by admin | Apr 16, 2020 | Information, News
By Erwin Parengkuan
Banyak di antara kita yang takut memulai hal baru. Takut gagal, takut malu, takut takut dan takut. Albert Einstein mengatakan bila setiap hari kita melakukan 15 menit hal baru, dalam 1 tahun kita akan menjadi ahli. Bila kita melakukannya selama 5 tahun kita akan menjadi National Champion. Nah, lantas kapan anda akan memulai sesuatu yang baru?
Saya pernah mendapatkan sebuah matra yang memberikan pengaruh besar dalam kehidupan saya, mantra ini secara tidak langsung disampaikan oleh seorang senior, katanya: “Erwin, never missing something when you grow old” kata-kata itu mengejutkan saya, sekaligus membuat mata saya berbinar-binar untuk segera melakukan apa yang ingin saya jalankan dalam kehidupan saya. Semacam “api” yang membara dan membakar diri saya sejak itu.
Saya tahu saya adalah anak yang biasa saja, dari sisi nilai di kelas tidak ada yang menonjol. Tapi saya tahu kalau saya lebih rajin dari orang kebanyakan saya akan sukses. Sehingga saya terus belajar, menjadi “murid yang baik” dan melakukan semua yang ingin saya kerjakan sehingga tidak ada penyesalan ketika tua nanti. Man! Kata-kata powerful tersebut telah benar-benar hidup di diri saya hingga saat ini. Dan kata-kata itulah yang membuat saya keluar dari Zona Nyaman.
Jadi bagaimana caranya supaya anda bisa lebih berani keluar dari Zona Nyaman? 4 tips berikut ini dapat membantu anda:
Buat target kecil, sedang dan besar yang spesifik, atur strategi dan jangan lupa beri reward diri sendiri.
Hukum probabilitas berlaku, 10 kali langkah, 1 yang akan sukses..lakukan terus menerus jangan berhenti.
Lakukan self evaluation setiap saat.
Selalu berada di lingkungan yang positif dan menghargai anda. Artinya kita harus berani meninggalkan semua yang Toxic di kehidupan kita, termasuk teman dan bacaan yang tidak penting.
Bayangkan kehidupan anda mendatang, bayangkan diri anda menjadi pribadi yang lebih berani, berani memulai pembicaraan, berani menyampaikan pendapat, berani di kritik untuk terus maju. Dan tentu berani keluar dari Zona Nyaman, don’t quite untiil you proud!
by admin | Apr 3, 2020 | Information, News
Oleh Erwin Parengkuan – TALKINC Founder & Main Facilitator
Tulisan
saya kali ini mengacu pada 5 indera kita. Tentu indera pengelihatan memberikan
dampak besar dalam komunikasi, selanjutnya indera pendengaran yang juga
memberikan dampak terhadap suara yang kita dengar. Indera penciuman menjadi
relatif karena tidak tidak akan mencium bau seseorang selain terlalu ekstrim (
terlalu wangi atau sebaliknya), sedangkan indera pengecap tentu tidak akan kita
gunakan. Ada satu lagi yaitu indera perasa ( kinesthetic ) yang akan memberikan
pengaruh besar dan bertahan paling lama dalam kesan yang kita tampilkan ketika
berbicara.
Tentu
ketika telah melakukan pembicaraan dengan lawan bicara, kedua indera kita baik
pengelihatan dan auditory atau pendengaran akan memberikan pengaruh paling
besar. Kita akan mengamati penampilan dan memperhatikan bahasa tubuhnya, selain
tentu mendengarkan tone suara. Nah, kedua indera ini kemudian akan memberikan
informasi kepada kita tentang sebuah kesimpulan yang kita tangkap. Yang pertama
tentu apa yang kita rasakan dari lawan bicara? Apakah termasuk pribadi yang
terbuka atau tertutup? Atau terasa sangat “dingin” dengan banyak
“benteng” sehingga kita merasa orang tersebut berjarak dengan kita.
