga penampilan, dapat memberikan kesan yang lebih kuat dan profesional. Senyuman, gerakan yang terarah, serta pemilihan pakaian yang sesuai tidak hanya menambah daya tarik, tetapi juga mencerminkan kepercayaan diri dan keterampilan dalam berkomunikasi.
Saya pun menyadari, untuk public speaker yang baik memerlukan proses dan teknik yang tepat. Namun, di awal perjalanan, banyak hal yang terasa asing dan membuat saya kurang nyaman sehingga hasilnya belum maksimal. Namun, dengan menghadapi ketidaknyamanan dan berlatih secara konsisten, saya yakin keterampilan public speaking saya akan semakin berkembang dan memberikan dampak positif, tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi setiap pendengar.
Terimakasih TALKINC atas ilmu dan pengalaman kelas Professional Public Speaking yang sangat membantu saya!
by admin | Aug 21, 2025 | Self Development
Oleh Erwin Parengkuan
Bertemu dengan banyak peserta dalam kelas dengan dinamika dan tantangannya masing-masing sungguh menyenangkan. Banyak sekali kendala yang mereka alami ketika harus tampil bicara atau public speaking. Berbagai macam keluhan seperti blank, grogi, tidak pede, kesulitan menemukan kata yang tepat hingga harapan untuk dapat memengaruhi audiens/lawan bicara.
Semua peserta di kelas memiliki ekspektasi yang sama untuk dapat maksimal berbicara, sayangnya ketika saya tanya satu-persatu apakah diantara mereka ada yang rutin membaca buku? jawabannya tidak! lantas bagaimana dapat menyihir audiens kalau kosa kata saja terbatas? Ini seperti istilah yang disampaikan oleh Albert Einstein; “Kegilaan adalah melakukan hal yang sama berulang-ulang dan mengharapkan hasil yang berbeda.” Masyarakat Indonesia dengan populasi melebihi 280jt jiwa pada tahun 2025 ini, dengan perbandingan 1:1000 antara orang yang rajin membaca buku dan tidak. Bayangkan rendahnya literasi kita dibanding negara-negara lainnya. Sungguh menyedihkan! Tidak heran masyarakat kita, apalagi ditambah dengan sosial media yang hanya menyuguhkan berita pendek-pendek menjadi asupan harian, seolah-olah mengerti tentang sebuah informasi, tetapi bila ditanya lebih mendalam tidak mengerti akar permasalahannya.
Sejatinya, kata-kata adalah bensin utama kita dalam berkomunikasi, ketika seseorang tidak memiliki kosa kata yang kaya dan beragam ia akan terus menggunakannya dalam rangkaian kalimat yang dibuatnya, tentu tidak akan dapat memengaruhi audiens yang lebih luas dengan intelektualitas mereka. Tetapi masih banyak sekali peserta di kelas yang berharap, tanpa mau meluangkan waktu untuk membaca buku. Buku-buku yang tersebar di dunia ini, terbagi atas 2 kategori buku, fiksi dan non fiksi. Buku fiksi yang memiliki peminat lebih besar bila dikonsumsi akan membuat seseorang mendapatkan kata-kata yang lebih banyak mengandung emosi. Sedangkan buku non fiksi akan membantu kita mengasah otak kita akan banyaknya ilmu-ilmu baru yang kita belum ketahui.
Niat yang besar, bila dilakukan, misalnya setiap hari meluangkan waktu 10 menit saja akan menghabiskan satu buku dalam satu bulan, dalam satu tahun ada 12 buku, dst, yang kita baca dari para penulis hebat di dunia ini. Buku non-fiksi sudah terbukti ampuh untuk membentangkan cakrawala berpikir kita dan juga mengahasilkan kosa kata yang kaya dan beragam. Yang saya rasakan ketika rutin membaca buku adalah membuat muscle memory lebih besar. Daya ingat lebih panjang, selain membaca buku juga memperbesar empati karena kita bersedia membaca buku dari penulis dimana kita juga akan mendalami pola pikir mereka.
Ketika kita memiliki wawasan baru, pengetahuan baru, kemampuan berpikir kritispun akan meningkat, dan secara langsung akan membuat kita lebih pede, apalagi kita tahu minimnya minat baca di negeri ini akan membuat kita diatas rata-rata kebanyakan orang yang kita jumpai. Kalau ada orang yang berbicara terbata-bata, mengulang kalimat yang sama untuk konteks yang berbeda, sehingga membuat salah persepsi, salah ucap, dan salah-salah lainnya, sudah pasti orang tersebut tidak/jarang membaca buku.
