Kenapa harus memilih Sekolah MC-TV Presenter di TALKINC ?

Ini pertanyaan yang paling sering ditanyakan oleh fasilitator saat di kelas. Menjadi seorang Master of Ceremony (MC) itu ‘kecemplung’, kerjan yang mau tidak mau harus saya jalani. Kenapa?

Sedikit bercerita tentang latar belakang pekerjaan. Saya adalah seorang pegawai negeri sipil. Tahun 2015, saya dipindah ke unit Hubungan Masyarakat dimana salah satu aktivitasnya yaitu menerima kunjungan pelajar atau mahasiswa. Tentu saja saat acara kunjungan itu dibutuhkan MC yang mengatur jalannya acaranya. Nah, sebagai kaum hawa satu-satunya (saat itu) di unit tersebut, saya ditugaskan untuk menjadi MC. Oh ya, di kantor saya, kebiasaannya adalah MC berpasangan (laki-laki dan perempuan).

Saya tidak memiliki dasar pengetahuan sedikitpun soal MC, pengalaman apalagi. Untungnya, rekan MC saya adalah seorang MC dengan pengalaman segudang. Lumayan terselamatkan lah ya, hehehe…
Pertengahan tahun 2018 lalu, bagian yang mengurusi SDM di kantor saya mengadakan training MC bekerja sama dengan TALKINC. Ketika tahu nama saya ada di dalam daftar peserta, rasanya senang sekali. Saya berpikir ini saatnya saya bisa tahu dasar-dasar pengetahuan menjadi seorang MC. Makin senang lagi karena ternyata saya dipilih oleh Bu Becky untuk bisa menambah wawasan di kelas Professional MC-TV Presenter.

Masuk kelas Professional MC-TV Presenter membuka mata saya bahwa menjadi seorang MC tidaklah mudah. MC itu bukan hanya modal ‘ngomong’, banyak hal yang harus dipersiapkan.

Kalau ditanya materi apa yang menjadi favorit saya, susah jawabnya karena semua favorit saya. Hehehe… Tapi ada 2 (dua) materi yang sangat saya sukai, yaitu:

1. Teaming with your partner

2. Brand image

Materi Teaming with your partner ini tentu saja sangat berguna bagi saya. Seperti yang sudah saya ceritakan diatas. Di kantor saya, MC itu berpasangan. Dan saya menyadari bahwa saya punya kelemahan saat MC berpasangan yaitu takut berbicara. Selama ini saya cenderung menjadi pihak yang pasif. Pesan fasilitator, mba Irina Dewi, saat menyampaikan materi ini bahwa MC itu satu tim dan harus balance, tidak boleh ada yang terlihat dominan ataupun pasif. Dalam satu tim itu harus saling mengenal karakter masing-masing dan harus ada pembagian tugas yang jelas.

Lalu untuk materi Brand image. Awalnya agak tidak yakin saat tahu mba Kamidia Radisti yang menjadi fasilitator materi ini. Saya pikir mba Kamidia akan masuk di kelas total look. Tapi ternyata mba Kamidia Radisti juara deh, bisa banget menjadikan kelas ini sesi curhat. Hahahah….

Dalam kelas brand image ini, mba Kamidia sampaikan bahwa seorang MC itu harus tahu image-nya itu seperti apa. Tidak semua MC bisa membawakan acara formal maupun informal. Maka dari itu, tentukan image seperti apa yang ingin dibangun, yang dikenal oleh masyarakat.

Well, 8 pertemuan sudah saya lewati. Dan sedikit demi sedikit ilmu yang saya dapatkan sudah saya terapkan saat menjadi MC di kantor.

MC pertama kali di tahun 2019, partner MC saya bilang: “Lo sekarang lebih nyantai ya, tek-toknya lebih luwes. Lebih enak ngobrolnya.”

Jujur, senang banget rasanya.

Terima kasih fasilitator-fasilitator yang luar biasa keren.

Terima kasih TALKINC untuk kesempatan ini.

  • Inez, Professional MC-TV Presenter Batch 99

Manfaat Outbound Training bagi Kemampuan Komunikasi Peserta Training Part 1

Manfaat Outbound Training ?