Artinya orang tersebut bukan temasuk pribadi yang terbuka. Sehingga kita
akan menyimpulkan orang tersebut sulit membangun hubungan dengan lawan
bicara. Lantas, kesimpulannya kita menjadi tidak nyaman bila lawan bicara
kaku dan tertutup.
Padahal,
menjadi pribadi terbuka dan hangat selalu yang dinginkan oleh setiap orang,
mengapa? Karena ketika kita terbuka dan hangat, kita menjadi tidak membangun
“benteng” dan membuat kesan ramah akan membawa anda kedalam sebuah
hubungan yang menyenangkan. Ingat, kita adalah mahluk sosial yang tidak bisa
hidup sendiri, kita selalu memerlukan orang lain di hidup ini, dan di zaman
diserupsi seperti sekarang, kita tidak bisa sukses tanpa orang lain. Kata
“one man show” adalah istilah untuk para kolonial yang sudah tidak
eksis lagi di dunia komunikasi modern saat ini. Dengan kita mengaktivasi
hubungan yang akan kita jalin, tentu “rasa” yang muncul akan membuat
kehadiran anda selalu dinantikan mereka.
Begitu
kita terbuka dan tidak memiliki agenda lain, di luar tujuan pembicaraan kita,
tentu kita akan membawakan diri kita sebaik mungkin. Biasanya mereka yang masuk
kategori pribadi yang ekstrovert dapat dengan mudah membawakan dirinya apa
adanya. Sedangkan buat mereka yang introvert kebanyakan menemui kesulitan dalam
menampilkan citra dirinya. Tips dari saya buat anda adalah jangan pernah
memandang orang yang baru kita jumpai sebagai orang asing. Anggaplah mereka
seperti teman dekat anda, sehingga anda dapat memberikan kesan hangat kepada
lawan bicara dan membuat anda tetap menjadi apa adanya. Karena sekali lagi,
indera perasa kita akan bertahan paling lama dalam diri kita. Dan ini akan
berpengaruh kepada hubungan jangka panjang anda. So be real, be authentic!
by admin | Mar 23, 2020 | Information, News
Oleh
Erwin Parengkuan
Bruce
Lee pernah menyebutkan istilah “be water my friend.” Artinya jadilah
seperti air yang mengalir. Hal ini juga yang selalu diinginkan siapapun dalam
setiap kita melakukan percakapan. Kita menginginkan pembicaraan yang mengalir
dengan sebuah tujuan yang jelas, alur yang jelas. Seperti air yang mengalir
dari hulu ke hilir.
Bagaimana
caranya agar kita dapat seperti air? Tentu strategi-lah yang akan membuat
pembicaraan kita mengalir. Pembicaraan yang mengalir memberikan manfaat yang
sangat banyak, selain respect kepada lawan bicara, kita dapat mengali semua
kebutuhan yang kita harapkan diutarakan oleh lawan bicara, sesuai dengan
strategi yang kita persiapkan.
Hal
apa yang dapat kita persiapkan? Berikut ini 6 tips yang dapat anda lakukan:
1.Mapping
dan Profiling
Ketahui
terlebih dahulu siapa lawan bicara kita, kultur budaya, jabatan, sampai
kepribadian lawan bicara anda. Ini adalah langkah pertama yang mutlak
dilakukan. Semacam navigator yang akan menentukan titik langkah mengenal siapa
mereka.
2.Set
the Goal with Plan A-B
Tentukan
tujuan pembicaraan, apakah hanya ingin mendapatkan sebuah informasi, ingin
melakukan klarifikasi, ingin menginspirasi atau memberikan motivasi kepada
lawan bicara. Buatlah plan A dan B, seadainya pembicaraan tidak sesuai yang
kita harapkan, misalnya pembicaraan terhenti karena satu dan lain hal, atau
lawan bicara tidak “in the mood” bahkan mendadak mengganti topik
pembicaraan. Alangkah baiknya sebelum pertemuan dilakukan, informasikan
terlebih dahulu tujuan pertemuan.
3.No
Interaption
Jangan
sesekali melakukan interupsi atas apa yang mereka sampaikan, bersabarlah
menjadi pendengar yang baik.
