by admin | Jan 30, 2022 | Information, News
Oleh Erwin Parengkuan
Kita sudah familiar mendengar istilah ini, bahkan untuk sebagian orang sudah lumrah. Ya, memang kita perlu memiliki kemampuan melihat diri ke “dalam,” lalu mengambil langkah-langkah yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Dunia yang bising saat ini, dunia yang resah dan penuh ketakutan juga distorsi media sosial membuat kebanyakan orang sulit untuk mempunyai kemampuan merefleksikan dirinya. Apa yang akan terjadi, seseorang akan terus aktif berjalan tanpa tahu apakah benar keputusan/langkah yang diambil sesuai dengan yang diinginkan. Bisa jadi itu malah bukan yang kita mau bahkan menyesatkan.
Pernah saya juga bingung mengambil sebuah keputusan penting belum lama ini. Saya lantas bicara dengan seorang rekan yang senior. Kami bertemu sore itu, dan ia bertanya kepada saya ; “apa yang kamu inginkan dan bayangkan dari 2 pilihan itu? Mana yang paling berarti buatmu?” setelah merenung sejenak, saya kemudian tahu langkah apa yang harus diambil. Saya perlu bantuan orang lain, kita perlu mencari seorang teman diskusi dalam kondisi sedang bingung. Tapi melalui tulisan ini saya ingin membantu anda agar ketika situasi datang dan kita bingung, isi dari artikel ini dapat menjadi sebuah referensi yang tepat buat anda.
Pertama, cari waktu 3 menit untuk hening setiap hari. Anda diminta untuk tidak memiliki kegiatan apapun, tidak ada smartphone disamping anda, tidak ada gangguan apapun dikepala. Hanya 3 menit hening setiap pagi, lantas tanyakan dalam diri : Apa yang saya inginkan hari ini? Kegiatan mana yang harus saya prioritaskan terlebih dahulu, makna apa yang akan saya lakukan hari ini? Buatlah list setelah anda merenung dan hening. Ketika malam tiba, hening lagi dan liat hasilnya apakah sesuai? Kalau ini dilakukan setiap hari, anda sudah menjalankan sesuai dengan kesadaran diri untuk melihat ke “dalam,” akan hal yang penting untuk kita jalankan dan sesuai yang diinginkan. Manfaatnya, anda akan lebih mudah fokus dan melihat sesuatu dari “big picture.”
Kualitas apa saja yang harus kita analisa ketika kita hening? Ada 4 point penting yaitu: Apa kekuatan yang kita miliki, kekurangan yang akan kita perbaiki, keahlian yang kita punya, area mana yang akan kita kembangkan dan hasilnya kita akan aware hal-hal terbaik yang harus kita lakukan. Melakukan refleksi diri ternyata membantu meningkatkan hubungan yang lebih harmonis dengan semesta, menjadikan kita lebih manusiawi, membuat kita semakin profesional dan tentunya otomatis menghargai semua yang ada di hidup ini. Kita menjadi pribadi yang tidak jumawa dan menghargai semua orang.
Yuk, mulai sekarang kita menjadi pribadi yang lebih peduli, lebih hangat dan bermanfaat. Karena saat ini bangsa kita mengalami banyak kemerosotan, dari sisi ekonomi yang menurun rankingnya, dari sisi ahlak/etika masuk kategori salah satu negara terendah dalam berinteraksi di media sosial, paling julit padahal dulu kita dikenal sebagai bangsa yang beradab dan ramah-tamah.
by admin | Jan 30, 2022 | Information, News
Oleh : Erwin Parengkuan
Dalam sebuah interaksi saya dengan seorang klien yang sudah 5 tahun berturut-turut menggunakan jasa kami untuk melatih para management trainee untuk mempunyai sikap dan cara komunikasi yang baik, terarah dengan segala elemennya, saya kemudian bertanya kepada sang Head of Human Resources-nya, kenapa hanya para pemula saya yang dilatih? Kenapa pelatihan tidak diteruskan kepada para Middle Management sampai kepada Board of Director? Ternyata jawaban yang saya dapatkan mereka belum membutuhkan itu. Ia mengatakan bahwa kebutuhan training kepada para middle dan senior level lebih kepada training leadership skills.