Jadi mau mulai kapan akan rutin membaca buku? itulah kalimat yang setiap mengajar selalu saya sampaikan kepada para peserta yang berbeda-beda di kelas.
by admin | May 16, 2025 | Leadership

Sumber: Cities (2018)
Memiliki jabatan sebagai “leader” belum tentu otomatis membuat seseorang jadi pemimpin yang baik. Tahun 2025, dunia kerja tidak lagi mencari sosok yang hanya bisa memberikan perintah atau mengambil keputusan dari atas. Yang dibutuhkan adalah pemimpin yang bisa menavigasi perubahan, memahami timnya, dan menjadi inspirasi dalam menghadapi tantangan baru.
Dengan teknologi yang terus berubah, pola kerja yang makin fleksibel, dan generasi tim yang memiliki cara pikir baru, kepemimpinan hari ini bukan lagi soal “siapa yang paling berkuasa” tapi siapa Yang mau melangkah bareng, saling mendukung, dan berkembang bersama.
Jadi, pertanyaannya bukan lagi: “Apakah kamu seorang leader?”, tapi “Apakah skill leadership Anda masih relevan dengan kebutuhan zaman?” Kalau kamu ingin tetap menjadi pemimpin yang dipercaya, berkembang, dan bisa membawa tim menuju hasil terbaik. Ini dia 7 skill leadership yang paling dibutuhkan di dunia kerja 2025:
1. Emotional Intelligence
Pemimpin hebat tahu gimana caranya tetap tenang saat kondisi lagi tidak stabil. Bukan berarti enggak punya perasaan, tapi tahu kapan mesti tarik napas dan berempati. Kalau kamu bisa paham perasaan sendiri dan orang lain, kamu bisa menyambungkan semua energi di tim jadi satu arah.
2. Effective Communication
Komunikasi itu bukan soal seberapa banyak kita bicara tapi seberapa dalam pesan kita bisa dimengerti orang lain. Pemimpin yang hebat bisa menjelaskan hal yang ribet jadi simpel dan tahu cara ngobrol ke tiap orang.
3. Critical Thinking
Seorang pemimpin harus bisa melihat masalah dari segala sisi, tidak mudah terpancing, dan bisa mencari solusi yang benar-benar strategis. Kemampuan ini yang membedakan seorang leader dan orang yang gampang panik. Pemimpin tidak selalu punya jawaban cepat tapi dia tahu cara bertanya yang tepat.
4. Empathy
Kemampuan seorang pemimpin untuk memahami perasaan orang lain bukanlah kelemahan melainkan sumber kekuatan. Empati membantu kita tahu kapan saatnya mendorong tim untuk maju dan kapan mereka butuh dukungan agar tetap kuat.
5. Adaptability
Perubahan sudah menjadi makanan sehari-hari. Pemimpin adaptif tak sekadar siap menghadapi perubahan, tapi juga bisa menggerakkan tim untuk tumbuh bersama dalam proses transformasi. Yang menjadi kunci adalah bukan siapa yang paling kuat tapi siapa yang paling fleksibel dan bisa beradaptasi dengan perubahan. Visionary Thinking
Pemimpin itu harus memiliki pandangan jauh ke depan. Bukan hanya mikirin target bulan ini, tapi mengajak tim untuk membayangkan masa depan yang membuat mereka semangat.Tanpa arah yang jelas, tim akan kesulitan menentukan langkah yang tepat.
6. Accountability
Semua orang bisa menerima pujian, tapi tidak semua berani menerima tanggung jawab saat gagal. Pemimpin sejati adalah mereka yang maju paling depan di tengah badai, bukan yang bersembunyi di balik tim saat masalah datang.
Kesimpulan
Di dunia kerja 2025, pemimpin tidak hanya soal punya jabatan atau kuasa. Yang lebih penting adalah kemampuan untuk beradaptasi, berkomunikasi dengan jelas, berpikir kritis, dan memahami tim. Pemimpin yang baik adalah mereka yang bisa menavigasi perubahan, menginspirasi, dan tumbuh bersama tim.