4.Be
Present
Fokuslah
kepada waktu saat bicara, perhatian gerak-gerik wajahnya, bahasa
tubuhnya, dengarkan dengan seksama intonasi suara, naik turunnya ataupun
tekanan pada kata kunci tertentu yang disampaikan. Lupakan problem hidup anda
sejenak untuk dapat hadir penuh 100%.
5.Active
Listening
Berikan
persetujuan dengan mengangguk, berkata “setuju” akan kata-kata yang
disampaikan. Beberapa kali ulangi kata kunci yang mereka telah sampaikan dengan
tujuan anda mendengarkannya 100%. Itu akan memberikan reponse positif
kepadanya, dan akan membuat lawan bicara akan terus bercerita menyampaikan
semua yang ada dalam pikirannya. Carilah kesamaan, bisa ucapan tersebut anda
setujui, seperti kata-kata ” ya sayapun seperti anda, atau ya saya juga
melakukan hal yang sama. Bila pembicara sudah mendapatkan banyak kesamaan,
tentu alur bicara akan semakin mengalir.
6.Using
Magic Words
Tidak
bisa dipungkiri, terkadang kita tidak sabar dan lantas memotong pembicaraannya.
Untuk itu lupa ucapkan kata “maaf saya potong” dan jangan lupa
berikan penghargaan seperti terima kasih atas waktu yang diberikan, senang
bertemu dengan anda dll.
by admin | Mar 9, 2020 | Information, News
Ada 3 komponen penting dalam komunikasi yang wajib dikuasai oleh setiap generasi dalam penyampaikan sebuah pesan. Yang pertama adalah penguasaan konten. Hal ini tidak bisa di tawar karana tanpa persiapan dan kemampuan mengetahui konten akan sangat sulit bagi setiap generasi dalam menaklukan audiensnya. Bila mengambil analogi ketika memasak komponen ini adalah bahan dan ingredients yang segar dan dengan kualitas terbaik. Bila penguasaan materi cara berkomunikasi sangat di kuasai maka semua generasi akan tertarik mendengarkannya, hanya perlu mengetahui masing-masing karakter dari generasi, seperti Baby Boomers (BB) memerlukan pemaparan data yang lebih dalam, info yang detail, sedang untuk generasi X, sepanjang datanya dapat dipertanggung-jawabkan mereka dapat menerima. Untuk generasi Millenial (Y) menilai hal ini tidak terlalu mendasar, asal aplikatif buat mereka, karena mereka akan dapat mencari sendiri data tersebut melalui search engine.
Komponen
kedua adalah kemampuan menyampaikan pesan yang baik, lagi-lagi bila mengambil
contoh memasak, ini adalah tehnik masak yang harus dikuasai, seperti kapan
mulai menumis, memasukkan bumbu. Metode menguasai “timing” dan
mengetahui “tekstur” dari setiap bahan masakan menjadi bagian yang
terpenting. Artinya komunikasi adalah bukan apa yang ingin kita sampaikan tapi
bagaimana cara menyampaikannya. Misalnya komponen utama sudah dimiliki, tapi
cara atau tehnik penyampaiannya tidak sesuai tentu hasil masakkan bisa over
cooked atau tidak layak disajikan. Untuk komponen kedua ini semua generasi
mempunyai tingkat ketahanan menerima pesan yang bervariasi. Bila untuk generasi
BB tidak terlalu menantikan cara penyampaikan yang maksimal, seperti suara asal
terdengar jelas sudah baik, bahasa tubuh bisa statispun tidak masalah, dan penampilan
harus sopan. Bila generasi X, mulai memerlukan tehnik yang berbeda, harus lebih
pandai dalam meracik unsur suara, bahasa tubuh dan penampilan sejauh tidak
terlihat kotor, kamipun dapat menerima. Sedangkan untuk generasi Y, diperlukan
kemahiran dalam menciptakan engagement dengan mereka. Ingat generasi ini sangat
tech savvy, artinya attention spending mereka pendek. Arus informasi dan
tehnologi yang deras ketika mereka remaja membuat generasi ini sulit fokus.