Saya lantas berpikir? Sebenarnya mana yang lebih penting buat membantu seseorang bertumbuh lebih baik lagi, apakah komunikasi lebih dulu atau memang melatih leadership skills? Coba kita telaah lagi. Sebagai langkah awal, bila seseorang dilatih leadership skillsnya tanpa dilatih communication skillsnya apa yang terjadi? Bukankah yang lebih utama terlebih dahulu dan mendasar, seseorang harus paham dan mengenal dirinya? Baru dapat berkumunikasi dan membangun hubungan? Lantas baru seseorang dapat menjadi leader yang baik?
Dalam banyak coaching yang kami lakukan untuk para leader, dimana mereka adalah para petinggi dari sebuah organisasi besar, ternyata para leader ini yang sudah pasti mempunyai kemampuan memimpin organisasinya dengan baik belum mahir dalam berkomunikasi, sehingga mereka kesulitan untuk menampilkan citra diri yang sesuai dengan corporate culture perusahaan untuk disampaikan kepada para stakeholders. Apa yang terjadi? Brand organisasi tidak terlihat dari para pemimpin ini. Kita tentu sadar bahwa setiap organisasi merupakan gabungan dari para individu yang beraneka ragam dan mempunyai latar belakang budaya yang berbeda-beda, dan tentu memerlukan kemampuan komunikasi yang baik dan sesuai dengan kultur lawan bicara kita.
Sejatinya, menurut pandangan saya, ketika organisasi ingin memberikan pembekalan kepada para pekerjanya, harusnya dimulai dengan hal yang paling mendasar, yaitu mengajarkan setiap orang untuk dapat membawakan dirinya, selaras dengan visi misi perusahaan dan tentunya itu tidak lepas dari semua atribut dalam berkomunikasi. Mulai dari memikirkan cara berpenampilan yang sesuai, menyusun kata-kata yang tepat, intonasi suara, bahasa tubuh yang sejalan dengan nilai-nilai budaya perusahaan. Beberapa point yang baru saya sampaikan adalah baru tahap awal seseorang untuk berkomunikasi, kita belum bicara soal cara berpresentasi, belum bicara soal ragam generasi yang ada saat ini, belum bicara soal komunikasi dengan berbagai kepribadian yang berbeda-beda dll.
Setiap organisasi menurut saya harus lebih cermat melihat melihat hal utama yang penting untuk membantu setiap pribadi bertumbuh, ditengah lesunya ekonomi dan roda bisnis. Apabila hanya jajaran bawah saja yang diajarkan komunikasi, sedangkan mayoritas individu tidak diajarkan, tentu training yang diberikan kepada jajaran garda depan ini tidak sanggup akan memberikan perubahan yang besar. Apalagi kita tahu dan alami sendiri, sekarang kemampuan komunikasi menjadi fundamental yang diperlukan oleh semua orang untuk meningkatkan karir yang lebih gemilang.
by admin | Jan 30, 2022 | Information, News
Oleh Erwin Parengkuan
Bulan Februari 2021 ini, gerombolan ikan paus pilot yang jumlahnya 53 ekor terjebak di sebuah pantai di Madura, sebelumnya para nelayan membantu mereka untuk kembali ke laut dalam, apa yang terjadi keesokan harinya, 53 dari mereka sudah terdampar di pinggir pantai, penduduk sekitar mencoba menyelamatkan mereka, tetapi hanya 3 ekor yang berhasil diselamatkan. Menyedihkan, ikan besar dengan panjang 4-5 meter ini dengan bobotnya yang berat sulit dibantu penduduk kembali ke laut, dan merekapun tidak dapat diselamatkan. Beberapa ahli mengatakan ini adalah peristiwa yang jarang, mereka mengungkapkan bahwa paus pilot berkompok, memiliki hirarki, sang pemimpin berbadan lebih besar yang akan selalu berada di posisi terdepan. Sayangnya, para nelayan dan masyarakat sekitar tidak mengetahui informasi ini, sehingga tidak dapat menyelamatkan sang pemimpin terlebih dahulu. Sangat unik memang kalau kita mempelajari alam dan hewan.
Mereka sangat organik, alamiah, seperti menanam sebuah bibit dan mengurusnya hingga tumbuh subur. Ketika seseorang memiliki waktu tanpa gangguan dan berpikir tentang alam, akan sangat banyak pelajaran yang akan kita temui disana. Bahwa binatang ,tumbuhan dll, juga terus bergerak. Bila sesuatu yang terjadi dengan alam tentu akan berdampak yang besar dalam kehidupan kita. Lingkungan rusak, satwa punah, tentu akan mengganggu pertumbuhan alami/ekosistem dan akan berdampak kepada kita manusia yang tinggal di bumi. Ini hanya satu contoh yang dapat menjadi pembelajaran kita. Sayangnya, ketiga paus pilot yang sudah lepas bebas berenang ke laut dalam, 2 dari mereka kemudian ditemukan tewas esok harinya di pantai yang sama. Nasib satu paus lagi sampai saat ini belum terdengar.