Dengan tekad dan semangat yang tinggi, setiap individu memiliki potensi untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan yang efektif, yang tidak hanya mendorong pencapaian tujuan bisnis, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan berdaya.
Jika anda merasa bahwa skill leadership Anda perlu ditingkatkan agar tetap relevan dan efektif, TALKINC hadir untuk membantu Anda melalui kelas One Day Training TALKINC Bersama dua fasilitator berpengalaman, Kamidia Radisti dan Lala Tangkudung.
Jangan lewatkan kesempatan ini. Daftar sekarang juga!
by admin | Apr 25, 2025 | Public Speaking & Communication

Sumber: Nilov (2021)
Pernah dengar orang bilang, “Angka enggak bisa bohong?” Pernyataan tersebut sebenarnya tidak salah, tapi masalahnya adalah angka juga enggak bisa bikin baper.
Coba pikirkan iklan apa yang paling membekas dalam ingatan Anda hingga saat ini?. Kemungkinan besar bukan karena data yang disajikan, tapi karena cerita di dalamnya. Bisa jadi tentang perjuangan seorang ayah, persahabatan masa kecil, atau momen haru yang sederhana tapi membekas.
Faktanya, 79% orang cenderung mengalihkan perhatiannya ketika disajikan dengan terlalu banyak teks dan data (Prezi & Poll, 2018). Mengapa cerita begitu mudah menempel di kepala, sementara grafik dan statistik cepat sekali menguap?
Yuk, kita bahas lebih dalam soal kekuatan storytelling, mengapa otak lebih suka cerita daripada data dan bagaimana Anda bisa memanfaatkannya dalam komunikasi sehari-hari.
1. Otak Lebih Aktif Saat Mendengar Cerita
Ketika kita mendengarkan sebuah cerita, otak kita merespons seolah-olah sedang menyaksikan sebuah film. Bukan hanya bagian bahasa yang aktif, tapi juga area emosi, sensorik, dan visualisasi ikut terlibat.
Artinya, cerita bukan hanya didengar tapi juga dirasakan. Hal tersebut yang membuat cerita lebih mudah diingat dan lebih kuat dampaknya daripada sekadar data.
2. Cerita Lebih Menyentuh Hati Bukan Hanya Logika
Data memberi kita informasi tentang “apa yang terjadi,” sementara cerita menjelaskan “mengapa itu penting.” Ketika orang mulai merasa peduli, mereka lebih mudah tergerak untuk bertindak.
Cerita menciptakan empati. Kamu bisa tahu bahwa 1000 orang kehilangan rumah karena bencana, tapi cerita tentang seorang ibu yang kehilangan dapur tempat ia memasak untuk anak-anaknya? Itu lebih membuat hati kita tersentuh.
3. Struktur Cerita Membantu Otak Menyusun Makna
Cerita punya pola: awal, konflik, dan solusi. Otak kita suka pola ini karena memudahkan kita untuk mengerti dan mengingat informasi.
Jika kamu ingin orang benar-benar mengerti pesanmu, ceritakan dengan cara yang menarik. Bukan hanya supaya mereka paham, tapi juga supaya mereka peduli dan gampang mengingatnya.
4. Storytelling Bisa Digunakan di Semua Bidang
Storytelling tidak hanya relevan di dunia kreatif, tetapi juga sangat efektif dalam berbagai konteks profesional. Baik Anda seorang HR yang sedang mempresentasikan ide kepada manajemen, seorang guru yang menjelaskan materi kepada murid, atau seorang karyawan yang menyampaikan proyek, bercerita dapat menjadi alat yang sangat powerful.
Melalui dari cerita, Anda bisa menyampaikan pesan dengan cara yang lebih hidup, autentik, dan dapat dipercaya, sekaligus mengurangi jarak antara pembicara dan audiens.
5. Cerita Adalah Bahasa Asli Manusia
Dari zaman purba, manusia sudah berkumpul di sekitar api unggun dan berbagi kisah. Storytelling bukan sebuah teknik baru tetapi cara alami untuk menyampaikan pengetahuan, nilai, bahkan membentuk budaya.
Jadi, saat Anda ingin menyampaikan sesuatu mulailah dengan cerita. Meskipun data menjelaskan, tetapi cerita membuat orang merasa. Dalam komunikasi, rasa itulah yang membuat pesan tinggal lebih lama.