Millenial hanya bertahan selama 8 detik, dibanding ikan mas koki yang 10 detik.
Artinya bila tehnik menyampaikan tidak menarik mereka langsung akan
“escape” dan berpindah ke gadget mereka.
Komponen ketiga menjadi perekat dari 2 komponen di atas yaitu creativity. Lagi-lagi seperti masakan ini adalah kemahiran membuat garnish yang menarik dan unik. Dengan penguasaan komponen kedua, ditambah “approach” yang berbeda, komunikasi yang akan anda sampaikan langsung menarik untuk semua generasi di atas. Kenapa demikian? Karena saat ini generasi X maupun BB sudah tertular virus phubbing dimana semua dari mereka sangat “attach” dengan smartphone tanpa terkecuali. Sehingga bila anda kreatif anda dapat dengan mudah dapat membuat sebuah komunikasi maupun presentasi dengan menggunakan alat menjadi memorable. Di tambah kemampuan komponen kedua yaitu how to deliver, sehingga anda tahu kapan harus berpindah dari satu posisi ke tempat yang lain, begitupun dengan intonasi suara yang perlu di tekan atau diam (jeda), penampilan yang tepat dengan aksen tertentu akan membuat anda terlihat berbeda serta memaksimalkan slides presentation kapan harus membahasnya. Melakukan interaksi, diskusi dll. Artinya flow ini harus anda pikirkan, dan hanya dengan kreativitaslah akan membuat penampilan anda berbeda dari yang lain.
Artinya komunikasi menjadi sangat fluid, cair dan tidak baku. Selalu saja ada “approach” yang berbeda yang diharapkan oleh setiap generasi yang berbeda. Anda hanya perlu “alert” and “aware” terhadap ekspektasi dengan mempelajari profile mereka.
Membuka diri menjadi nilai yang absolute! Mari kita terus belajar dan menambahkan bobot dalam setiap kalimat dengan cara yang kekian dan tidak jadul. Mengapa demikian? Karena populasi jumlah millenials semakin tahun semakin banyak, lihat saja di banyak perusahaan, jumlah mereka menembus angka diatas 50%. Artinya tidak pernah ada kata terlambat untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dalam bersikap dan berkumunikasi agar di terima oleh semua generasi yang ada dalam kehidupan kita.
Erwin Parengkuan
Founder TALKINC
by admin | Feb 26, 2020 | Information, News
Mungkin anda asing dengan istilah yang sering di sebut-sebut oleh mereka yang ada di area Sales ataupun Marketing. Istilah “pick up lines” adalah ketika kita bertemu dengan orang baru, kita dapat memulai sebuah kalimat yang akan menjadi pengantar kita dalam berkumunikasi dengan mereka. Istilah basa-basi adalah analogi yang sering disebutkan mengganti istilah ini. Jujur saya keberatan dengan istilah ini, karena menurut saya kata basa-basi sangat tidak relevan, cenderung berkonotasi negatif. Padahal, kata pertama yang keluar dari mulut kita kepada orang yang kita jumpai menjadi penentu untuk sebuah kelancaran dalam berinteraksi.
Beberapa waktu lalu, ketika berada di dalam kelas, seseorang dari team Human Resources mengatakan kepada saya bahwa ia akan duduk di kelas sebagai observer berhubungan dengan proposal yang sudah kami kirim dan ia ingin mengamati jalannya pelatihan seperti apa. Wanita ini menginformasikan bahwa teamnya banyak terdiri dari kaum Millenial sangat sulit membuka pembicaraan, mereka terlihat sangat kaku, too the point, maunya langsung menjelaskan produk yang akan mereka tawarkan tanpa “building raport” yang baik dengan calon nasabah. Saya bilang memang itu tantangan yang sering saya jumpai di kelas, seseorang yang sangat menggunakan logika, merasa sulit membangun hubungan, apalagi untuk mereka para millennial yang tendensi bicara pendek-pendek.