3 analisa para ahli kenapa mereka nyasar, pertama karena sonar sang bos paus diduga rusak, kedua arus deras dan gelom
bang yang terjadi mengganggu pergerakan mereka, dan yang terakhir bisa jadi karena mereka bertemu dengan ubur-ubur/plankton yang berbisa sehingga membuat sang bos mabuk tidak dapat menemukan jalur yang tepat.
Bertumbuh secara organik menurut saya akan sangat baik buat kita. Mempelajari apa yang terjadi dari perilaku manusia dalam berinteraksi juga merupakan proses pembelajaran yang tidak ada henti. Sebelumnya tentu kita harus mengamati diri sendiri dari semua kebiasaan yang kita lakukan. Apa yang akan diperbaiki menjadi mutlak agar harmonis adalah sebuah proses alamiah yang sejatinya dimiliki kita ketika memiliki kesadaran 100% dari cara kita berkomunikasi. Baru kita dapat melihat orang-orang disekeliling kita dan mencari figur inspiratif sebagai acuan untuk terus bertumbuh secara alamiah.
3 tips berikut ini semoga dapat membantu anda untuk terus bertumbuh. Pikiran yang terbuka memiliki pikiran yang terbuka luas, bukan sempit. Sehingga kita dapat melihat semua yang ada di dunia ini dengan jelas. Lingkungan, informasi yang kita terima harus juga yang terbuka alias positif. Sehingga pengamatan kita secara alami ini akan membawa kita kepada rasa penasaran untuk menjalankan apa yang kita inginkan.
Berani Paksa diri anda, untuk melakukan sesuatu yang ingin anda lakukan. Memiliki dorongan dalam diri yang besar, sehingga ketakutan anda akan menjadikan sebuah tindakan. Sebuah istilah “action cure fear” tindakan mengobati ketakutan kita. Lakukan saja, tidak ada ruginya mencoba daripada kita hanya mati penasaran.
Dengarkan kata hati, dengarkan intuisi anda berbicara, ia akan membawa anda “terbang” dalam imaginasi. Akan sangat seru dan menyenangkan sebuah bisikan diri yang akan melangkahkan kaki kita ke tujuan yang kita bayangkan. Kata hati tidak penah salah. Jangan lupa juga untuk mendengar informasi/input yang positif yang kita terima.
Saya percaya, bila 3 tips ini dilakukan, proses alamiah akan terus bergulir. Saya sering sekali melakukan proses ini, akan hal yang tidak saya ketahui, tapi rasa penasaran terus menggelitik saya, akhirnya ada sebuah tindakan. Bisikan dalam diri menjadi penuntun saya dalam berproses secara alamiah. Mengutip kata CEO Tesla yang sedang populer saat ini “It’s invitation to life, and it feeds you forever!” Saya ingin juga menutup tulisan ini dengan mengajak anda tidak takut bertumbuh jangan biarkan rasa takut menghantui kita dan mengagalkan semua keinginan yang akan anda wujudkan.
by admin | Jan 30, 2022 | Information, News
Oleh Erwin Parengkuan
Apakah anda setuju bahwa informasi yang kita terima merupakan info yang benar? Apakah tidak lebih bijaksana bila sebelum dipercayai kita perlu cerna terlebih dahulu benar tidaknya? Dan darimana kita dapat mengetahui kebenaran yang sesungguhnya? Sharing saya kali ini semoga dapat memberikan pandangan tentang arti sebuah kebenaran untuk kita pegang sebagai informasi yang valid. Ada sebuah istilah “scientific method” dimana kita diminta untuk tidak mudah mempercayai sesuatu yang benar (dari info atau diucapkan seseorang) mungkin itu tidak benar, atau sesuatu yang salah itu mungkin benar. Kalau mau disingkat penjelasan saya, adalah menjadi pribadi yang skeptis dalam urusan menerima informasi adalah penting. Dan kalau kita ingin mendapatkan jawaban yang benar tentu kita perlu melakukan proses pencarian infomasi ini, dan alur pencarian kebenaran ini bisa saja tidak berjalan lurus, bisa seperti kurva atau kusut seperti benang. Bahkan bila dicari, kita tidak akan menemukannya pada buku pelajaran. Dan kalau kita sudah menemukannya, pertanyaannya apakah masih relevan dunia saat ini? Seperti banyak buku yang beredar dicetak pada saat sebelum ada Covid-19 pandemic, sehingga banyak teori yang sudah tidak berlaku/relevan. Apakah anda percaya?