Kesimpulan
Di tengah lautan data, cerita punya kekuatan untuk menyentuh hati dan bertahan lebih lama dalam ingatan. Meskipun angka memberikan informasi, cerita membangkitkan emosi dan menciptakan koneksi yang lebih dalam.
Storytelling tidak hanya relevan di dunia kreatif, tetapi juga sangat efektif dalam dunia profesional. Cerita adalah cara alami kita berkomunikasi, menyampaikan pesan dengan cara yang lebih hidup, autentik, dan mudah diingat. Jadi, mulai berbicara dengan cerita, karena itu yang membuat pesan Anda tetap terasa.
Siapkah Anda mengubah pesan biasa menjadi sesuatu yang menyentuh lewat storytelling? ingkatkan cara Anda berkomunikasi dan membangun koneksi lewat storytelling. Ikuti kelas-kelas di TALKINC untuk menguasai teknik public speaking yang relevan dan berdampak untuk kemajuan karier Anda. Yuk, mulai perjalanan ceritamu bersama TALKINC!
by admin | Apr 16, 2025 | TALKINC Academy

Mendaftar dan ikut kursus public speaking profesional di TALKINC jadi salah satu keputusan terbaik yang pernah saya ambil. Kenapa? karena banyak sekali ilmu dan insight yang saya dapatkan, meski awalnya sempat maju mundur dan dipertanyakan oleh banyak orang untuk apa di jenjang karir dan usia saya saat ini saya baru tergerak untuk mengikuti kursus komunikasi ini. Untunglah saya insisted dan maju terus pantang mundur.
Mengikuti kursus ini adalah pengalaman yang sangat berkesan dan membawa banyak manfaat bagi saya. Salah satu kesan mendalam yang saya rasakan adalah bagaimana kursus ini tidak hanya berfokus pada teknik berbicara, tetapi juga menggali aspek psikologis yang mendasari komunikasi yang efektif. Pengajar dengan pengalaman luas memberikan wawasan berharga tentang cara mengendalikan rasa gugup, menjaga kontak mata, hingga membangun kepercayaan dengan audiens. Team pengajar yang sangat professional namun sangat humble dan akrab, membuat teori yang disampaikan menjadi lebih mudah dipahami dan diterapkan dalam situasi nyata.
Selain itu, kursus ini juga memberikan banyak insight berharga tentang bagaimana menyusun pesan yang kuat dan berpengaruh. Salah satu teknik yang sangat bermanfaat adalah penggunaan storytelling untuk menarik perhatian audiens sekaligus menyampaikan pesan secara emosional. Saya juga belajar pentingnya mengatur intonasi, jeda, dan bahasa tubuh untuk memberikan kesan yang lebih meyakinkan. Saya merasa banyak sekali hal-hal yang belum saya tahu, walaupun mungkin saya sudah melakukan public speaking secara intensif. Di kursus ini yang menarik juga saya bertemu teman teman dari berbagai profesi, usia dan beragam karakter yang tentu saja menambah fun nya setiap kelas yang berjalan.
Terima kasih TALKINC dan semua guru yang telah berbagi ilmu dengan cara yang sangat menyenangkan namun bisa bikin kita semua ingat dan menancap! Saya sungguh bersedia kalau diminta ikutan kursus di sini lagi atau diajak kumpul kumpul alumni demi mendalami seni berkomunikasi!
Ditulis oleh Mirna Damayanti (TALKINC Professional Public Speaking Batch 103)
by admin | Mar 27, 2025 | TALKINC Academy

Berawal dari keingintahuan bagaimana sebenarnya Public Speaking yang seharusnya? Seperti apa yang para profesional dapatkan untuk Public Speaking yang baik. Dengan beberapa referensi yang mengarah pada TALKINC sebagai pilihan yang “Terbaik” dalam hal Public Speaking, dimana pengajarnya sangat profesional dan ahli di bidangnya.
Sangat exciting saat akan memulai program karena penasaran dan semangat akhirnya bisa mengetahui ilmunya seperti apa. Saat menerima buku training-nya, dilihat ada beberapa Encounter atau bab dalam tahapan pelajaran yang mengupas secara menyeluruh dari mulai Profile Mapping, Opening, Flow of Mind, Closing Speech, Body language, When Things Gone Bad, dan lainnya. Saya merasa modulnya sangat komprehensif dan setiap masuk ke encounter berikutnya penasaran seperti apa yg akan diajarkan.