Dewasa ini, dunia tengah memasuki suatu era yang disebut sebagai era digital. Dengan meningkatnya pembahasan dan diskusi mengenai Industri 4.0 yang mengedepankan unsur Artificial Intelligence dan Internet of Things, peran manusia sebagai aplikator dan operator dari sistim terdigitalisasi ini menjadi sangatlah penting. Berdasarkan artikel-artikel yang saya baca di LinkedIn dan Brigdr Insights, era digitalisasi ini dapat menyebabkan kecenderungan bagi manusia untuk merasa terancam dengan kehadiran teknologi, sehingga manusia menjadi lebih pesimis dalam dunia pekerjaan. Pesimisme ini kemudian dapat mempengaruhi atmosfir tempat kerja dan pada akhirnya, kerjasama antar manusia sendiri. Oleh karena itu, saya beranggapan menjadi penting untuk meningkatkan solidaritas antar manusia untuk menghadapi transformasi yang dibawa dengan wacana Industri 4.0.

Outbound Training merupakan salah satu bentuk pembelajaran pendidikan yang menarik untuk meningkatkan solidaritas antar manusia yang saya canangkan sebelumnya. Menurut Ancok (2002: 41), Outbound Training adalah suatu program pelatihan di alam terbuka yang mendasakan pada prinsip belajar melalui pengalaman langsung yang disajikan melalui aktivitas fisik dan dikemas dalam bentuk games, simulasi, diskusi, dan petualangan. Lantas, apa korelasi antara program outbound dengan solidaritas antar manusia?
Afiatin (2003) dalam disertasinya mengutip Johnson dan Johnson bahwa kegiatan dalam outbound training dapat meningkatkan hidup bermasyarakat (sense of community) diantara para peserta pelatihan tersebut, sehingga program outbound ini dapat menjadi salah satu solusi yang tepat-guna dalam situasi ini.

Telah ada beberapa riset yang dilakukan, baik di Indonesia maupun di kancah global, mengenai pengaruh outbound training terhadap pesertanya. Di Indonesia, saya mengutip hasil penelitian dari Totong Umar (2011) bahwa outbound training membawa pengaruh pada empat poin, yaitu:

1. Ada pengaruh hasil outbound training terhadap karakter rasa percaya diri
2. Ada pengaruh hasil outbound training pada peningkatan karakter kepemimpinan
3. Ada pengaruh hasil outbound training terhadap peningkatan kerjasama tim
4. Outbound training tidak memberikan sumbangan yang merata antara rasa percaya diri, kepemimpinan, dan kerjasama tim.

Sumbangan terbesar (adalah) rasa percaya diri, yaitu sebesar 7.25%. Sementara di kancah global, terdapat penelitian dari Karunawardhana (2016) yang mengidentifikasi efektivitas dari outbound training dalam mengubah perilaku karyawan di Parliamen Sri Lanka. Dalam studi tersebut, ditemukan bahwa metode outbound secara positif berkorelasi dengan perilaku pegawai, secara spesifik di dua dimensi perilaku, yaitu keterampilan dan attitude.
Dalam bagian selanjutnya, saya akan menjelaskan benang merah antara temuan-temuan dalam penelitian terhadap outbound training yang telah disebutkan dan kemampuan berkomunikasi para peserta yang secara tidak langsung turut dipengaruhi oleh outbound training itu sendiri.

Irnasya Shafira – Research and Development TALKINC”

Outbound Program BNI Wilayah Jakarta Kota Februari – Maret 2019

TALKINC kembali bekerjasama dengan Bank Negara Indonesia dalam program pengembangan sumber daya manusia dan kali ini bersama kantor wilayah Jakarta Kota (WJK) mengemas pelatihan dengan kombinasi pendekatan belajar dalam ruangan dan outbound. Outbound Program diikuti oleh total 200 pegawai dari beberapa Kantor cabang di WJK terbagi kedalam 2 batch yang dilaksanakan pada tanggal 23-24 Februari (batch 1) dan 2-3 Maret 2019 (batch 2) di Novotel Resort Bogor.