Pernahkah ada ingat, dalam sebuah percakapan yang intens, dimana anda bicara sangat mengalir dengan seseorang yang baru anda kenal? Kenapa bisa demikian? karena tentu orang tersebut ketika memulai pembicaraan telah membuat anda tertarik karena ia begitu peduli dengan anda. Menyapa anda dengan hati, membuat anda menjadi berharga. Masih ingat? Nah, kita kadang lupa, bahwa komunikasi adalah merajut satu hati dengan hati yang lain, sehingga kata “Pick Up Lines” harus jadi perhatian setiap orang. Dan ini menjadi krusial bila kita tidak dapat “mapping” lawan bicara, apakah pendekatan dengan hati dari kalimat pertama harus lebih banyak atau cukup saja sebagai pembuka karena lawan bicara kita tidak terlalu “feeling” karena mereka sangat “thinking.”
Beberapa tips berikut ini dapat membantu anda untuk memulai pembicaraan yang menarik. Pertama yang harus di ingat bahwa setiap orang merasa dirinya lebih penting dari orang lain. Sehingga dengan pertanyaan sesederhana “Apa kabar pak/ibu hari ini?”. Setelah “a simple how are you?” baru kita bisa melanjutkan dengan memilih pertanyaan berikut yang bisa menjadi jalan panjang “building raport” anda seperti, bagaimana kabar keluarga anda? ( harus berhati-hati dengan pertanyaan ini, liat apakah mereka nyaman atau tidak? Dari mana asalnya? Bila berasal dari orang Amerika biasanya mereka menghindari pertanyaan yang bersifat pribadi). Tanyalah soal pekerjaan mereka? Ini akan memancing diskusi yang menarik, atau carilah kesamaan soal tempat hiburan yang ia suka, makanan, tempat wisata, dll. Jangan lupa bila bertanya selipkan kata-kata seperti “boleh tahu?”. Selamat mencoba, remember only a prefect practise will makes perfect.
Erwin Parengkuan
TALKINC Founder
by admin | Feb 21, 2020 | Information, News
Tak perlu dipungkiri bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia tidak terlalu suka berbicara di depan umum dan menjadi pusat perhatian. Hal ini dipengaruhi oleh kultur masyarakat yang sejak kecil tidak banyak memberikan kesempatan berbicara dan mengemukakan pendapatnya, terutama anak-anak kepada orang dewasa. Padahal di sisi lain, sudah jelas bahwa kemampuan berkomunikasi baik one-on-one maupun public speaking sangat dibutuhkan untuk tujuan memberi informasi, meyakinkan orang-orang, ataupun mempengaruhi orang lain.

Sayangnya kondisi di atas terjadi kepada saya, sedangkan di sisi lain era dewasa ini saya sangat membutuhkan keterampilan ini untuk berkolaborasi dengan orang lain. Beruntungnya, ada sekumpulan orang-orang berpengalaman yang tergabung di TALKINC yang telah menstruktur metode belajar yang cepat tepat dari dasar. Hal mendasar yang menurut saya revolusioner bagi diri saya adalah pengertian bahwa Communication is an attitude, a behavior, tidak ada benar dan salah di sebuah skill komunikasi, komunikasi adalah seni. Untuk mempelajari secara maksimal, para trainer di TALKINC mengajarkan pertama-tama adalah perubahan mind-set. “Buatlah dirimu nyaman ketika berbicara seperti halnya makan, minum, bernapas atau hal-hal lainnya. Hal-hal teknis lainnya bisa dipelajari”, kata mentor-mentor tersebut.

Banyak hal yang saya dapat dari belajar selama 9x pertemuan ini mulai dari teknik pembukaan yang memukau dengan metode: G-I-S(tory Telling)-I. Meracik content juga tak kalah menariknya, yaitu dengan metode Flow-of-Mind (bisa disusun secara kronologis, didukung bukti/data, dan menyelesaikan masalah). Dari hal-hal penting ini, saya berlatih untuk merancang struktur dan content berbicara di depan umum dalam waktu yang singkat berbatas waktu, namun tetap mengenai sasaran., dan menyampaikannya dengan cara yang elegan.