Sebuah contoh menarik berikut ini tentang teori gravitasi dan temuan para ilmuan terhadap beberapa planet yang ada. Seorang peneliti bernama William Herschel telah menemukan Planet baru bernama Uranus, sedangkan sebelumnya tidak terdeteksi. Lantas teori gravitasi oleh Isaac Newton muncul dan spekulasi timbul tentang berapa jumlah total planet? Sebuah teori bisa menjadi landasan para peneliti seperti teori Newton, sedangkan belum ada penelitian yang akurat di antariksa untuk mengitung apakah masih ada planet lain disana? Mereka skeptis dan kemudian mencarinya melalui proses yang panjang. Singkat cerita, kemudian dua ilmuwan bernama Le Verrier (seorang ahli matematika dari Perancis) dan John Couch Adam dari German, menemukan planet baru lainnya yaitu Planet Neptunus. Inti dari cerita ini adalah teori yang ada perlu diperkuat dengan konfirmasi dan diteliti dengan seksama. Di dunia modern seperti sekarang, contoh diatas sama seperti berita hoax yang semakin banyak dan mungkin sulit dibedakan oleh kebanyakan orang.
Bagaimana dengan informasi di media sosial yang sangat masif beritanya saat ini? Sangat sulit buat mereka yang naif untuk berpikir skeptis. Semua ditelan bulat-bulat seperti tahu bulat. Misalnya seseorang menuliskan title tentang dirinya sendiri sebagai seorang pakar, tetapi ketika kita teliti ternyata tidak/belum ada track record/diakui oleh industri. Atau belum lama ini di koran nasional seorang politikus menuliskan nama dirinya menjadi sebuah istilah, sedangkan istilah/terminologi tersebut tidak sepadan dengan nilai dirinya.
Dunia semakin bias, semakin banyak orang melakukan kampanye diri yang brutal, karena ego, karena tidak diakui dan ingin diakui, sedangkan kita kerap kali melupakan sebuah proses yang panjang dengan alur yang beraneka ragam prosesnya. Jadi untuk membiasakan diri menjadi lebih kritis dalam menerima sebuah informasi maka kita harus mulai mengambil sikap skeptis dan tidak mudah termakan berita, Menelusuri, mencari kebenarannya melalui proses yang panjang seperti cerita para ilmuan yang tidak mentah-mentah menerima sebuah teori yang bahkan sudah diakui dunia.
Menanggapi label yang dibuat oleh mereka-mereka yang belum diakui, justru mereka itu harus mengacu kepada proses panjang yang dapat dijadikan sebagai panduan untuk meningkatkan karir. Maka prestasi kecil, akan terus tercipta dan tentu akan mulai mendapat pengakuan, dan lama-lama akan membesar dst. Dan istilah/sebutan dari prestasi yang dibuat akan otomatis menjadi atribut yang diberikan industri/masyarakat, dimana seseorang akan semakin menjadi sukses tanpa harus membuatnya labelnya terlebih dahulu.
by admin | Jan 24, 2022 | Information, News, Uncategorized
Oleh Erwin Parengkuan
Bisingnya dunia saat ini dengan distraksi yang begitu masif membuat banyak orang semakin sulit berkomunikasi dengan baik. Sejujurnya semakin mereka sulit berbicara, semakin laku keras bisnis bicara seperti yang kami jalankan di Talkinc. Sedangkan kebutuhan bicara yang jelas dan terstruktur merupakan fondasi interaksi manusia semenjak beradab-adab yang lalu.