Outbound Program 2 hari mengusung tema
Strategic Sales, Motivation and Collaboration

difasilitasi oleh beberapa Fasilitator TALKINC diantaranya Erwin Parengkuan, Shahnaz Haque, Lala Tangkudung, Bona Sardo dan Elizabeth Santosa. Sesi diawali dengan Ice Breaking dalam kelas gabungan diikuti dengan pemisahan kelas dengan masing-masing pembahasan mengenai teknik penjualan dan kemampuan profiling untuk menentukan strategi komunikasi yang tepat. Sesi hari pertama berlanjut ke pembahasan etika professional termasuk simulasi table manner dan ditutup dengan sesi motivasi di hari pertama.

Hari kedua diisi dengan program outbound mencakup berbagai aktifitas luar ruangan seperti team building dan berbagai rangkaian games yang melatih kerjasama tim, komunikasi, kepemimpinan, strategi dan penyelesaian masalah (problem solving). Program outbound dinilai efektif dalam proses belajar karena memiliki pendekatan yang sangat beragam dalam lingkup experiential learning sehingga semangat dan keikutsertaan para peserta dalam proses belajar menjadi terjaga mulai dari awal hingga tahap akhir.

Keseluruhan program outbound diakhiri dengan pesan motivasi dan inspirasi para pemimpin BNI WJK yang hadir serta komitmen bersama seluruh peserta sebagai 1 tim untuk terus bergerak melakukan perubahan dan kerjasama yang kolaboratif dalam mencapai target bersama.

Student Testomonial Regular Class Public Speaking Batch 67

Nur Anugerah

Regular Class Public Speaking Professional, Batch 67

Awal mula tertarik untuk mengembangkan kemampuan untuk menyampaikan informasi dengan terstruktur dan menarik. Saya memutuskan untuk mengikuti Regular Class Profesional Public Speaking setelah mengikuti kelas Social Media Communication oleh Mas Wahyu Wiwoho di Galeri Indonesia Kaya. Materinya menarik dan cara menyampaikan kontennya pun mudah dipahami. Ternyata encounter pertama saat masuk TALKINC langsung ketemu mas Wahyu lagi.

Sebenarnya semua materi yang disampaikan dalam setiap encounter itu sangat bermanfaat. Ada materi praktis dan teoritis, dilengkapi dengan latihan di kelas serta umpan balik fasilitator. Secara pribadi materi yang saya butuhkan dan masih harus ditingkatkan adalah flow of mind dan juga creating impressive presentation slides. Bagaimana menstrukturkan ide-ide serta materi yang akan disampaikan. Adapun cara-cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan perhatian dari audience dalam opening dengan story telling, creating similarity, 3H (head, heart, hand), questioning, dll sangat bisa diterapkan dalam aktivitas sehari-hari. Intinya selalu latihan, self evaluation dan awareness, yang selalu diingatkan para fasilitator dan juga Mas Erwin Parengkuan.

Terima kasih Talkinc.. Sukses selalu untuk Talkinc dan team. Semoga bisa bekerjasama kembali.

TALKINC Outbound Program

Outbound Program

Dalam pengalaman kami menjadi training provider kepada banyak perusahaan baik private maupun BUMN, maupun Pemerintah, 2 hari pelatihan adalah waktu yang paling tepat untuk membuat seseorang terbuka pikirannya dan bergerak menuju sebuah perbaikan. Sebut saja modul training kami tentang Public Speaking yang selalu menjadi primadona, dapat merubah minset seseorang di hari pertama pelatihan tentang pentingnya menguasai tehnik komunikasi modern saat ini, dihari kedua dimana peserta kemudian diminta untuk melakukan individual presentation ,mereka terlihat lebih baik dalam menyampaikan pesan.

Ketika sebuah divisi terlihat lebih cakap berkomunikasi pasca pelatihan, maka tujuan dari pelatihan kemudian menjadi tercapai. Sejalan dengan besarnya tuntutan para profesional untuk melakukan presentasi saat ini, besar juga tuntutan lain yang timbul yaitu melakukan kolaborasi antar divisi. Banyak perusahaan besar dengan banyaknya team dan kompleksitas didalamnya membuat kerjasama antar divisi menjadi rumit, silo effect, adalah salah satu “penyakit” yang harus dibasmi. Menyikapi tantangan yang muncul, lantas mulai tahun lalu, kami membuat program khusus outbond kepada para mitra usaha kami. Berbagai perangkat komunikasi yang harus mereka kuasai diberikan dihari pertama, termasuk kemampuan untuk bonding dengan antar divisi, mempererat team work dan mempertajam core values organisasi.