Merasa lebih tertantang lagi saat setiap Encounter itu harus berpraktik dan mendapatkan feedback langsung dari ahlinya, sehingga bisa langsung mengoreksi diri apa yang belum tepat. Modul yang paling menarik adalah sesi dalam profile mapping dan when things gone bad. Kita belajar untuk memahami audience dan bisa engage dengan audience, sehingga bisa memahami apa yang akan kita sampaikan dapat diterima sesuai dengan tujuan kita.
Selain itu, mempelajari juga bagaimana mengantisipasi keadaan saat sudah tidak berjalan lancar, sehingga kita dilatih untuk bisa menghadapi beberapa skenario yang mungkin terjadi saat presentasi terjadi. Overall, belajar di TALKINC menyenangkan, semua staf ramah, sepertinya sudah dilatih juga untuk mempunyai attitude yang baik, sesuai dengan slogan di depan kaca “SMILE”. Hal tersebut otomatis membuat kita yang mau masuk ke pintu tempat training untuk SENYUM.
Terima kasih TALKINC, The Right Place to Learn.
Oleh Puri Agustinar (Public Speaking Professional Batch 103)
by admin | Mar 21, 2025 | Public Speaking & Communication

Dunia modern yang sangat bising, apalagi di media sosial, mengakibatkan semua orang dengan mudah menumpahkan uneg-unegnya tentang kerasnya kehidupan atau jenjang karir yang semakin sempit. PHK, kegelisahan, dan kemarahan semua tumpah dimana-mana.
Kebebasan bersuara adalah hak setiap orang yang tak dapat dibatasi, siapapun dapat menumpahkan apa saja yang mereka pikirkan dan rasakan. Sayangnya, kebebasan bersuara menjadi tidak terdengar, karena kita tidak menggunakan cara dan strategi yang tepat dalam menyampaikan sebuah pesan. Alih-alih mau didengar, malah tertimbun kebisingan dari suara-suara lainnya yang sama dan kita menjadi frustasi akan hal ini.
Di LPK TALKINC, kami mengajarkan setiap orang untuk mengenali dulu dirinya dari semua potensi yang ada, baik yang sudah dimiliki maupun yang masih tersembunyi. Kemampuan seseorang dalam mengenal siapa dirinya menjadi hal utama dalam pembelajaran di sekolah kami. Dimulai dari menuliskan semua kekuatan diri, kekurangan diri dalam catatan, dan menggali kebutuhan, serta tujuan utama untuk menjadi seorang komunikator yang piawai. Sayangnya, dalam setiap kelas yang kami bawakan, banyak peserta/murid yang tidak tahu tujuan hidupnya. Mungkin terlalu banyak melihat keluar, kemudian mereka menjadi insecure dan bingung dengan tujuan hidup yang ingin dicapai. Karena kalau jawabannya hanya untuk sebuah kata sukses, itu tidak cukup buat saya.
Kita harus tahu betul apa yang kita inginkan, seberapa penting hal itu harus kita capai dan miliki, sehingga ada dorongan yang kuat untuk bertumbuh dan menjadi manusia yang unggul. Beberapa peserta di kelas tahu tujuannya sehingga kami para pengajar dapat dengan mudah menuntun dan memberikan arahan/pandangan yang tepat.
Memiliki waktu sendiri tanpa ada gangguan gawai adalah kunci utama seseorang untuk kembali menemukan siapa dirinya dan tujuan hidupnya. Menyendiri dan hening di pagi hari adalah cara terbaik yang dapat dilakukan. Ketika kita hening dan tenang, tentu akan muncul kejelasan yang kita cari dan inginkan. Sukses dalam kehidupan dan karir selalu membutuhkan keahlian dalam berkomunikasi.
Selama 21 tahun di kelas dengan rupa-rupa jenis manusia dan jabatan, dapat saya simpulkan bahwa komunikasi memiliki 2 bobot yang sama pentingnya. Yang pertama adalah Understanding. Understanding, seperti yang sudah dibahas di awal tulisan ini, adalah memahami diri terlebih dahulu, baru kita dapat memahami orang lain, atau lawan bicara kita. Ketika pemahaman ini sudah dimiliki, kita tidak akan sembarangan berkata-kata, baik secara verbal/non verbal. Kita akan memiliki “rem” untuk tidak asal bunyi, apalagi mengumpat di media sosial.