Terima kasih Talk-inc, sungguh sangat bermanfaat semua materi pembelajaran yang didapat selama belajar di sana. Terutama diajarkan oleh mentor-mentor yang memang berkecimpung di ranah komunikasi selama bertahun-tahun. Di media, radio, tv, mc, dan lain-lain.
Oleh: Muryuwono Dewanto
Batch 74
by admin | Feb 17, 2020 | Information, News
Suka lihat bila seseorang berkelahi di jalan dan saling mengeluarkan kata-kata tidak enak di dengar? Nah itulah yang saya maksud dengan bad communication. Bila seseorang dalam kondisi mental yang tidak baik biasanya kata-kata negatif yang akan terlontarkan. Jadi bila banyak peserta yang bertanya kepada saya, bagaimana caranya kita dapat berkomunikasi dengan baik, ya jawaban saya adalah mental kita harus baik dulu baru kita dapat menyampaikan kata-kata yang baik yang dapat kemudian menjadi “pintu pembuka” dalam membangun hubungan dengan setiap pribadi yang kita jumpai.
Komunikasi memang memerlukan kemampuan kosa kata yang banyak agar dapat memilih kata yang paling tepat untuk disampaikan selaras dengan kalimat yang terucap, itupun hingga saat ini tidak semua orang mempunyai kemampuan mengolah kata yang baik. Seperti yang kita dengar penyebutan : kita yang harusnya kami, atau sebaliknya, atau penyebutan kata kalian kepada audiens yang lebih tua. Buat saya itu masalah tehnis yang dapat dipelajari oleh seseorang dengan cepat dengan membaca banyak buku dan peka terhadap definisi setiap kata. Sedangkan bila kita dalam keadaan mood yang sedang tidak baik, cenderung kata yang di pilih menjadi tidak enak di dengar, atau disampaikan dengan nada yang tinggi sehingga terkesan marah.
Bagaimana caranya agar kita dapat mengendalikan diri ketika berkomunikasi? Berikut ini adalah 3 tips yang dapat anda praktikkan:
-
Sadar akan peran kita
Setiap orang mempunyai peran, seperti saya adalah seorang ayah, saya adalah seorang profesional ketika kita sedang bekerja, atau ketika kita keluar negeri, atribut siapa kita akan terlepas karena kita menjadi pribadi yang mewakili negara, ya kita warga Indonesia. Itu contoh sederhana ketika kita dasar akan peran kita, siapa kita, tentu kita akan membuat kita lebih sadar tentang peran yang harus dijalankan dimanapun kita berada.
-
Pikirkan tujuan komunikasi
Ketika keluar dari rumah, menuju tempat aktifitas, pikirkan kalimat-kalimat yang akan diucapkan adalah hanya yang positif. Bila anda akan menegur seseorang gunakan tehnik “sandwich” yaitu puji hal yang positif dari mereka, baru berikan input, dan di tutup dengan harapan agar orang tersebut melakukan yang anda harapkan dan jangan lupa, berikan kata-kata pendukung. Jadi bila terpikir akan menyebutkan kata negatif, lebih baik tidak diucapkan.
-
Teruslah membuka wawasan
Banyak sekali sumber bacaan, referensi yang dapat membuka wawasan anda, selain buku, ada www.tedx.com, pinterest, bahkan berlangganan master class untuk melihat orang-orang hebat berbagi banyak pengalaman dan pengetahuan kepada kita.
Mari kita terus bertumbuh, menjadi pribadi yang terbuka, menyenangkan, karena kita akan lebih senang dekat dengan orang-orang yang positif, and if you have nothing to say, say nothing!
Erwin Parengkuan
TALKINC Founder
by admin | Feb 1, 2020 | Information, News
Terdengar “sangar” macam ingin perang. Mungkin analogi ini tepat juga sebagai judul karena mengambil kesan sebuah situasi pertempuran, ya memang kita saat ini tengah bertempur melawan diri dan keadaan yang terjadi dan terus datang di dalam kehidupan kita. Sebuah istilah lain yaitu : “Everyone has their own battles” sangat tepat mengambarkan kondisi kita dalam kehidupan di dunia yangserba cepat dan penuh tantangan. Sebuah dunia baru atau yang di sebut The New Norms yang membuat derasnya arus perubahan yang masif membuat kita/orang lain semakin tidak sabaran, self-centered, prejudis, dan individualistis.