Rupanya, banyak outbond dilakukan oleh banyak perusahaan hanya sekedar outbond yang tujuannya hanya membangun hubungan tapi tidak menyelipkan unsur cara berkomunikasi didalamnya. Sehingga program baru ini kami luncurkan langsung menjadi salah satu primadona baru yang dinantikan oleh banyak perusahaan .

Kenapa demikian ? ada 5 alasan utama yaitu:
1. Fokus karena dilakukan tidak diarea kantor, peserta tidak terganggu dengan tugas harian
2. Suasana yang berbeda menciptakan “peace of mind” peserta
3. Kegiatan belajar di luar ruang, banyak bermain, belajar dan mencerna, lebih mudah diterima oleh peserta
4. Aktivitas bonding dengan games yang impactful memberikan sudut pandang baru kepada peserta tentang pentingnya mengenal sisi lain dari team mereka dengan pendekatan personal, seseorang yang biasanya terkesan galak di kantor begitu terpapar pelatihan outbond ini, ternyata orangnya tidak segalak itu, dst.
5. Kolaborasi mudah tercipta setelah terjadi pendekatan pribadi.

Dari feedback yang kami dapatkan, istilah “susah move on”, “kena banget” oleh masing-masing peserta selama 2 hari ini menjadi momentum yang tepat untuk perubahan yang ingin dicapai oleh perusahaan, sehingga outbond inipun menjadi wajib diberlakukan ke divisi lainnya.

Beberapa outbond kami sertakan kegiatan rafting (tergantung lokasi dan fasilitas rekreasi tiap hotel/daerah), games individu dan perkelompok, menjadikan belajar menjadi fun sambil bermain. Belum lagi kontes yang berlangsung dari hari pertama dan menyebutkan team terbaik, peserta terbaik pada saat makan malam di hari kedua sambil melihat masing-masing kelompok tampil memberikan suguhan hiburan yang berbeda. “Ini benar-benar pengalaman outbond terbaik yang impactful, mengena di saya dan semua team saya. Kami menjadi fresh kembali, keluar dari rutinitas dan lebih mengenal pribadi setiap orang” ujar salah seorang Group Head kepada kami belum lama ini.

When Preparation Meet Opportunity To Get A Job As MC

Kalau ada orang tanya apakah memang cita-cita dari lama ingin jadi MC? Jujur, dari kecil saya lebih suka disuruh ngitung daripada disuruh ngomong. Dan sampai 5 tahun lalu, tidak pernah terbayang oleh saya untuk memandu sebuah acara, apalagi sampai mendalami bidang tersebut. Sejak 2013, saya bekerja sebagai bankir di salah satu bank BUMN. Pertama kali ditugaskan sebagai MC salah satu acara di kantor itupun karena budaya kantor yang selalu mengkaryakan anak-anak baru di setiap acara kantor.

Dan saya dapat bagian jadi MC. Bingung? Jelas. Tapi akhirnya nekad menyanggupi. Dan setelah acara tersebut, ternyata malah ketagihan buat ngemsi acara-acara lain di kantor dengan tema yang bermacam-macam (akhirnya jadi suka ngomong daripada ngitung hehhe). Waktu itu cuma dengan modal nekat dan belajar dari senior-senior di kantor yang sering jadi MC juga ditambah dengan belajar dari kekurangan-kekurangan yang dirasakan selama menjadi MC di setiap eventnya.

Sampai pada satu titik kepikiran untuk “lebih niat” mendalami bidang ini dan belajar dengan “ahlinya”. Akhirnya saya memutuskan untuk (sekali lagi nekat) keluar dari comfort zone saya dan belajar hal baru dengan mengambil kelas Professional MC-TV Presenter di Talkinc. Awal masuk kelas deg-degan karena pengetahuan saya tentang bidang ini sangat minim tapi juga sangat excited untuk mendapatkan ilmu baru.