Media sosial adalah wajah dari karakter kita sesungguhnya. Dengan rekam jejak yang telah kita torehkan, akan dengan mudah orang lain mengidentifikasi/melabel kita. Perlu jiwa yang besar untuk setiap orang dapat menerima dirinya, tidak denial, tidak menyalahkan faktor eksternal. Para komunikator yang ulung adalah mereka yang sudah selesai dengan dirinya. Maka, kata Understanding menjadi modal terpenting seseorang untuk dapat diterima dimanapun ia berada.
Yang kedua, adalah Positivity. Kata-kata negatif yang sering kita ucapkan akan membuat tidak ada satu orangpun yang akan suka dengan kita. Ini adalah tantangan besar berikutnya. Kita tahu pikiran negatif merusak hubungan dan mental seseorang. Layaknya air yang terus diberikan kata-kata negatif, dengan air yang diberikan kata-kata positif, kita akan melihat perbedaannya. Air dengan kata negatif, akan kusam dan hitam, sebaliknya, air dengan kata positif, akan tetap bening. Air adalah senyawa yang hidup, sama halnya dengan kita manusia. Bayangkan contoh ini akan memberikan dampak yang besar kepada seseorang tentang cara mereka berkomunikasi.
Dua bobot ini akan menjadi landasan utama kita dalam menjadi seorang komunikator yang baik, sehingga kalau kita ingin menjadi berbobot, tinggal Anda pikirkan, manfaat apa yang akan diberikan kepada audiens? Bahwa keseharian kita adalah latihan terbaik untuk dapat mengasah kemampuan melatih alur bicara. Mulai dari mengetahui konteks dan menyusun sebuah konten.
Tulislah dan praktikkanlah sebelum berbicara. Rekamlah dan evaluasi hasilnya. Jujurlah dengan dirimu ketika melihat hasilnya. Kemudian, ulangi lagi sehingga ada penguasaan materi yang lebih baik dengan cara menyampaikan yang tepat. Kemudian setelah itu, Anda akan menemukan pola baru yang akan menjadi landasan dalam berkomunikasi. Seorang public speaker yang berbobot tidak akan pernah lelah untuk mengeksplorasi diri dan menemukan berbagai macam pola komunikasi dari setiap audiens yang berbeda-beda.
Jadi, siapkah Anda untuk mengasah keterampilan berbicara dan menjadi public speaker yang berpengaruh? Mulailah sekarang!
Oleh: Erwin Parengkuan
by admin | Mar 15, 2025 | Professional Life

Pernah bertemu orang yang bisa langsung klik saat pertama kali berbincang? Atau sebaliknya, baru sebentar saja berinteraksi sudah merasa, “Duh, kayaknya engga nyambung deh?” Itu yang disebut dengan first impression. Hanya dalam hitungan detik, lawan bicara bisa langsung menilai kita, faktanya, kesan itu akan bertahan lama.
Di dunia kerja, first impression bisa jadi game-changer. Atasan dan kolega bisa langsung memiliki gambaran apakah kita profesional, percaya diri, dan bisa diandalkan. Oleh karena itu, jangan sampai salah langkah! Kita harus mencari tahu mengapa kesan pertama itu penting dan bagaimana cara membuat kesan pertama yang tidak terlupakan.
Mengapa First Impression Penting?
First impression itu seperti tiket masuk kita ke dunia profesional. Begitu kita melangkah ke dalam ruangan, rekan kerja bisa langsung menilai kita mulai dari cara berdiri, berbicara, bahkan bagaimana cara kita berkontak mata. Faktanya, penelitian The Center for Sales Strategy (2023) menunjukkan bahwa first impression terbentuk dalam 7 detik pertama saat kita melihat seseorang.
Kalau dalam 7 detik itu kita kelihatan ragu-ragu, kurang percaya diri, atau terkesan acuh maka first impression yang dibangun juga tidak maksimal. Sebaliknya, kalau kita bisa menciptakan first impression yang kuat, rekan kerja juga akan lebih terbuka untuk bekerja sama, mempercayai kita, dan melihat potensi diri kita.
Lalu, bagaimana cara menciptakan first impression yang berkesan?