Ketika kami terjun langsung dalam setiap training, saya melihat dan menyimpulkan ada 2 masalah besar yang kerap dialami antara atasan dan bawahan dalam komunikasi dan jurang ini yang makin besar dari waktu ke waktu, khususnya kepada para pekerja di dunia profesional. Dari frontliners hingga para pucuk pimpinan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Para bawahan lebih kepada masalah tingkat kepercayaan diri yang rendah (takut salah, takut menyinggung perasaan dengan pemilihan kata yang tidak tepat). Sedangkan sang bos rata-rata urusan ego yang terlalu besar dalam berkomunikasi sehingga mereka masih terkesan otoriter dan tendensi hanya mau didengar saja. Belum lagi birokrasi yang berkepanjangan, semakin kusutnya komunikasi dalam setiap organisasi. Sikap apatis dan pasrah makin banyak terlihat dimana-mana. Bayangkan setiap orang berjalan sendiri-sendiri tanpa adanya kerjasama yang baik.
Beberapa waktu yang lalu, saya berkesempatan melakukan sesi group coaching kepada 4 orang pemimpin di perusahaan BUMN. Kontras sekali terlihat gaya kepemimpinan dan gaya berbicara yang berbeda antara mereka yang masuk kategori millennials dan kolonial. Kita tahu, perbedaan generasipun memberikan kontribusi yang besar terhadap kekusutan komunikasi. Salah satu pemimpin di kelas terlihat kaku dan otoriter. Bicaranya tegas, suaranya kencang dan sangat mahir memberikan instruksi. Sedangkan satu pemimpin yang datang dari generasi millennials, terlihat tidak PD dan takut salah. Padahal, seorang pemimpin masa kini dituntut harus lentur dan cekatan dalam melihat perubahan yang makin cepat. Mereka harus dapat membangun “jembatan” yang baik dengan para bawahannya dan memberikan dampak yang besar dalam setiap kesempatan berbicara dan saling menghargai sehingga organisasi yang dipimpinnya terus bertumbuh. Sebuah organisasi yang membidik target market anak muda, mutlak dapat berkomunikasi dengan “gaya” mereka, bukan yang kuno apalagi arogan. Tidak heran bisnis jalan di tempat karena tidak adanya kolaborasi dan rasa saling percaya yang baik satu sama lain.
Dalam kesempatan yang berbeda pada saat makan siang, seorang leader mengeluhkan kepada saya bahwa sulitnya menggerakkan team di bawahnya. Rupanya ketika kami makan, ia sedang menikmati tempe mendoan dan saya luput mengambilnya. Saya bilang “oh ada ya tempe mendoan?”
Sedangkan generasi yang lebih muda, tentu akan takut kepada atasan macam itu. Apalagi mereka maunya serba cepat, ringkas, bicara apa-adanya (dengan pemilihan kata yang apa adanya), belum lagi urusan tingkat kepercayaan diri yang merosot bila bertemu atasan yang kaku dan bossy. Jujur kondisi ini makin sering kami temui dalam setiap pelatihan. Wah, bagaimana kita bisa makin maju kalau urusan dasar berkomunikasi saja tidak dikuasai?
Kualitas manusiapun sekarang makin menurun, jabatan tidak melulu setara dengan kompetensi yang dimiliki. Terkadang materi yang kami berikan harus diturunkan levelnya berkenaan dengan hal tersebut. Menyedihkan! Pengalaman dan cerita ini, adalah bagian dari banyak pelatihan dimana dalam setiap training, rata-rata 80% peserta kami berdomisili di Jakarta. Ibukota negara dengan potensi manusia yang makin merosot. Bagaimana dengan mereka yang ada di daerah? Kota kecamatan? dll? Seperti juga yang saya alami mengajar keluar kota dengan para pemimpin di daerah yang memiliki gelar S2, ternyata tidak semua mampu berbahasa Inggris. Akhirnya kami harus mengganti materi semua dengan Bahasa Indonesia. Coba anda bayangkan 10 tahun kedepan seperti apa wajah organisasi bila setiap orang didalamnya masih berkutat masalah komunikasi?
Kesadaran untuk bertumbuh dan berkembang menjadi milik pribadi setiap orang, bila ini disadari penuh dan dilakukan terus menerus dengan analisa diri, dan belajar dari banyak konten bicara, melihat cara figur keren tampil, hendaknya dapat menjadi sebuah inspirasi yang nyata. Bila dicari sendiripun sangat banyak tutorial dan role model yang inspiratif, sehingga kita tahu akan hal-hal yang harus dimiliki untuk bicara menarik dan tentunya akan membuat kita menjadi lebih sukses. Jadi sangat tidak ada alasan untuk tetap berdiam diri dan bertahan kemampuan komunikasi yang saat ini dimiliki saja.