Sejak kelas pertama, saya ngerasa aura di kelas selalu hidup dan positif. Terutama dari fasilitatornya (karena yang ngajar MC Professional jadi pasti sudah sangat ahli dalam membangun suasana yaa hehhe), jadi temen-temen dikelas pun jadi selalu semangat dan termotivasi untuk belajar dan memberikan yang lebih baik di setiap pertemuannya. Aura itu saya rasakan sampai pertemuan terakhir.

Jadi kalau disuruh milih kelas mana yang paling disuka, agak susah milihnya, karena suka semua kelas dan semua fasilitatornya pasti selalu memotivasi kita semua untuk berani ambil tawaran ngemsi atau bahkan menawarkan diri sendiri untuk ngemsi di acara kantor atau keluarga, sebagai tempat mempraktekan apa yang udah dipelajari di kelas.

Tapi kalau emang dipaksa untuk milih, hehe, mungkin yang paling membuat saya amaze adalah Encounter ke 4 tentang How to Create Your Script. Selama ini merasa selalu kesulitan untuk membuat bridging saat ngemsi, selalu merasa bingung apa lagi ya yang bisa dibahas pas diatas panggung. Sampai pas disuruh praktek di Encounter ini, ketika fasilitator melempar 1 kata saja, ternyata bisa tercipta 10 cerita dari banyak sudut pandang yang berbeda-beda dari 10 orang yang ada di kelas. Mind blown! Jadi harusnya ga ada alasan lagi buat saya bilang kehabisan bahan ngomong.

Dan akhirnya ketika saya dapat job MC setelahnya, yang saya lakukan adalah men-challenge diri saya sendiri untuk menggali banyak perspektif untuk 1 tema acara. Kalau ga ikut Talkinc, pasti sampai sekarang saya masih dengan alasan bingung mau bahas apalagi saat diatas panggung.

And the last, I’d like to say thank you to Talkinc and all of my facilitators, and also mba Nicky dan mas Taufik (yang sudah banyak membantu dan memberikan info-info penting untuk kami), berkat kalian, saya berani mencoba mengambil job MC dengan tema diluar comfort zone saya (paling nyaman sebenernya jadi MC Corporate).

Dimana di pertengahan November 2018 kemarin, untuk pertama kalinya saya menjadi MC Wedding (dengan mengaplikasikan hal-hal yang selama ini saya pelajari di TALKINC.
Sukses terus untuk Talkinc! Doakan saya mendapatkan banyak keberuntungan untuk jadi MC Professional di masa mendatang. Saya percaya, keberuntungan itu ada ketika kita siap saat kesempatan itu datang. Dan di Talkinc ini adalah salah satu langkah saya dalam mempersiapkan diri.

-Fitria Darwin, Professional MC – TV Presenter batch 97

TALKINC MENUA DALAM KIPRAHNYA

 

Eh, belum tua denk… Baru belasan…
Kalau orang, umur segini, dibilang lagi masa akil balig, lagi genit-genitnya.
TALKINC juga sama, lagi ganjen banget. Hari ini fasilitatornya ada yang harus kasih materi training di Bogor, besoknya ada yang ke Bandung, lalu ada juga yang ke Surabaya… Eh, minggu berikutnya ada yang nyebrang pulau.. ke Bali, Kalimantan, Irian Jaya… Ih, ngapain, kantor TALKINC kan ada di Jakarta? Memang. Aktivitas di Jakarta tetap jalan, tapi pelatihan yang dipercayakan kepada Talkinc di daerah juga berlangsung dengan gencar. Kliennya ada di mana-mana. Sombong sedikit dilengkapi fakta boleh ya. Fakta yang tidak perlu lagi diuji kebenarannya 😀 (silakan intip barang bukti dokumentasinya di akun instagram @talkincorps).