Jadi apa yang kita hadapi saat ini, kalau dikaitkan dengan kemampuan berkomunikasi, tidak lepas dari kemampuan seseorang mengenal dirinya, mengendalikannya, dapat membaca mood dan kepribadian lawan bicara, belum lagi tantangan dalam diri yang makin berkecamuk, tekanan sosial media, membuat kemampuan membangun relasi saat ini (dari yang saya amati ketika mengajar atau bertemu banyak orang) semakin menjadi-jadi.
Ada dua kata yang perlu diperhatikan dalam mensiasati keadaan ini, yaitu: Self Accaptance. Nah ketika kita sadar akan adanya pengaruh internal maupun eksternal yang mempengaruhi seseorang dalam berkomunikasi, tentu kita dapat membuat banyak strategi untuk mengantisipasinya. Sehingga kalau kita atau lawan bicara tidak dalam situasi yang baik, kita dapat mengetahuinya.
Asahlah pengetahuanmu, asahlah sikapmu, asahlah kemahiranmu dalam membaca situasi dan lawan bicara. 3 hal di atas menjadi acuan kita untuk sukses dalam karir dan kehidupan ini. Menjadi pribadi yang terbuka, selalu menjadi “murid” dalam setiap kesempatan akan memberikan keuntungan positif yang berlimpah kepada kita. Dalam kelas saya suka menyampaikan istilah pisau kampung vs pisau buatan Swiss. Pisau dengan kualitas terbaik buatan Swiss akan merasa tidak perlu mengasahnya setiap hari karena sudah terbuat dari bahan berkualitas terbaik, sedang pisau kampung yang di beli dengan harga di bawah Rp 10.000,- akan berpikir kalau setiap hari tidak diasah akan karatan dan tidak bisa digunakan.
Erwin Parengkuan
TALKINC Founder
by admin | Jan 16, 2020 | Information, News
Mari kita bicara soal kolaborasi. Sebuah kata yang mengandung banyak pekerjaan di sana. Bila kata ini dikaitkan dengan apa yang kami lakukan dalam setiap training, terutama outbound program activity di mana makin banyaknya permintaan organisasi untuk “merapihkan” setiap individu yang bernaung dibawahnya.
Kita tentu tahu beberapa organisasi besar, baik di dalam maupun di luar negeri yang dulu nama mereka sangat besar kemudian sekarang hilang tanpa bekas, sebut saja, perusahaan jamu raksasa Nyonya Meneer, Asuransi Jiwasraya, Nokia, Kodak, dan masih banyak lagi, dan nama-nama lain yang tidak saya sebutkan, satu persatu bila tidak dapat menyatukan semua individu didalamnya akan bernasib sama.
Dari apa yang kami amati beberapa tahun ke belakang berhubungan dengan perusahaan besar, swasta, pemerintah maupun asing, bahwa banyaknya generasi yang berbeda dan kontras memberikan tantangan tersendiri bagi para pemimpin untuk dapat menyatukan semua orang dalam satu tujuan yang sama. Sayangnya perbedaan itu makin hari membuat “jurang” yang makin besar. Sikap yang apatis, individualistis dengan pengaruh besar dari gadget, kemudian mereka mudah baper, atasan cenderung memaksakan pendapat, generasi Millenials bahkan Z yang acuh dan mudah menyerah membuat gap yang semakin besar dan tentunya mempengaruhi jalannya “roda” perusahaan.