Ciptakan First Impression yang Berkesan dengan 8 Cara Berikut Ini:
1. Tunjukkan Sikap Percaya Diri Bukan Sombong
Percaya diri itu penting tapi jangan berlebihan. Berdiri dengan tegap, jaga kontak mata, dan berikan senyuman yang tulus. Hal tersebut akan membuat rekan kerja merasa lebih nyaman dan percaya pada kita.
2. Berpakaian Profesional Sesuai Budaya Perusahaan
Menurut Copeland, A. (2023), penampilan adalah hal pertama yang harus diperhatikan. Setiap tempat kerja memiliki aturan berpakaian yang berbeda tetapi intinya tetap sama yaitu rapi dan profesional. Gunakan pakaian yang sesuai dengan budaya perusahaan, karena cara berpakaian akan menunjukkan bagaimana kita menghargai dan mewakili tempat dimana kita bekerja.
3. Gunakan Bahasa Tubuh yang Tepat
Bahasa tubuh bisa lebih kuat dari kata-kata. Hindari menyilangkan tangan karena akan terkesan tertutup dan usahakan gerakan kita tetap santai. Dengan bahasa tubuh yang terbuka, kita akan terlihat lebih hangat dan dapat dipercaya.
4. Lakukan Jabat Tangan yang Meyakinkan
Jabat tangan yang tepat menunjukkan percaya diri dan profesionalisme. Lakukan dengan hangat, solid, dan tetap jaga kontak mata agar kesan yang kita berikan semakin kuat.
5. Berbicara dengan Jelas dan Tenang
Nada bicara kita juga sangat menentukan kesan pertama. Hindari berbicara terlalu cepat, pelan, dan kaku. Pastikan suara kita terdengar jelas, santai, dan meyakinkan. Satu hal yang juga penting adalah hindari memotong pembicaraan, komunikator yang andal akan lebih banyak mendengarkan.
6. Tunjukkan Ketertarikan pada Orang Lain
Saat berbicara dengan rekan kerja baru, tunjukkan ketertarikan kita kepada mereka. Tanyakan hal-hal sederhana seperti, “Sudah berapa lama bekerja di sini? Bagaimana rasanya kerja di sini?” atau “Kendala apa yang sering dihadapi?”. Ini akan membuat percakapan kita lebih hidup dan bermakna.
7. Tepat Waktu Itu Wajib
Datang tepat waktu merupakan bukti disiplin dan profesionalisme (Copeland, A., 2023). Sebaliknya, keterlambatan bisa langsung memberikan kesan buruk yang sulit diubah.
8. Jadi Versi Terbaik dari Diri Sendiri
Kita tidak perlu pura-pura menjadi orang lain demi disukai. Keaslian itu jauh lebih otentik dan dihargai daripada kesan yang dibuat-buat. Tetap menjadi diri sendiri tapi dengan versi terbaik yang profesional, percaya diri, dan menyenangkan.
Kesimpulan
Membangun first impression yang baik di tempat kerja bukan sesuatu yang sulit, tetapi membutuhkan kesadaran dan latihan. Dengan menerapkan strategi di atas, kita dapat memastikan bahwa rekan kerja dan atasan memandang kita sebagai individu yang berintegritas dan dapat diandalkan.
Sudahkah Anda siap memberikan kesan pertama yang positif dan profesional? Bergabunglah dalam kelas-kelas di TALKINC untuk mempelajari teknik komunikasi dan public speaking yang efektif guna mendukung perkembangan karier kita. Jangan lewatkan kesempatan ini. Daftar sekarang juga!