TALKINC menua, meski baru hitungan belasan.
Untuk manusia, bisa hidup sampai tua itu takdir. Orang sehat belum tentu panjang umur, orang muda belum tentu bisa sampe tua. Tapi untuk sebuah lembaga, supaya bisa menua dan panjang umur, hanya perlu sehat. Sehat fisik dan mental orang-orang yang berada di dalamnya, sehat gaya kepemimpinan pendirinya, sehat budaya komunikasi organisasinya, sehat pengelolaan keuangannya, sehat program-programnya, sehat hubungan dengan ‘stake holder’-nya, sehat lingkungan fisik kerjanya.

Jika sehat menjadi kunci, pertanyaannya adalah bagaimana untuk menjadi sehat. Tentu perlu usaha. Usaha yang perlu keringat, kadang bercampur darah dan air mata (dalam dimensi vertikal, doa juga menjadi unsur utama yang tidak boleh ditinggalkan). Ahaa… kedengarannya agak hiperbola ya, tapi untuk orang yang sudah terjun ke dunia bisnis (apapun jenis bisnisnya), pasti tau betul bahwa kalimat tadi sungguh mendekati kebenaran. Dalam sebuah acara kumpul-kumpul dengan keluarga besarTALKINC, Erwin Parengkuan dan Becky Tumewu selaku pendiri lembaga pendidikan ini, sempat menceritakan jumpalitannya mereka berdua dalam membesarkan Talkinc.

“Win, kamu kayaknya mending balik aja ke dunia entertainment. Enggak cocok kamu ngurusin beginian (dunia pendidikan)…” Itu kalimat seorang klien TALKINC, yang merasa kurang puas atas apa yang diberikan Talkinc pada program inhouse training looong time ago.

“Waktu itu, rasanya gue mau udahan aja ngajar. Mau gue bubarin TALKINC. Gila! Makjleb banget itu omongan,” kisah Erwin.

Becky, juga mengalami rintangan-rintangan yang tak kalah seru.
“Aaahh… sampe nangis-nangis, deh…,” kenangnya.

Ya, itu semua kenangan. Kenangan dari jungkir-baliknya bagaimana TALKINC dikembangkan.

Tidak ada usaha yang menghianati hasil. Lho, bertahan sebelas tahun, memang sudah bisa dianggap berhasil? Ya, berhasil mengatasi kendala dan melompati rintangan di tahun sebelumnya. Tapi berhasil sampai di tujuan, tentu belum… Kenapa? Karena tujuannya selalu berubah, bertambah dan bertumbuh. Dream higher and wider.

TALKINC masih akan terus menua…Menua dalam geliat jasa pendidikan pengembangan keahlian berkomunikasi. Nanti bukan hanya sekedar “ganjen” mempesona di mana-mana, tetapi juga akan jadi “biang keladi” kenapa individu-individu di dunia entertain bisa tampil sangat percaya diri, kian terasah gaya komunikasinya; Kenapa sumber daya di banyak perusahaan jadi lebih berkualitas presentasinya, lebih handal kemampuan public speakingnya, lebih piawai keahlian menulisnya; Kenapa banyak ‘leader’ yang lebih terarah dan mumpuni dalam berkomunikasi.

Mari, kita tunggu TALKINC menua.
Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi-jadi.
Happy Anniversary 11th

Lia Halim
—————
Fasilitator

Step yang terkadang terlupakan untuk menjadi Seorang MC – Presenter

Selama saya mengikuti Training Mc – TV Presenter ini yang paling berkesan adalah pada saat encounter 1 leading by Mas Wahyu Wiwoho.

Step 1 :
First Impression ini sangat penting bagi saya pribadi karena menentukan seberapa excited saya untuk meneruskan kelas ini (haha – kegalauan seorang anak didik baru)
Kesan dihari pertama training saja sudah sangat luar biasa, jauh dari kesan monoton, dan materi materi nya pun disampaikan secara fun tapi berisi.

Step 2 :
Menjadi seorang MC Profesional harus memahami betul Do’s & Don’ts serta kode etik yang berlaku di dunia per MC an ataupun Presenter, di Encounter 1 ini semua detail yang dibutuhkan ada, kalau selama ini saya pribadi hanya membawakan sebuah acara berdasarkan rundown dan inti materi saja, dengan mengikuti kelas ini saya sangat terbantu bahwa seorang MC tidak hanya mengandalkan Product Knowledge serta berani berbicara di depan public saja melainkan ada step step yang harus dilakukan dan dipahami salah satunya :

Mengedukasi, Tidak hanya serta merta menyampaikan apa yang tertulis di rundown saja melainkan harus mengambil kesimpulan positif yang bisa di share kepada audience.