Dalam sebuah outbound di mana waktu itu saya bertugas sebagai facilitator selama 3 hari untuk membantu sebuah divisi dari perusahaan jasa keuangan agar dapat mendekatkan “jurang” yang terasa semakin lama semakin jauh, yang pada akhirnya semua orang sadar pentingnya kolaborasi. Dari sekian banyak pelatihan yang kami lakukan, contoh pada tahun lalu ratusan pelatihan dari lebih 20 program yang kami miliki, ada sekitar 20 persen permintaan akan program outbound bermunculan, sedangkan tahun sebelumnya (2018) belum ada permintaan tentang program ini. Sebuah pertanda bahwa jurang yang makin besar memerlukan usaha yang besar dari organisasi untuk segera membereskan PR ini.
Berbeda dengan program inhouse training yang selalu kami lakukan, dampak akan perubahan dalam setiap orang bisa di sebut tidak banyak, hanya di bawah 10%, sedangkan bila program ini digabungkan dengan outbound activity, dari pengalaman selama ini, sekitar 30% dampak positif yang di terima dan membuka kesadaran tiap peserta bahwa kita tidak bisa sukses sendirian apalagi dalam karir. Artinya ini sudah dapat mendekatkan pribadi yang tadinya saling tidak peduli, berjauhan, untuk lebih mengenal satu sama lain dan tidak mempunyai mental Silo. Jujur kesuksesan dari sebuah kolaborasi tentunya mengikuti garis vertikal maupun horizontal, antara atasan dan bawahan maupun dengan setiap divisi yang ada.
Bahwa zaman telah berubah, di mana jiwa gotong royong yang semakin memudar dan self centered yang makin besar terlihat dalam setiap roda kehidupan ini. Dan apabila pemimpin tidak peka, maka cepat atau lambat “kapal” yang dikemudikannya akan segera “tenggelam.” Perlu segera dilakukan banyak program yang dapat membuat semua individu berani dan terbuka. Berani bicara, terbuka pikirannya dan membuang jauh rasa EGO yang selama ini ada. Karena ketika semua urusan ini dapat segera dilakukan, maka semua orang akan mempunyai kemampuan membawakan diri yang lebih baik, positif dan tentunya berkomunikasi dengan asertif. Nah, bagaimana dengan perusahaan anda?
“Erwin Parengkuan – TALKINC Founder”
by admin | Nov 11, 2019 | Information, News
Didasari dengan keinginan yang kuat untuk mengembangkan serta mengasah kemampuan berbicara di depan umum, Saya memutuskan untuk mengikuti program professional public speaking yang diadakan oleh TALKINC. Saya juga memiliki ekspektasi dimana saya berharap agar pengajar dari TALKINC dapat membantu saya untuk meningkatkan dan mengasah kemampuan berkomunikasi yang telah saya miliki.
Diawali dengan encounter pertama dengan materi public speaking – the overview, saya mendapatkan valuable insight mengenai pentingnya peran seorang public speaker. Berangkat dari hal – hal yang telah saya pelajari di encounter pertama, saya semakin semangat untuk mengasah kemampuan saya lebih dalam lagi dan selalu menunggu untuk diberikan feedbacks dari pengajar setelah saya melakukan presentasi atau aktivitas lainnya.
Secara umum materi – materi yang telah disampaikan oleh tim pengajar sangat bermanfaat dan berguna untuk mengembangkan kemampuan berbicara saya. Ibaratnya, seluruh materi merupakan satu kesatuan yang saling terhubung membentuk sebuah integrated system. Singkatnya, dengan mengkombinasikan seluruh materi – materi yang telah disampaikan oleh para pengajar, saya bisa menjadi public speaker yang terstruktur dengan baik dan siap bicara didepan umum.
Materi yang membuat saya makin semangat untuk belajar lagi adalah The Opening Speech. Alasan utamanya adalah, pada saat materi ini saya bisa belajar banyak untuk membuat pembukaan yang simple, dan menarik. Dan hal ini menjawab keingintahuan bagaimana berhasil memerankan peran penting dari seorang public speaker yang diantaranya adalah pemberi informasi, dan terlebih informasi tersebut sampai ke audience kita dengan baik dan benar.
Sukses selalu untuk TALKINC, dan terimakasih untuk semua pengajar yang telah menyampaikan materinya dengan sangat baik dan menarik, salam sukses.