References
Copeland, A. (2023, May 22). 19 tips to make a great impression at a new job | LiveCareer. LiveCareer. https://www.livecareer.com/resources/jobs/networking/first-days-working
MindTools | Home. (n.d.). https://www.mindtools.com/a391uhu/making-a-great-first-impression
Paparo, K. (2019, May 22). man standing near podium. Unsplash. https://unsplash.com/photos/man-standing-near-podium-XSDTr93bhBo
The Center for Sales Strategy. (n.d.). Seven Seconds to Make a First Impression — Make it Count!https://blog.thecenterforsalesstrategy.com/seven-seconds-to-make-a-first-impression
by admin | Mar 10, 2025 | TALKINC Inspiring Stories
Oleh : Shahnaz Haque
Istilah baru yang muncul di kalangan Gen Z saat ini adalah YONO (You Only Need One),berarti Kamu Hanya Butuh Satu. Cara ini sebagai pengganti YOLO (You Only Live Once), yang berarti Kamu Hanya Hidup Sekali. Alih-alih mengejar kesenangan sesaat, TALKINC Friends sekarang sudah mulai cerdik untuk fokus memilih satu dalam merancang masa depan. Jadi, untuk para mahasiswa, fresh graduate, dan first jobber, ini adalah saat yang tepat untuk mempersiapkan karier bersama ahlinya di program TALKINC. Untuk Gen Z yang lahir tahun 1997-2012, daripada bingung atau malah #KaburAjaDulu, ikuti program persiapan kerja. Di sini, para pembaca akan dibantu mempersiapkan karier terbaik mulai dari dasar hingga siap terjun ke dunia kerja.

TALKINC Friends yang berusia 13-28 tahun pasti paham bahwa belakangan ini marak tagar #KaburAjaDulu menjadi perbincangan nasional. Karena beranggapan jika TALKINC Friends di negeri sendiri sulit mendapat lowongan pekerjaan, TALKINC sampai mempelajari keinginan dan prioritas Gen Z di tempat kerja. Berdasarkan penelitian, TALKINC Friends ingin bekerja dengan gaji yang fair sekaligus bisa menjaga mental health. Apakah memang benar, nasionalisme tidak tebal? Sederhana saja, ini bukan soal tidak cinta tanah air. Tapi tentang membangun pondasi kehidupan menuju kehidupan dewasa kelak.
Di TALKINC, para pembaca akan dibimbing langsung oleh para fasilitator profesional untuk memahami sejauh mana kemampuan dan potensi diri. Peserta akan mendapatkan Assessment, Sertifikat, Career Plan Journal, dan Training, serta wawasan berharga tentang cara mendapatkan insentif & percepatan karier, memahami rekan kerja & membangun kompetisi sehat, meningkatkan profesionalisme & stabilitas pekerjaan, menentukan tujuan karier dengan jelas, menjaga work-life balance & fleksibilitas kerja, dan mengasah keterampilan dalam menyampaikan pendapat. Dengan pendekatan yang terarah, TALKINC akan membantu para pembaca berkembang secara profesional dan meraih kesuksesan dalam dunia kerja.
Cari kerja di perantauan atau di dalam negeri itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Para pembaca harus bisa bersaing dan bisa memilih mau #KaburAjaDulu atau berjuang di Indonesia. Kedua hal tersebut memiliki branding yang berbeda, tapi tekanannya sama. Jadi, ayo belajar hidup, Gen Z Indonesia. Di mana pun berpijak, para pembaca bisa mengharumkan! Hidup itu memang perjuangan. Gunakan akal sehat saat memutuskan sesuatu dan gunakan hati saat bertindak dan berkata. Berkomunikasi dengan baik adalah kunci kesuksesan di dunia kerja.
Kegigihan itu lebih baik dari sekadar bakat dan kecerdasan. Sikap apatis tercermin dalam perilaku yang tidak peduli serta pendekatan yang pasif terhadap kehidupan. Para pembaca yang bersikap apatis akan kehilangan gairah dan motivasi dalam pekerjaan ataupun hal lain yang seharusnya penting. TALKINC percaya bahwa komitmen para pembaca untuk menciptakan lingkungan yang lebih positif dapat menciptakan semangat untuk membawa perubahan yang lebih baik bagi komunitas yang lebih besar.
Jangan takut gagal karena itu bukan aib. Kegagalan-kegagalan yang dialami tidak pernah menjadi sia-sia karena dapat membangun daya tahan serta memberikan pelajaran-pelajaran baru. Jikalau para pembaca diam saja tidak menabur benih apapun karena khawatir benih dimakan burung, disapu hujan padahal sudah bersusah payah, para pembaca juga tidak akan memanen apapun.
Bangunlah komunikasi dua arah yang membuat orang lain merasa didengar dan dihargai hingga menumbuhkan rasa percaya. Mulailah dari diri sendiri, lingkungan kecil di sekitar, hingga sikap positif ini dapat menular dan memberikan energi kepada orang lain untuk melakukan hal yang sama. Ingin tahu lebih banyak tentang TALKINC? Temukan semua informasinya di sini!