Memiliki Sense of Humor, Penyampaian materi atau pada saat membawakan acara tidak terkesan membosankan, sehingga audience bisa mengikuti step by step acara tersebut dengan fun namun tetap serius pada inti acara (tergantung jenis acara).

Inti dari materi yang disampaikan adalah, Seorang MC / Presenter tidak hanya harus berpenampilan menarik melainkan harus menjadi seorang yang professional yang bisa menyampaikan materi sesuai dengan kebutuhan dengan kalimat yang baik, mengedukasi dan bisa membawa Image Postive bagi dirinya sendiri maupun Brand yang sudah menggunakan jasa kita.

Regards,
Feranica Prilly – MC TV Presenter Batch 96

Professional Public Speaking Evening Class – Batch 1

Setelah sekian lama menunggu kuota peserta yang memadai, akhirnya saya bisa attend utk kelas Professional  Public Speaking – Evening Class untuk Batch yang pertama, yayyyy!! Kelas pertama dibuka oleh Mas Erwin, sang Founder TALKINC. dan juga dedengkot nya di bidang ini. Feeling so happy to meet him in person and listen to his session.

To be honest, susah untuk memilih materi mana yang menjadi favorit karena semua materi menarik dan bermanfaat. Seluruh session dibawakan dengan cara yang segar dan dengan keunikan masing – masing pengajar. Mulai dari Mas Erwin Parengkuan, Mbak Becky Tumewu, Mbak Lala Tangkudung, Mas Aurelio, Mas Bona Sardo sampai sang legend Mbak Poetri Soehendro! I am so blessed to be taught by these amazing people. You may see those happy faces in the pictures.

So to cut the story short, dari segi materi, saya akhirnya memilih “Creating Impressive Presentation Slides” untuk menjadi materi yang paling menarik. Karena di sini saya diajarkan tips dan trik nya untuk membuat slides yang singkat, padat dan mengena pada sasaran. Kekuatan sebuah gambar/ visual itu ternyata sangat penting. “Selling you Big Idea with Visual” – ini motto yang sangat menempel di benak saya! Kadang kita hanya perlu menampilkan satu gambar yang sudah bisa ‘berbicara’ kepada audience.

Ok that’s all dari saya! Bravo dan Salute utk TALKINC.

Cheers,
Mia
Jakarta, 13 Sept 2018

Berkomunikasi yang baik di dalam Public Speaking

Berkomunikasi yang baik di dalam Public Speaking tidak hanya mengenai proses pengiriman dan penerimaan pesan, tapi lebih kepada pesan yang dikirimkan sesuai dengan apa yang diinginkan. Dalam berkomunikasi selalu mempunyai tujuan yang diinginkan, baik untuk persuasi, provokasi, informasi, negosiasi, klarifikasi maupun membangun hubungan. Good communication is building engage with people. Komunikasi yang baik adalah dengan membangun hubungan dengan komunikan.

Dengan membangun hubungan dengan komunikan, dapat membuat audiens merasa terikat dengan public speaker. Membangun hubungan dengan audiens penting dilakukan supaya audiens mau mendengar dan memberikan perhatian. Komunikasi yang baik harus memberikan manfaat bagi audiensnya, jelas alur dan tujuannya (alur disini dapat dikatakan sebagai flow of mind) dan harus interaktif. Interaktif dengan audiens menjadi salah satu cara dalam membangun engage with audiens.

Masalah yang kemudian muncul adalah bagaimana cara kita menyampaikan suatu pesan dengan tidak terburu-buru, terlalu panjang dan terlalu banyak. Lebih baik jika penyampaian pesan dilakukan dengan analogi supaya lebih praktis. Penyampaian pesan yang baik dapat dilakukan dengan analogi seperti pendekatan storytelling. Komunikasi yang modern menggunakan teknik bercerita. Diharapkan dengan tips ini, dapat membuat skills komunikasi anda menjadi lebih baik daripada sebelumnya.